Peringatan Dewan HAM PBB soal Muslim Rohingya
-
Pengungsi Rohingya
Komisioner Tinggi Dewan HAM PBB, Zeid Raad Al Hussein memperingatkan berlanjutnya pelarian Muslim Rohingya dari Myanmar.
Zeid Raad Al Hussein di sela-sela sidang Dewan HAM ke 38 di Jenewa seraya mengungkapkan kekhawatirannya atas berlanjutnya pelarian Muslim Rohingya dari Myanmar menyatakan, sejak awal tahun 2018 hingga kini lebih dari 11 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Berdasarkan laporan ini, Muslim Rohingya di Provinsi Rakhine mengatakan kekerasan, kezaliman dan pengusiran paksa kepada mereka di Myanmar masih berlanjut dan rumah mereka juga dibakar.
Zeid Raad Al Hussein menambahkan, pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh sampai saat ini belum kembali ke rumah mereka meski ada kesepakatan antara pemerintah Myanmar dan Bangladesh.

PBB sebelumnya menyebut militer Myanmar sebagai pelaku genosida di negar aini dan militer terburuk di dunia.
Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) juga mengumumkan, kondisi saat ini Myanmar masih belum aman bagi kepulangan para pengungsi.
Peringatan Komisioner Tinggi Dewan HAM PBB terkait berlanjutnya proses pelarian Muslim Rohingya dari Provinsi Rakhine ke negara-negara tetangga khususnya Bangladesh dipicu oleh kekhawatiran akan dampak eskalasi pengungsi dan ketidakmampuan pemerintah Dhaka menjamin kebutuhan pengungsi Rohingya.
Mengingat bahwa sejak satu tahun lalu sekitar satu juta pengungsi Rohingya ditempatkan sementara di wilayah perbatasan Bangladesh, eskalasi pengungsi di kamp-kamp ini bisa memicu krisis kemanusiaan di antara mereka. Khususnya meski ada permintaan berulang dari pemerintah Bangladesh kepada masyarakat internasional, khususnya organisasi kemanusiaan untuk memberi bantuan kepada pengungsi ini termasuk bahan makanan dan obat-obatan, tapi sampai saat ini belum ada langkah signifikan yang diambil.
Mark Pierce, pengamat urusan pengungsi di PBB mengatakan, mayoritas pengungsi Rohingya tidak memiliki air dan makanan. Sementara itu, permintaan bantuan makanan, air dan kesehatan belum juga disetujui mengingat besarnya jumlah pengungsi dan jika kebutuhan mendasar mereka tidak dipenuhi maka kondisi ini akan berubah menjadi tragedi kemanusiaan.
Perilisan laporan terkait penyebaran sejumlah wabah di antara pengungsi Muslim Rohingya di kamp-kamp mereka di Bangladesh selama beberapa bulan lalu meningkatkan protes terhadap berbagai organisasi internasional khususnya PBB mengingat ketidakpedulian mereka terhadap kondisi pengungsi.
Peringatan terkait berlanjutnya pelarian Muslim Rohingya dari Myanmar menunjukkan realita ini bahwa berbeda dengan sejumlah klaim, kejahatan terhadap etnis tertindas ini oleh ekstrimis Budha dan militer Myanmar masih berlanjut dan Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri untuk mempertahankan nyawa mereka.
Pidato Zeid Raad Al Hussein juga mengindikasikan bahwa pemerintah Myanmar telah melanggar komitmennya terkait pemulangan pengungsi Rohingya.
Menteri luar negeri Myanmar beberapa waktu lalu dengan menandatangani kesepakatan dengan mitranya dari Bangladesh menyatakan komitmen negaranya untuk mempersiapkan proses pemulangan pengungsi Rohingya.
Berlanjutnya pelarian Muslim Rohingya ke arah perbatasan Bangladesh dan sejumlah negara tetangga menunjukkan bahwa tidak ada persiapan yang dilakukan pemerintah Myanmar bagi kepulangan para pengungsi. (MF)