Diamkan Penghinaan Nabi Saw, Ulama Afghanistan Kecam Saudi
Ulama Afghanistan memprotes kebisuan Arab Saudi menyaksikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.
Sejumlah ulama Afghanistan menganggap diamnya Saudi menyaksikan penghinaan terhadap Rasulullah Saw di Prancis, sebagai sikap munafik, dan mengatakan, pejabat Riyadh sedang memberikan pelayanan kepada negara-negara Barat.
Mawlawi Abdulwakil Ayar, pengajar perguruan tinggi, sekaligus ulama Afghanistan mengatakan, sebagian besar penguasa negara-negara Muslim termasuk Saudi adalah boneka sejumlah negara kuat dunia, dan bersikap untuk keuntungan mereka.
Ia menjelaskan, rezim Al Saud di Saudi bukan perwakilan negara-negara Muslim, dan umat Islam, tapi perwakilan Amerika Serikat, dan negara-negara Barat, pasalnya mereka tidak percaya pada Islam, dan hanya memanfaatkan agama ini sebagai alat.
Protes ulama Afghanistan atas kebisuan Saudi di hadapan penghinaan yang dilakukan Presiden Prancis, Emmanuel Macron terhadap Nabi Muhammad Saw, dan lampu hijau untuk melanjutkan publikasi karikatur menghina Rasullah Saw oleh majalah Charlie Hebdo, adalah bukti kebencian Dunia Islam terhadap sikap munafik Saudi.
Majalah Charlie Hebdo untuk kedua kalinya pasca tahun 2015 kembali menerbitkan karikatur menghina Nabi Muhammad Saw.
Saudi yang dalam beberapa tahun terakhir, dikarenakan dukungannya atas kelompok teroris termasuk Daesh di Irak, dan Suriah, menuai kebencian dari umat Islam, sekarang memilih diam karena patuh pada negara-negara Barat, meski Nabi Muhammad Saw dihina.
Pejabat Riyadh selama bertahun-tahun bersamaan dengan fitnah di beberapa negara kawasan melalui tangan Daesh, menyerang rakyat Yaman sejak tahun 2015 karena menentang diktator sebelumnya dukungan Riyadh, selain itu Saudi juga memblokade Yaman sehingga secara praktis menimbulkan krisis kemanusiaan di negara ini, terutama setelah dihentikannya penyaluran obat, dan bahan makanan.
Mesin perang Saudi dan sekutunya di Yaman sampai sekarang telah menewaskan lebih dari 16.000 warga Yaman, melukai puluhan ribu, dan menelantarkan jutaan lainnya.
Protes ulama Afghanistan terhadap kebijakan Saudi terkait pelecehan terhadap Islam oleh Presiden Prancis, dan majalah Charlie Hebdo, membuka kesempatan untuk lebih memusatkan perhatian kebijakan Riyadh di Afghanistan.
Saudi termasuk salah satu pendukung Taliban di Afghanistan, yang sebelumnya bersama Pakistan dan Uni Emirat Arab mengakui secara resmi kekuasaan Taliban di negara itu, dan dalam beberapa tahun terakhir secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan mendukung Taliban dan aksi kekerasan yang dilakukannya di Afghanistan.
Pemerintah Saudi dengan tujuan menyebarluaskan pemikiran Wahabi di Afghanistan, membangun universitas Islam besar di Nangarhar, dan hampir selesai, sehingga memicu kekhawatiran di negara itu.
Saudi memberikan semua pelajaran di universitas itu dalam bahasa Arab dengan maksud untuk mempengaruhi budaya Afghanistan. Di samping langkah berbahaya ini, Saudi dalam kedok bantuan pendidikan di Afghanistan, membangun 100 sekolah agama, yang diprediksi akan memberikan pelajaran-pelajaran seperti sekolah-sekolah agamanya di Pakistan, yang hanya menyebarkan kekerasan, dan ekstremisme. (HS)