Mencermati Kebingungan AS Menghadapi Serangan Siber
(last modified Sat, 19 Dec 2020 02:59:45 GMT )
Des 19, 2020 09:59 Asia/Jakarta

Serangan siber yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Amerika Serikat telah mempertanyakan klaim pejabat AS bahwa negara ini adalah kekuatan siber paling kuat di dunia, dan menunjukkan bahwa musuh Amerika dapat memberikan pukulan telak bagi Amerika Serikat.

Serangan siber ini telah menargetkan banyak organisasi dan lembaga federal AS. Setelah Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertahanan (Pentagon), kini pada pejabat dari Kementerian Energi dan Administrasi Keamanan Nuklir Nasional, yang mengelola persediaan senjata nuklir mengatakan bahwa mereka memiliki bukti bahwa para peretas telah mengakses berbagai informasi dari dua institusi Amerika ini.

Pemerintah AS bersiaga menghadapi serangan siber

FBI, badan-badan intelijen, dan bagian siber Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah mempelajari skala serangan siber dalam beberapa hari terakhir. Para pejabat federal AS masih mencoba menilai tingkat kerusakan.

Serangan siber ini menunjukkan beberapa masalah.

Pertama, penyerang atau peretas siber melakukan serangan siber ini dengan cara yang terorganisir dan tertarget dengan baik. Dengan kata lain, di balik serangan siber ini, seperti yang terpaksa diakui oleh para pejabat AS, adalah pemerintah yang memiliki tujuan besar dalam pikirannya.

Dalam hal ini, beberapa media Amerika, seperti Washington Post, menyalahkan kelompok peretas Rusia bernama Cozy Bear atas serangan siber yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Namun klaim tersebut telah ditolak keras oleh Rusia, yang melihatnya sebagai langkah untuk meningkatkan sentimen anti-Rusia di Amerika Serikat pada malam pelantikan Presiden baru AS Joe Biden.

Menurut Rusia, tujuan dari tuduhan ini adalah untuk memperkuat pendekatan anti-Rusia sejak awal pemerintahan baru AS dan mengambil tindakan untuk menghukum Moskow. Sekalipun demikian, media-media Amerika terus menuduh Rusia.

Menurut Alex Marquardt, reporter senior CNN, "Sulit untuk menemukan kata yang secara akurat menggambarkan kompleksitas serangan siber. Ceritanya tentang aksi para peretas Rusia. Sejauh yang kami tahu, mereka telah berada di dalam jaringan pemerintah federal AS tahun lalu, hingga beberapa hari yang lalu, pemerintah federal AS baru menyadari hal ini."

Tentu saja, Presiden terpilih AS Joe Biden telah mengambil sikap tegas tentang masalah ini dan mengancam para pelaku penyerangan ini. Menekankan bahwa keamanan siber akan menjadi yang terdepan dalam berbagai tindakan pemerintahannya, Biden mengatakan, Serangan siber terhadap lembaga-lembaga federal AS adalah masalah yang sangat memprihatinkan.

Kedua, serangan siber saat ini di Amerika Serikat menunjukkan bahwa meskipun Washington berupaya keras untuk memperluas kemampuan sibernya dalam dimensi defensif dan ofensif, tapi musuh Amerika juga telah mampu memperkuat kemampuan siber mereka pada saat yang sama. Pada kenyataannya, dengan serangan yang sangat luas terhadap berbagai institusi federal AS praktis mampu mendorongnya ke ambang kelumpuhan dan ketidakmampuan total.

Keamanan siber

Pada September 2018, pemerintahan Trump mengumumkan strategi keamanan siber nasional baru yang menguraikan prioritas pertahanan pemerintah federal di bidang siber dan menekankan serangan peretas asing. Dokumen tersebut memperingatkan peretas asing dan kelompok siber bahwa mulai sekarang, di bawah strategi keamanan siber AS yang baru, tindakan agresif terhadap mereka akan meningkat.

Bagaimanapun juga, sekarang jelas bahwa ancaman ini hampa, dan bahwa Washington praktis bingung dan pasif dalam menghadapi serangan siber di Amerika Serikat.

Tags