Hari Quds Sedunia, Aksi Nyata Mendukung Palestina
Rezim Zionis Israel telah merampas dan mendirikan pemerintahan ilegal di tanah Palestina sejak 72 tahun lalu. Selama periode itu, Zionis terus mengusir ratusan ribu rakyat Palestina, membunuh mereka, memenjarakan, dan menyiksa bangsa tertindas ini.
Israel semakin menggila dalam melakukan kejahatannya karena mendapat lampu hijau dari negara-negara Barat terutama Amerika Serikat dan sikap pasif lembaga-lembaga internasional. Namun kekejaman dan penjajahan Zionis tidak dibiarkan begitu saja, rakyat Palestina melakukan perlawanan terhadap Zionis dengan segala cara.
Berdirinya Republik Islam Iran pada tahun 1979 telah menghadirkan harapan di relung bangsa tertindas ini sehingga dengan bantuan tanpa hentinya, mereka memiliki sebuah sandaran yang kuat. Salah satu aksi nyata Iran dalam menggalang dukungan publik untuk rakyat Palestina adalah menetapkan Hari Quds Sedunia yang dicetuskan oleh Imam Khomeini ra, Bapak Pendiri Republik Islam Iran.
Imam Khomeini ra dalam sebuah pesan pada Agustus 1979 mengatakan, “Saya mengajak seluruh kaum Muslim dunia pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan yang termasuk momen Lailatul Qadar dan dapat menentukan nasib rakyat Palestina, untuk menjadikannya sebagai Hari Quds dan saya menyeru kaum Muslim untuk menunjukkan aksi solidaritas internasionalnya dalam mendukung hak-hak sah bangsa Muslim Palestina.”
Sejak pengumuman itu, kaum Muslim menggelar aksi pawai di seluruh dunia untuk mendukung rakyat tertindas Palestina dan mengutuk kejahatan rezim Zionis di setiap Jumat terakhir bulan Ramadhan.
Selama 41 tahun lalu, Republik Islam Iran selalu menunjukkan komitmennya dalam ucapan dan tindakan untuk mendukung perjuangan bangsa Palestina membebaskan tanah airnya. Imam Khomeini ra menganggap rezim Zionis bukan hanya musuh Palestina, tetapi juga musuh kemanusiaan dan kaum Muslim.
“Harapan kami adalah membebaskan tanah Palestina dan Masjid al-Aqsa dari Zionis,” tegasnya.
Sikap tegas ini diambil karena perampasan tanah Palestina dan pembentukan rezim Zionis merupakan sebuah langkah yang melanggar hukum internasional dan ilegal, yang terwujud dengan dukungan pemerintah-pemerintah Barat. Oleh karena itu, Republik Islam memandang Israel sebagai rezim penjajah dan tidak memberikan pengakuan kepadanya.
Penerus Imam Khomeini, Ayatullah Sayid Ali Khamenei juga menyerukan penghapusan Israel dari geografi kawasan dan berkata, “Hari Quds Sedunia adalah hari deklarasi penentangan umat Islam terhadap kezaliman dan ketidakadilan yang dilakukan Zionis dan sekutunya.”
Soal dukungan untuk rakyat Palestina, Ayatullah Khamenei menegaskan pemerintah Republik Islam dan bangsa Iran akan selalu menjadi pendukung dan pembela rakyat Palestina.
Meski demikian, rezim penjajah tidak tinggal diam dan tidak henti-hentinya merancang konspirasi baru terhadap rakyat Palestina dan tanah air mereka. AS memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis dan sebagai bentuk dukungan penuhnya terhadap penjajahan dan ekspansi rezim Zionis, Washington mengumumkan prakarsa Kesepakatan Abad pada 28 Januari 2020.
Prakarsa licik ini memicu kecaman dari banyak negara, kelompok-kelompok, dan para tokoh dunia. Bahkan pemerintah Otorita Ramallah Palestina yang memilih kompromi dan bekerja sama dengan rezim Zionis, juga menolak prakarsa Kesepakatan Abad.
Berdasarkan prakarsa itu, bagian-bagian lain dari tanah Palestina di Tepi Barat dan bahkan Dataran Tinggi Golan Suriah diserahkan kepada Israel, rakyat Palestina harus keluar dari seluruh Baitul Maqdis kecuali hanya dari beberapa bagian. Rakyat Palestina juga harus merelakan hak kepulangan ke tanah airnya yang diakui oleh Dewan Keamanan PBB.
Rezim Zionis yang memperoleh semua konsesi licik ini, mengizinkan Palestina untuk membentuk sebuah pemerintahan di bawah pengawasan mereka dan tentu saja ibukotanya bukan kota Quds.
Mengingat sepak terjang Israel yang tidak pernah mematuhi komitmennya sekecil apapun, dapat diprediksi bahwa prakarsa Kesepakatan Abad adalah instrumen untuk menduduki Palestina secara penuh dan mengakhiri perlawanan bangsa ini. Anehnya lagi, prakarsa yang disusun mengenai tanah dan rakyat Palestina ini sama sekali tidak melibatkan mereka dan mereka dipaksa untuk menerima konspirasi jahat ini.
