Guardian: Kebencian atas Trump Rahasia Persatuan Baru di Amerika
-
Demonstrasi No Kings di AS
Pars Today - Kebencian terhadap presiden AS saat ini menjadi faktor umum bagi para demonstran yang turun ke jalan untuk memprotes Trump di berbagai negara bagian AS.
Surat kabar Guardian Inggris baru-baru ini menulis dalam sebuah laporan, Meskipun beberapa anggota Partai Republik AS memperkirakan demonstrasi besar-besaran "No Kings" pada hari Sabtu (18/10/2025) akan berubah menjadi kekerasan, tapi kenyataannya berbeda.
Menurut laporan Pars Today, jutaan warga Amerika turun ke jalan di berbagai kota, mulai dari New York hingga Austin, Oakland, dan St. Augustine, untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap kebijakan otoriter Donald Trump, tapi bertentangan dengan harapan, protes ini berlangsung damai, penuh kegembiraan, dan penuh humor politik.
Pada hari-hari menjelang demonstrasi, beberapa tokoh terkemuka di Partai Republik AS, termasuk Ketua DPR Mike Johnson mencoba menggambarkan demonstrasi ini sebagai gerakan anti-Amerika. Johnson menyebutnya "demonstrasi anti-Amerika" dan mengklaim bahwa para pesertanya berasal dari kelompok-kelompok "Marxis, anti-Fasis, sosialis, dan pendukung Hamas".
Perwakilan Minnesota, Tom Emmer, menyebut protes tersebut sebagai "produk dari sayap teroris Partai Demokrat", dan Senator Roger Marshall bahkan menyinggung kemungkinan keterlibatan Garda Nasional.
Tak satu pun dari skenario ini terwujud. Tidak ada kekerasan, dan tidak ada intervensi militer. Laporan dari seluruh Amerika Serikat menunjukkan bahwa suasana protes berlangsung damai tapi penuh semangat.
Humor dan Amarah Berpadu
Campuran amarah, harapan, dan humor terlihat di jalanan yang ramai. Orang-orang membawa spanduk yang mengejek Trump dan rombongannya, mulai dari kutipan sastra hingga lelucon tajam. Di San Francisco, seorang pria berjalan di samping seorang wanita yang telah mengolok-olok persahabatan Trump dengan Jeffrey Epstein.
Beberapa pengunjuk rasa mengenakan kostum hewan tiup warna-warni, sebuah metode simbolis yang pertama kali digunakan dalam protes di Portland terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Trump untuk mengejek "negara yang dilanda perang" yang dibangun pemerintahan di sekitar para penentangnya.
Tidak seperti gerakan anti-Trump yang berat dan sarat slogan pada masa jabatan pertamanya, gerakan "No Kings" mengambil nada humoris tapi sangat politis. Kombinasi tawa dan protes merupakan tanda kedewasaan masyarakat yang lelah yang memutuskan untuk merespons dengan ejekan alih-alih ketakutan.
Koalisi Luas dari Berbagai Aliran
Para kritikus mengatakan gerakan "No Kings" tidak memiliki agenda yang jelas. Namun, keberagaman peserta, mulai dari sosialis demokrat, libertarian, hingga serikat buruh, menunjukkan luasnya protes tersebut. Pada demonstrasi San Francisco, bendera elang Aztec dari Serikat Pekerja Pertanian, mawar kaum sosialis, dan bahkan seorang pria setengah telanjang dengan tanda emas yang menyebut dirinya libertarian terlihat berdampingan. Beberapa mengenakan pakaian para pendiri Amerika, yang lain berpakaian seperti elang berbulu putih, dan banyak yang terbungkus bendera Amerika.
Kebencian terhadap Trump, Rahasia Persatuan Baru di Amerika
Keberagaman ini merupakan simbol dari koalisi yang luas dan heterogen yang telah bersatu dari semua pihak melawan otoritarianisme. Meskipun Partai Demokrat telah lama khawatir bahwa basis mereka terlalu beragam, kebencian bersama terhadap kebijakan Trump tampaknya telah memberikan perekat baru bagi persatuan ini.
Dari Perlawanan Serius Menjadi Humor Sipil
Gerakan "No Kings" bukan sekadar protes, tetapi cerminan dari perubahan budaya politik Amerika. Jika gerakan-gerakan tahun-tahun sebelumnya bertumpu pada keseriusan dan kemarahan, kali ini perpaduan humor, kebebasan, dan aksi sipil mulai terbentuk. Menurut para analis, gerakan ini bisa menjadi awal dari semacam "front rakyat liberal" yang, dengan mengandalkan nilai-nilai demokrasi dan hukum, akan menentang kebijakan-kebijakan otoriter dan berpusat pada kekuasaan Trump.
Menurut penulis koran ini, tujuan "No Kings" bukan hanya untuk menentang Trump, tetapi untuk membangun kembali sistem di mana "hukum dan persuasi" menggantikan "kekuatan dan dominasi". Orang-orang berkumpul dalam protes-protes ini untuk mempertahankan kondisi-kondisi di mana mereka dapat bebas berselisih pendapat satu sama lain.
Damai di Atas Provokasi
Sebelum demonstrasi, beberapa pihak khawatir tentang kemungkinan bentrokan atau intervensi oleh pasukan federal pro-Trump. Di San Francisco, seorang penyelenggara mendesak masyarakat untuk melawan kemungkinan provokasi dan tidak berinteraksi dengan agen federal melalui pengeras suara. "Jika Anda melihat petugas berseragam di luar gedung, ini jebakan," ia memperingatkan.
Namun, terlepas dari kekhawatiran tersebut, pawai berlangsung damai. Di New York, sekitar 100.000 orang berpartisipasi di lima wilayah, dan NYPD mengatakan tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Reaksi Marah Trump
Mungkin kedamaian dan keberhasilan demonstrasi tersebut paling membuat Trump marah. Pada Sabtu malam, ia mengunggah video buatan AI di akun media sosialnya, Truth Social, yang memperlihatkan dirinya terbang di atas kerumunan dengan jet tempur, mengenakan mahkota, dan membuang kotoran ke arah para pengunjuk rasa!
Sebuah pertunjukan kekanak-kanakan dari seorang presiden yang tampaknya ingin menunjukkan bahwa ia membenci rakyatnya. Namun, jutaan orang yang berdemonstrasi hari itu menunjukkan bahwa kebencian ini bersifat timbal balik – dan mungkin kali ini, kebencian orang-orang terhadap otoritarianismenya bahkan lebih intens.(sl)