Pertemuan Menlu G7 di Hiroshima
https://parstoday.ir/id/news/world-i5842-pertemuan_menlu_g7_di_hiroshima
Pertemuan para menteri luar negeri Kelompok Tujuh selama dua hari dibuka pada Ahad (10/4/2016) di kota pelabuhan Hiroshima, Jepang. Agenda tahunan ini akan mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan terorisme, keamanan maritim, non-proliferasi nuklir, krisis Ukraina, dan uji coba rudal Korea Utara.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Apr 10, 2016 14:34 Asia/Jakarta
  • Pertemuan Menlu G7 di Hiroshima

Pertemuan para menteri luar negeri Kelompok Tujuh selama dua hari dibuka pada Ahad (10/4/2016) di kota pelabuhan Hiroshima, Jepang. Agenda tahunan ini akan mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan terorisme, keamanan maritim, non-proliferasi nuklir, krisis Ukraina, dan uji coba rudal Korea Utara.

Jepang berharap pertemuan Hiroshima akan melahirkan sebuah terobosan baru di bidang non-proliferasi senjata nuklir, sebuah harapan yang selalu ditekankan selama beberapa tahun terakhir.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan para menlu G7 dijadwalkan akan memberi penghormatan kepada korban bom atom di Hiroshima yang dijatuhkan oleh Amerika pada Perang Dunia II.

John Kerry akan menjadi pejabat tertinggi pertama pemerintah AS yang mengunjungi kota Hiroshima, di mana 140 ribu warga Jepang tewas akibat bom atom Negeri Paman Sam.

Pada hari Senin, para menlu G7 diagendakan untuk mengunjungi Hiroshima Peace Memorial Park dan meletakkan karangan bunga sebagai penghormatan kepada para korban.

Dengan memperhatikan banyaknya isu yang akan dibahas selama pertemuan para menlu G7, maka Jepang – sebagai negara tuan rumah – tampaknya akan berusaha untuk mengutarakan sejumlah isu yang menjadi kekhawatirannya dan meminta negara-negara anggota untuk memikirkan solusinya.

Jepang memiliki kekhawatiran besar terhadap perluasan program nuklir dan rudal Korut, di mana baru-baru ini melakukan serangkaian uji coba rudal dan bahkan mengaku telah menembakkan bom hidrogen serta roket pembawa satelit. Para pejabat Tokyo khawatir bahwa tindakan itu akan mendorong perlombaan senjata dan meluasnya instabilitas di Asia Timur.

Dalam hal ini, sekutu Jepang di G7 khususnya AS juga memiliki kesamaan pandangan dan para peserta sidang tentu saja akan berupaya mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengatasi penyebaran senjata nuklir.

Isu lain adalah penyebaran terorisme takfiri di dunia. Selain mengacaukan Timur Tengah dan Afrika Utara, kelompok teroris sekarang telah mengancam Eropa, Amerika dan bahkan Asia, seperti serangan teroris di Jakarta pada Januari lalu. Dunia kini berada dalam ancaman dan serangan teroris Daesh dan kelompok-kelompok lain yang berbaiat kepada mereka. Para menlu G7 tampaknya akan mengambil keputusan tertentu untuk melawan ancaman tersebut.

Keamanan maritim terutama setelah meningkatnya sengketa perbatasan laut antara Cina dan negara-negara tetangganya di Laut Cina Selatan, akan menjadi pembicaraan hangat para menlu G7. Kebijakan Cina telah mengundang kekhawatiran khususnya dua negara anggota G7 yaitu AS dan Jepang. Masalah perompakan laut di Selat Malaka dan Teluk Aden juga turut menyita perhatian Kelompok Tujuh.

Agenda lain pertemuan Hiroshima berkaitan dengan krisis Ukraina yang telah menjadi perseteruan utama antara Barat dan Rusia. Sebenarnya, krisis Ukraina menyebabkan Rusia dikeluarkan dari G8 dan negara-negara industri dunia kembali melanjutkan aktivitasnya dalam koalisi G7.

Pemerintah Tokyo sebelumnya menyatakan bahwa agenda utama dalam pertemuan puncak G7 yang direncanakan pada 26-27 Mei 2016 di Jepang adalah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT itu.

Rusia tidak diundang dalam pertemuan G7 di Jerman pada tahun 2015 dan kelompok ini memperingatkan Moskow tentang intervensi lebih lanjut di Ukraina. Mereka bahkan mengancam Rusia dengan sanksi yang lebih besar.

Dinamika global sepertinya telah mendorong beberapa anggota G7 yang lebih moderat untuk kembali mengundang Rusia pada pertemuan puncak kelompok itu. (RM)