Ketika Obama Akui Perpecahan Masyarakat AS
Krisis politik dahsyat saat ini di Amerika Serikat disebabkan penolakan Presiden Donald Trump dan kandidat pilpres dari kubu Republik menerima kekalahan dihadapan rivalnya, Joe Biden dari Demokrat di pilpres 2020. Kini kondisi tersebut membangkitkan peringatan serius akan perpecahan di tubuh rakyat Amerika.
Mantan presiden AS Barack Obama Ahad (15/11/2020) dalam sebuah wawancara seraya mengisyaratkan masalah ini bahwa masing-masing kandidat meraih suara lebih dari 70 juta menambahkan, hal ini menunjukkan bahwa AS terpecah. Seraya menyatakan langkah mayoritas Republik tidak melawan klaim palsu Trump terkait kecurangan luas di pemilu menimbulkan rasa pesimis, ia menambahkan, “Kita tidak lebih tinggi dari hukum. Kita juga tidak lebih unggul dari undang-undang. Ini adalah inti demokrasi kita.”
Pengakuan Obama atas jurang besar dalam masyarakat Amerika akibat krisis politik saat ini dan, pada kenyataannya, polarisasi masyarakat Amerika antara pendukung Trump dan pendukung Biden menunjukkan bahwa Amerika Serikat sedang menghadapi krisis identitas dan eksistensial. Faktanya, sejak Trump menjabat pada Januari 2017, dan karena kebijakan dan tindakannya, dua pendekatan yang sepenuhnya saling bertentangan telah dibentuk dalam struktur pemerintahan serta dalam masyarakat Amerika, dan semacam dualitas telah muncul sebagai tanggapannya.
Sebagai pengusaha yang datang ke Gedung Putih dari latar belakang bisnis tanpa latar belakang politik, Trump menempuh kebijakan yang bertentangan dengan pendekatan presiden sebelumnya, Obama, dan menyebabkan perubahan luas di dalam dan di luar Amerika Serikat yang memiliki konsekuensi berbeda. Oleh karena itu, pemilihan presiden baru-baru ini, setelah 4 tahun pemerintahan Trump, adalah semacam referendum dan ukuran reaksi masyarakat Amerika terhadap kebijakan dan tindakannya.
Menurut statistik; Trump memenangkan lebih dari 73 juta suara Amerika dan Biden lebih dari 78 juta warga Amerika. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya ada perpecahan antara Partai Republik dan Demokrat di tingkat pemerintahan Amerika, terutama di Kongres, tetapi juga ada keretakan dalam masyarakat Amerika.
Poin pentingnya adalah bahwa garis pemisah dalam masyarakat Amerika tidak hanya terkait dengan era Trump dan kebijakannya, tetapi Amerika Serikat telah lama mengalami disintegrasi di tingkat elit maupun di tingkat masyarakat, dan sekarang mengalami berbagai perpecahan politik, sosial dan ekonomi. Di tingkat politik, ketika pemerintahan menjadi lebih kompleks dan kehadiran kelompok-kelompok berpengaruh dalam struktur pemerintahan AS meningkat, kepentingan nasional, individu, faksi atau faksi secara bertahap membanjiri kepentingan nasional. Ini telah melampaui perang ideologis antara sayap kanan konservatif dan sayap kiri kuasi-sosial.
Ini mengancam persatuan dan kohesi sosial. Untuk alasan ini, masyarakat Amerika semakin intensif di bawah isu-isu seperti sistem pajak, sistem asuransi publik, kebijakan imigrasi, dan bagaimana menangani ancaman asing bipolar, dan ini telah meningkat di bawah Trump. Dalam dimensi sosial, Amerika Serikat menderita perpecahan sosial yang mendalam atas isu-isu seperti ras, senjata dan kekerasan, dan segala jenis diskriminasi dan ketidakadilan.
Masyarakat Amerika sampai saat ini masih bergulat dengan diskriminasi yang dalam dan kebangkitan rasisme. Pada saat yang sama, muncul perbedaan pandangan tentang isu-isu penting seperti kebebasan membawa senjata dan keamanan masyarakat. Dalam istilah ekonomi, kesenjangan kelas telah melebar secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, dan telah terjadi jurang yang sangat besar antara kaya dan miskin di Amerika Serikat. Menurut Bernie Sanders, senator independen AS: tiga miliuner Amerika memiliki lebih dari 50 persen pendapatan masyarakat kelas bawah.
Dengan demikian Amerika saat ini menghadapi proses keruntuhan, di mana salah satu manifestasinya adalah meningkatnya perpecahan dan jurang pemisah di tengah masyarakat negara ini. Akun Twitter kantor Rahbar, Ayatullah Khamenei saat merespon kekalahan Donald Trump di pemilu presiden AS menulis, “Terlepas dari hasil pemilu, satu hal yang jelas adalah keruntuhan pasti politik, sipil dan moral Amerika Serikat.” (MF)