Lintasan Sejarah 29 Juni 2021
-
29 Juni 2021
Hari ini Selasa, 29 Juni 2021 bertepatan dengan 18 Zulkaidah 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 8 Tir 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Umar Khayam Neishaburi Lahir
1003 tahun yang lalu, tanggal 18 Dzulqadah 439 HQ, Umar Khayam Naishaburi, seorang matematikawan, astronom, filsuf, dan penyair besar Iran, terlahir ke dunia di kota Neishabur, timur laut Iran.
Meskipun ketinggian ilmu Khayam jauh melampui kemampuannya di bidang sastra, namun Umar Khayam lebih terkenal di dunia sebagai seorang penyair. Syair-syairnya yang berstruktur rubaiyyat dan mengandung keindahan serta makna yang dalam telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia.
Selain menghasilkan karya syair, Umar Khayam juga melakukan perbaikan terhadap kalender Persia. Kalender hasil susunan Umar Khayam dikenal dengan nama “Taqwim-e Jalali”.
Karya Umar Khayam yang lain adalah buku “Nuruz-nameh” dan “Tarikh-e Adab-e Jasn-e Nuruz”, dan “Jabar wa Muqabalah” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 1851.
Seychelles Merdeka
45 tahun yang lalu, tanggal 29 Juni tahun 1976, Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudera Hindia, di lautan sebelah timur Afrika, meraih kemerdekaannya.
Seychelles awalnya dikuasai oleh Portugis, kemudian berpindah ke tangan Prancis, dan akhirnya jatuh ke tangan Inggris.
Sejak tahun 1960, perjuangan kemerdekaan di Seychelles semakin meningkat sampai akhirnya meraih kemerdekaan enam belas tahun kemudian. Seychelles terdiri dari sekitar 100 buah pulau yang subur dan berpenduduk sekitar 80.000 orang.
Ayatullah Abolqasem Danesh Ashtiani Wafat
20 tahun yang lalu, tanggal 8 Tir 1380 HS, Ayatullah Abolqasem Danesh meninggal dunia di usia 90 tahun dan dimakamkan di komplek suci makam Sayidah Maksumah, Qom.
Ayatullah Haj Sheikh Aboqasem Nahesh Ashtiani, lahir pada 1290 HS dari keluarga ulama di kota Ashtian. Beliau merupakan cucu Akhond Mullah Ahmad Ashtiani. Sejak kecil beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama dan di usia 15 tahun Ayatullah Danesh Ashtiani memasuki hauzah ilmiah Qom. Selama di hauzah ilmiah Qom, beliau melanjutkan pendidikan agamanya di bawah pengawasan Mirza Mohammad Feiz Qommi. Beliau kemudian belajar fiqih dan ushul fiqih untuk tingkatan mujtahid bersama Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi, Sayid Mohammad Hojjat Kouh Kamareh-i dan Sayid Mohammad Taqi Khonsari.
Kemudian selama bertahun-tahun beliau kembali ke kampung halamannya untuk berdakwah. Tapi ketika mendapat kabar datangnya Ayatullah Boroujerdi ke kota Qom, Ayatullah Danesh Ashtiani kembali ke Qom dan belajar kepada Ayatullah Boroujerdi. Beliau mendapat perhatian besar dari Ayatullah Boroujerdi, sehingga diangkat menjadi penanggung jawab perpustakaan Masjid Azam, Qom. Dalam menjalankan tugasnya, Ayatullah Danesh Ashtiani berhasil memajukan perpustakaan ini sejajar dengan perpustakaan terkenal Iran dan juga mencetak koran.
Dalam kebangkitan Islam yang dipimpin oleh Imam Khomeini, Ayatullah Ashtiani ikut melawan rezim Shah Pahlevi dan nama beliau tertera dalam pernyataan protes ulama dan pengajar hauzah ilmiah Qom. Pasca kemenangan Revolusi Islam, Imam Khomeini ra mengangkat beliau sebagai Imam Jumat kota Ashtian.
Beliau juga meninggal banyak karya tulis seperti Taqriraat Fiqh Ayatullah Boroujerdi, Majmu'ah Maqalaat, terjemah buku Saqifah dan lain-lain.