Dewan Keamanan Gelar Pertemuan Darurat untuk Palestina
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan wilayah Palestina pendudukan, sehari setelah pasukan Israel melepaskan tindakan brutal terhadap para pengunjuk rasa Palestina, menggugurkan puluhan orang dan melukai lebih dari 3.000 lainnya.
Pertemuan itu dimulai dengan melakukan hening sejenak mengenang para warga Palestina yang gugur syahid pada hari Senin, hari paling berdarah sejak perang Israel di Jalur Gaza pada 2014.
Joanna Wronecka, Duta Besar Polandia, sebagai presiden Dewan saat ini, meminta para anggota untuk hening menghormati para warga Palestina yang menjadi korban.
Sidang darurat tersebut diusulkan oleh Kuwait setelah pembunuhan brutal oleh Israel pada hari Senin.
Dari kawan hingga musuh AS, sebagian besar duta besar mengumumkan penentangan mereka terhadap langkah Washington merelokasi kedubesnya ke al-Quds. Namun fokus utama sidang tersebut adalah kekerasan di perbatasan Gaza.
Hampir semua duta besar mengatakan Israel bertanggungjawab atas aksinya tersebut dan agar tidak menggunakan peluru tajam terhadap warga sipil.
Utusan Perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Nikolay Mladenov, pada Selasa (15/5/2018) menyatakan "tidak ada justifikasi" atas kekerasan di Gaza saat dia memberikan penjelasan kepada Dewan beranggotakan 15 negara tersebut.
Mladenov menyebut hari Senin sebagai "hari tragedi" dan mendesak masyarakat internasional berupaya "mencegah ledakan yang dapat menyeret seluruh wilayah ke jurang konfrontasi berdarah."
Sejumlah negara Muslim dan Barat mengecam kekerasan Israel terhadap warga Palestina.(MZ)