Dampak Serangan Yaman ke Aramco Saudi (1)
-
Perusahaan minyak Aramco dan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.
Kelompok Ansarullah dan militer Yaman pada 14 September 2019, mengerahkan 10 drone untuk melumpuhkan fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais. Aksi ini merupakan pembalasan atas kejahatan koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Militer dan Ansarullah Yaman melancarkan tiga serangan besar ke Arab Saudi selama dua bulan terakhir. Operasi pertama dilakukan dengan rudal ke instalasi minyak di kota Dammam, timur Saudi pada 1 Agustus 2019. Ini untuk pertama kalinya pasukan Yaman menyerang sebuah target militer di titik terjauh di Saudi, berjarak sekitar 1.300 kilometer dari ibukota Sana'a.
Televisi RT Arabic Rusia dalam sebuah laporannya, menyebut serangan itu sebagai sebuah perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Faktor yang membedakan operasi rudal ini dari serangan-serangan lain terhadap posisi militer Saudi adalah bahwa rudal tersebut untuk pertama kalinya terbang sangat jauh, karena sebelum ini target terjauh yang terkena rudal Yaman adalah Riyadh.
Operasi besar kedua terjadi pada 17 Agustuts lalu dan dianggap sebagai serangan drone terbesar Yaman pada waktu itu. Operasi ini melibatkan 10 drone Yaman dan menargetkan ladang minyak Shaybah milik Saudi. Ini untuk pertama kalinya drone Yaman mampu mengudara sejauh 1.200 kilometer.
Serangan besar ketiga dan terbaru dilakukan oleh 10 drone terhadap fasilitas pengolahan minyak di Abqaiq dan Khurais. Ini adalah aksi yang fantastis dan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi sektor minyak Arab Saudi. Serangan ke Shaybah membuat satu juta barel produksi minyak negara itu terhenti, tetapi pemboman Abqaiq dan Khurais memangkas produksi minyaknya hingga 50% atau 5,7 juta barel per hari.
Kantor berita Reuters dalam sebuah laporan menulis, "Kompleks minyak Abqaiq adalah ladang minyak terbesar Aramco yang berjarak sekitar 75 kilometer dari selatan Dammam; salah satu kota paling penting di Arab Saudi. Kompleks minyak Abqaiq adalah tempat penyimpanan terbesar dan pusat pengolahan minyak mentah di dunia.

Minyak mentah dibawa ke pusat pengolahan itu untuk diproses menjadi minyak mentah murni, sementara gas yang dipisahkan darinya dikirim ke tangki penyimpanan gas cair sebagai produk sekunder. Selain itu fasilitas Abqaiq juga sangat penting bagi pasar global, di mana pipa-pipa minyak di sana terhubung ke Bahrain dan jalur pipa ini mentransfer sekitar 35 ribu barel minyak per hari.
Panjang jalur pipa itu mencapai 110 kilometer, di mana 42 km berada di wilayah Arab Saudi, 42 km lainnya di bawah laut, dan 28 km sisanya di wilayah Bahrain. Fasilitas Abqaiq juga merupakan jalur utama pipa minyak dari timur ke barat milik Aramco dan jalur pipa ini memainkan peran vital dalam menghubungkan fasilitas produksi minyak di wilayah timur Saudi dengan daerah lain.
Ladang minyak Khurais juga merupakan proyek minyak terbesar di dunia dan dapat menghasilkan 3,5 juta barel minyak mentah Arab Light per hari. Sekarang kita mengerti mengapa serangan ke Abqaiq merupakan sebuah tamparan keras ke Riyadh."
Menurut Menteri Energi Saudi, Abdulaziz bin Salman, Abqaiq adalah jantung industri minyak negaranya. Dengan demikian Ansarullah dan militer Yaman telah menargetkan jantung industri minyak Arab Saudi.
"Abqaiq mungkin merupakan fasilitas paling kritis di dunia untuk pasokan minyak," kata Jason Bordoff, Direktur Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia dan bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS selama masa kepresidenan Barack Obama.
Situs media Bloomberg dalam analisanya menulis bahwa serangan ke fasilitas Abqaiq membuat Arab Saudi terkena serangan jantung.
Pada dasarnya, militer dan Ansarullah Yaman telah memukul sektor perekonomian Arab Saudi. Aksi ini merupakan pembalasan terhadap serangan rutin Saudi terhadap rakyat Yaman, dan menunjukkan bahwa pasukan Yaman ingin membebani biaya tambahan kepada Saudi atas perang yang dikobarkannya.
Serangan ke Abqaiq mengenai 13 tempat pengolahan minyak milik Aramco. Kerugian ini tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi karena dianggap kedua pihak sedang terlibat dalam perang.

Menurut surat kabar Rai al-Youm, kerugian akibat serangan ke Abqaiq dan Khurais tidak hanya produksi 5,7 juta barel per hari atau 350 juta dolar per hari (tentu sebelum harga minyak naik), tetapi 50 persen dari produksi gas Saudi juga terkena imbasnya dan ini akan memangkas kemampuan produksi produk-produk petrokimia. Jadi, angka kerugian mencapai 500 juta dolar per hari atau 15 miliar dolar per bulan.
Aksi Ansarullah Yaman juga berpengaruh langsung pada program Visi Saudi 2030 dan bahkan dapat membuyarkan mimpi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Raja Salman belum lama ini memecat Menteri Energi Khalid al-Falih karena terlibat perselisihan dengan MBS, yang ingin mewujudkan Visi Saudi 2030 dengan menjual sebagian saham Aramco.
Penunjukan Abdulaziz – putra Raja Salman – bertujuan untuk memuluskan rencana penjualan saham Aramco, namun serangan Ansarullah akan membuat rencana itu terganggu atau bahkan tertunda.
MBS ingin menarik investasi asing di sektor minyak Saudi untuk mendukung tujuannya dalam Visi Saudi 2030, tetapi masuknya arus modal asing sangat bergantung pada situasi keamanan. Serangan beruntun Ansarullan dan militer Yaman ke wilayah Saudi membuktikan bahwa negara itu tidak aman dan iklimnya tidak mendukung untuk investasi asing.
Target serangan yang berjarak 1.200 kilometer dari Sana'a ini menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi di seluruh wilayah Saudi berada dalam jangkauan senjata Yaman. Surat kabar The New York Times menulis harga setiap drone yang dipakai Ansarullah sekitar 15 ribu dolar yaitu dengan biaya 150 ribu dolar (untuk 10 drone), mereka telah membuat Saudi terancam kehilangan 500 miliar dolar dari penjualan lima persen saham Aramco.
Setelah serangan tersebut, bursa saham Saudi dan beberapa negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) mencatat penurunan tajam, terutama saham milik perusahaan petrokimia SABIC Arab Saudi. Perusahaan petrokimia lain seperti Yanbu National Petrochemicals Co dan Kayan juga mengumumkan kekurangan pasokan bahan baku yang signifikan.
Harga saham di Bursa Efek Saudi (pada hari pertama kerja setelah serangan ke Abqaiq dan Khurais) turun sekitar tiga persen dan saham sektor energi mencatat penurunan lebih dari empat persen. Saham milik bank-bank dan perusahaan telekomunikasi juga mengalami penurunan tiga persen. (RM)