Reaksi Rusia Atas Rencana Berbahaya Trump
(last modified Mon, 22 Oct 2018 05:34:35 GMT )
Okt 22, 2018 12:34 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan menandatangani INF di Washington pada 1987.
    Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan menandatangani INF di Washington pada 1987.

Salah satu ciri khas kepemimpinan Presiden AS Donald Trump adalah pandangan negatifnya terhadap traktat dan perjanjian regional dan internasional. Trump telah keluar dari banyak perjanjian internasional, termasuk Perjanjian Iklim Paris dan kesepakatan nuklir Iran.

Namun, pendekatan Trump saat ini memasuki tahap baru dan sangat berbahaya.

Pemerintahan Trump sekarang menargetkan perjanjian pengurangan dan pemusnahan senjata nuklir dan sedang fokus untuk menarik diri dari perjanjian-perjanjian itu. Trump pada 20 Oktober lalu mengumumkan AS akan menarik diri dari Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF).

Trump beralasan bahwa Rusia telah melanggar traktat tersebut, dan INF mencegah AS untuk mengembangkan senjata barunya guna melawan arsenal rudal Cina di Asia Timur. Oleh karena itu ia mengumumkan keputusan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah rilis pada hari Ahad (21/10/2018) menyatakan bahwa alasan utama di balik keputusan AS untuk keluar dari INF adalah mimpi Washington tentang dunia unipolar.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah tampaknya menghalangi rencana Amerika untuk dominasi penuh.

Menurutnya, penarikan AS dari INF akan menjadi langkah yang sangat berbahaya, yang pasti akan dikutuk oleh masyarakat internasional.

"Jika Amerika secara sepihak keluar dari kesepakatan tersebut, Rusia akan mengambil aksi balasan yang mencakup tindakan militer," tegas Ryabkov.

Donald Trump dan Vladimir Putin.

Sejumlah politisi AS juga menganggap keputusan Trump untuk meninggalkan INF sebagai langkah yang tidak konstruktif dan dampak besarnya akan dirasakan oleh sekutu Washington di Eropa.

Namun, pemerintah Inggris menyuarakan dukungannya terhadap langkah Gedung Putih. Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson mengatakan London akan mendukung keputusan Washington dan dia mencela pelanggaran Moskow terhadap INF.

Di Washington, kritik terhadap Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton terus meningkat karena ia memainkan peran vital dalam hal ini.

Senator Rand Paul mengatakan, "Ini menjadi bukti bahwa John Bolton tidak boleh dibiarkan mencampuri masalah kebijakan luar negeri Amerika."

AS dan Rusia menandatangani INF pada Juni 1987 di Washington dan menerapkannya mulai 1988. Traktat ini melarang kedua negara untuk menyebarkan rudal balistik dan rudal jelajah di Eropa. Berdasarkan perjanjian ini, rudal jarak menengah 1.000 hingga 5.500 kilometer dan rudal jarak pendek dengan jangkauan 500 hingga 1.000 kilometer harus dimusnahkan.

Keputusan Trump akan menandai awal dari era baru konfrontasi nuklir antara Amerika dan rival nuklirnya, Rusia dan Cina.

Seorang ilmuwan nuklir, Lisbeth Gronlund menuturkan, Trump sedang menempuh jalan yang tidak terarah; jalan yang akan mengurangi keamanan Amerika Serikat baik sekarang atau dalam jangka panjang.

Dengan cara ini, negara-negara tersebut tidak lagi memiliki pembatasan untuk menguasai senjata nuklir jarak pendek dan menengah, terutama bagi Amerika. Dengan memperhatikan doktrin baru nuklirnya, AS kemungkinan akan menyebarkan rudal dan senjata nuklir baru di dua titik strategis yaitu: Eropa Timur dan Asia Timur. (RM)