Di sisi lain, persetujuan beberapa negara Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir terhadap prakarsa Kesepakatan Abad dapat dianggap sebagai sebuah pengkhianatan nyata atas perjuangan Palestina. Bahkan beberapa dari mereka khususnya Arab Saudi akan mengucurkan dana untuk implementasi Kesepakatan Abad.
Saudi Cs tentu saja sejak dulu telah memulai proses normalisasi hubungan dan kerja sama dengan Israel di berbagai bidang. Tahap awal pelaksanaan kesepakatan itu bahkan dilakukan di Bahrain dalam sebuah konferensi dan rencananya Israel akan segera meresmikan kedutaannya di Uni Emirat Arab. Juga ada banyak laporan tentang kerja sama para pakar militer Israel dengan Saudi untuk membantai rakyat Yaman.
Namun, mayoritas negara-negara Muslim dan Arab menolak Kesepakatan Abad dan menekankan pemenuhan hak-hak rakyat Palestina. Bahkan banyak dari negara non-Muslim dan kelompok-kelompok penentang ekspansi Israel, menganggap prakarsa Kesepakatan Abad tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional dan kesepakatan damai Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan Tel Aviv.
Gerakan Boikot Israel (BDS) mengecam prakarsa tersebut serta mendesak aksi perlawanan terhadap Kesepakatan Abad dan upaya untuk mengisolasi rezim ilegal itu.
Sejak awal munculnya konspirasi Kesepakatan Abad, Republik Islam Iran memilih bangkit menentangnya, sebab jelas bahwa prakarsa yang disusun lewat kerja sama Amerika dan rezim Zionis serta tanpa melibatkan Palestina, hanya menguntungkan rezim penjajah tersebut.
Ayatullah Khamenei menilai prakarsa Kesepakatan Abad sebagai kebodohan, licik, dan ditakdirkan gagal.
“Pawai Hari Quds tahun ini menjadi lebih penting, karena pengkhianatan yang dilakukan oleh beberapa antek Amerika di kawasan untuk melaksanakan Kesepakatan Abad, yang tentu saja tidak akan terlaksana dan tidak akan pernah terealisasikan. AS dan antek-anteknya pasti akan gagal dalam masalah ini. Perbedaan mereka dengan masa lalu adalah bahwa mereka sekarang secara terbuka mengatakan kami ingin menghapus masalah Palestina dari isu-isu global, tentu saja tidak akan mampu dilakukan dan mereka akan gagal,” tandasnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran sejak dulu menawarkan sebuah solusi yang adil untuk konflik Palestina dan sekarang juga kembali mengulanginya, “Solusi utama dan fundamental untuk isu Palestina adalah apa yang kami kemukakan beberapa tahun lalu dan sudah dicatat di lembaga-lembaga penting internasional yaitu: dari semua penduduk asli Palestina – bukan orang yang datang ke wilayah Palestina dari negara lain – tetapi hanya penduduk asli Palestina dari semua mazhab baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi agar dilakukan referendum dan dibentuk sistem yang diterima oleh mereka dan sistem ini memerintah di seluruh tanah Palestina.”
Dalam satu tahun terakhir, ada sebuah fenomena lain yang memberikan optimisme untuk pembebasan Palestina dari pendudukan Zionis yaitu Pawai Akbar Hak Kepulangan yang digelar setiap Jumat di perbatasan Gaza dengan Palestina pendudukan. Aksi ini menunjukkan spirit perjuangan dan perlawanan di tengah rakyat Palestina masih membara.
Militer rezim Zionis marah dengan aksi tersebut dan telah membunuh hampir 350 warga Palestina dan melukai lebih dari 30.000 demonsran Pawai Hak Kepulangan. Di sisi lain, gerakan perlawaan di Gaza berulang kali membalas agresi rezim Zionis dengan rudal-rudalnya yang sudah lebih maju dari segi jangkauan dan daya ledak.
Namun, mungkin dapat dikatakan bahwa prestasi terpenting yang diraih oleh rakyat tertindas Palestina adalah mengenal dengan baik teman dan musuh-musuhnya. Banyak dari pemerintahan Arab yang mencitrakan diri sebagai pembela Palestina, bergerak ke arah normalisasi hubungan dengan rezim Zionis dan mereka berkhianat kepada bangsa Palestina.
Saat ini rakyat Palestina memahami bahwa mereka tidak boleh percaya pada rezim-rezim kompromis dan opsi terbaik untuk membebaskan tanah airnya adalah perlawanan melawan Zionis. Bangsa Palestina berkesimpulan bahwa mereka harus bersandar kepada Allah Swt, tekadnya, serta dukungan politik dan praktis negara-negara seperti Iran, yang selalu bersikap jujur dengan mereka.
Penetapan Hari Quds Sedunia dan dukungan penuh terhadap perlawanan Islam Palestina merupakan dua contoh dari tindakan nyata Republik Islam Iran dalam mendukung cita-cita bangsa Palestina.
Ayatullah Khamenei saat menjelaskan kebijakan prinsipil ini berkata, “Di Republik Islam Iran, isu Palestina bagi kami bukanlah sebuah masalah taktis, juga bukan sebuah strategi politik, tetapi sebuah ideologi, masalah hati, dan masalah iman.” (RM)