Okt 23, 2021 14:06 Asia/Jakarta

Surat Al-Fath ayat 14-16

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (14)

 

Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (14)

Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang munafik yang batinnya kafir, tapi di luar menunjukkan sebagai orang muslim. Ayat ini mengatakan, Allah Swt Maha Pengampun dan Penyayang, dan siapa saja bertaubat dan menyesal atas perbuatannya di masa lalu akan mendapat pengampunan-Nya. Tapi mereka yang tetap melanjutkan jalan kelirunya dan congkak dihadapan kebenaran sejatinya membuat dirinya jauh dari rahmat Tuhan dan akan mendapat balasan dari perbuatan kelirunya.

Ayat ini menekankan kekuasaan mutlak Tuhan terhadap alam semesta sehingga tidak ada yang akan berpikir dapat keluar dari kekuasaan dan perintah Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Rahmat ilahi mendahului murka-Nya. Selama manusia tidak menghalangi potensinya untuk mendapat rahmat Tuhan melalui perbuatannya, maka ia akan mendapat rahmat ilahi.

2. Rasa takut dan harapan diperlukan bagi keselamatan manusia. Oleh karena itu, di pendidikan ilahi, manusia harus dalam kondisi takut dan penuh harapan, bukannya putus asa total atau congkak. Manusia harus optimis akan rahmat Tuhan dan takut akan kemurkaan-Nya.

 

سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا (15)

 

Orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan: "Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu"; mereka hendak merubah janji Allah. Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah menetapkan sebelumnya"; mereka akan mengatakan: "Sebenarnya kamu dengki kepada kami". Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali. (48: 15)

Salah satu ciri orang munafik adalah oportunisme. Ketika mereka dalam bahaya, mereka menarik diri dengan berbagai dalih dan melalaikan tanggung jawab mereka, tetapi mereka hadir di mana pun ketika mereka merasa kehadiran mereka bermanfaat baginya.

Saat rombongan muslimin kembali ke Madinah, Allah Swt memberi kabar gembira kepada Nabi akan penaklukkan Khaibar dan mereka yang menentang Perjanjian Hudaibiyah akan dilarang ikut dalam perang Khaibar. Tapi ketika pasukan Muslim bergerak ke arah Khaibar, kelompok ini meminta Nabi supaya diijinkan bergabung bersama pasukan muslim untuk menebus kesalahan mereka. Tapi sejatinya mereka hanya ingin saham rampasan perang Khaibar. Rasulullah kemudian membacakan perintah Allah kepada mereka dan melarang mereka ikut di perang ini.

Uniknya kelompok ini alih-alih mengakui kesalahannya, tapi malah menuding orang lain dan mengatakan, mereka tidak menginginkan kita ikut di jihad ini karena dengki dan ingin menguasai semua rampasan perang.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat petik:

1. Mereka yang meninggalkan kewajiban sosialnya di kondisi bahaya dan sulit, harus dilarang menikmati sejumlah fasilitas sosial, sehingga tidak terbuka peluang bagi maraknya kelompok tersebut.

2. Seluruh muslim mengklaim beriman dan mengikuti perintah Tuhan. Tapi mukmin sejati dan munafik akan tampak di kondisi sulit.

3. Jangan takut akan tudingan dan fitnah orang munafik yang menfitnah orang mukmin untuk berlepas diri dari pelanggaran mereka.

 

قُلْ لِلْمُخَلَّفِينَ مِنَ الْأَعْرَابِ سَتُدْعَوْنَ إِلَى قَوْمٍ أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ تُقَاتِلُونَهُمْ أَوْ يُسْلِمُونَ فَإِنْ تُطِيعُوا يُؤْتِكُمُ اللَّهُ أَجْرًا حَسَنًا وَإِنْ تَتَوَلَّوْا كَمَا تَوَلَّيْتُمْ مِنْ قَبْلُ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (16)

 

Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: "Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih". (48: 16)

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang penolakan permintaan orang munafik untuk ikut di perang Khaibar, ayat ini menyatakan, jika kalian benar-benar menyesal atas pelanggaran kalian sebelumnya, maka kalian dapat menunjukkan kejujuran kalian di medan sulit yang akan datang dan Allah Swt membuka jalan ini bagi kalian supaya kalian bertaubat atas kesalahan masa lalu.

Tapi jangan berharap rampasan perang di perang tersebut dan jangan berperang karena mengharapkan ghanimah (rampasan perang). Dengan demikian kalian akan mendapat pahala dari Tuhan seperti yang diraih pejuang di jalan kebenaran. Tapi jika kalian kembali melakukan pelanggaran di perang tersebut dan menyimpang dari perintah Tuhan dan rasul-Nya, maka kalian akan mendapat azab yang pedih.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dalam sistem sosial, biarkan jalan kembali dan kompensasi terbuka bagi pelanggar dan tidak memboikot mereka selamanya.

2. Jangan meremehkan musuh dan jangan menganggap kemenangan sebelumnya sebagai alasan bagi kemenangan di perang mendatang, karena bisa jadi musuh memperkuat persenjataan dan kemampuan mereka serta hadir di medan tempur lebih kuat dari sebelumnya.

3. Kekuatan dan kemampuan pertahanan muslimin harus memaksa musuh untuk menyerah dan menerima kekalahan.

4. Tujuan dari jihad adalah melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya, bukan memperluas negara atau menaklukkan pihak lain, karena pejuang sejati adalah mereka yang ingin meraih keridhaan Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya.