Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (1)
Salam bagimu Ya Ramadan, selamat datang bulan penuh berkah dan ampunan. Selamat datang bulan penuh rahmat dan bulan penuh kesempatan. Marhaban Ya Ramadan.
یا أَیُّهَا الَّذینَ آمَنوا کُتِبَ عَلَیکُمُ الصِّیامُ کَما کُتِبَ عَلَى الَّذینَ مِن قَبلِکُم لَعَلَّکُم تَتَّقونَ﴿۱۸۳﴾
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS, 2:183)
Ini adalah firman Tuhan kepada kita. Tak diragukan lagi tugas seorang hamba dihadapan perintah Tuhan adalah ketaatan mutlak. Tapi Tuhan menghendaki manusia menjadi hamba-Nya melalui pemikiran dan rasionalitas. Ketika Ia memberi perintah, maka juga disertai dengan rahmat-Nya. Penghambaan yang disertai dengan pilihan dan rasionalitas adalah yang membuat manusia unggul dari malaikat. Ini adalah yang diketahui Tuhan, sementara malaikat tidak mengetahuinya.
Tuhan menyebutkan bahwa hikmah berpuasa adalah memberkokoh takwa. Takwa yakni menjaga diri dari kerusakan. Sama seperti seorang petarung yang membawa perisai untuk menjaga dirinya dan juga mengenakan baju besi, maka orang mukmin juga harus mengenakan perisai puasa dan baju takwa untuk menjaga dirinya aman dari bisikan setan.
Kehidupan yang tidak memiliki tujuan yang jelas dan penuh dengan kekacauan, bukan kehidupan manusiawi. Tapi kehidupan yang memiliki tujuan yang jelas, harus memilik program untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang pendaki gunung yang ingin mencapai puncak, jika tidak memiliki program yang jelas, maka ia akan tersesat dan mungkin saja kehilangan nyawanya. Manusia ketika tidak mengenal tujuan utamanya atau tidak memiliki program untuk mencapai tujuannya, juga akan tersesat dan hancur.
Di budaya Alquran, tujuan manusia adalah sampai kepada Tuhan, mencapai derajat yang tidak ada pemisah antara dirinya dan Tuhan, sementara takwa adalah progran yang akan membawa manusia ke tujuan ini. Takwa yakni memahami poin bahwa alam berada di hadapan Tuhan. Manusia jika memahami posisi dan keagungan Pencipta Yang Maha Esa, maka ia akan selalu dan di setiap kondisi menyadari dirinya senantiasa berada di bawah pengawasan dan hadapan Tuhan. Kesadaran seperti ini yang akan mencegah kita berbuat dosa dan mendorong kita mentaati perintah-Nya. Ini adalah takwa, kondisi antara takut dan harapan, takut akan azab ilahi dan harapan atas rahmat dan ampunan yang mendahului kemurkaan Tuhan.
Puasa dalam bentuknya yang paling sederhana adalah menahan makan dan minum, dan menahan dari kebutuhan fisik yang paling sederhana. Tapi ini sejatinya sebuah latihan untuk memperkuat kehendak melawan tuntutan fisik dan hawa nafsu yang jika kita selalu mengiyakan tuntutan tersebut, bukan saja tidak akan berakhir, tapi tuntutan tersebut akan semakin meningkat dan tidak berkesudahan. Ketika keinginan hawa nafsu ini terus dipenuhi, maka kehidupan manusia akan menjadi kacau dan mencegahnya untuk mencapai tujuan utama.
Ramadhan merupakan latihan bagi sebuah kehidupan yang sistematis dan disiplin. Kehidupan rasional di mana keinginan akan dipenuhi secukupnya, dan mendekatkan manusia ke tujuan aslinya, bukannya menghalangi manusia. Di kehidupan seperti ini, akal manusia ditempatkan ditempatnya dengan kuat, dan tidak akan membiatkan manusia menyimpang dari jalannya. Ini adalah arti sejati dari keadilan.
Manusia yang berhasil di dunia menerapkan keadilan di dirinya, pastinya juga akan bertindak serupa di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Ramadhan adalah mukadimah untuk mencapai keadilan sosial. Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mewajibkan puasa agar si kaya dan si miskin setara."
Datangnya bulan Ramadhan sejatinya hari raya besar bagi umat Muslim, di mana orang mukmin saling mengucapkan selamat atas datangnya bulan penuh berkah dan rahmat ini. Mereka saling merekomendasikan untuk memanfaatkan bulan ampunan dan penuh berkah ini semaksimal mungkin. Karena bulan ini, adalah bulan perjamuan ilahi. Di bulan ini, tamunya adalah orang-orang mukmin dan mereka yang layak untuk duduk di perjamuan ilahi. Jamuan umum Tuhan dibuka untuk semua manusia dan makhluk hidup di alam semesta, tapi di bulan Ramadhan, jamuan untuk tempat terbatas dan khusus, hanya bagi mereka yang menjawab undangan Tuhan.
Di dunia tempat kita hidup, bagi banyak orang, satu-satunya hal yang penting adalah kenikmatan. Nikmati makan dan minum, menikmati kekayaan, status, kekuasaan dan ketenaran dan banyak lagi. Masalahnya adalah bahwa kesenangan-kesenangan ini semuanya terbatas, tidak abadi, dan ketidakstabilan kesenangan inilah yang menyebabkan orang yang bertujuan untuk mencapai kesenangan tersebut akhirnya merasa hanya kosong dan tidak berguna. Andaikan seluruh manusia memahami di dunia ada kenikmatan yang tidak akan pernah berakhi, tidak akan pernah berkurang dan tidak juga akan hilang. Kenikmantan dan kesenangan yang membuat kita penuh energi, cahaya dan iman dalam mengarungi kehidupan.
Kenikmatan abadi yang kita bicarakan ini adalah kenikmatan beribadah. Bagi manusia yang menyadari dirinya sendiri, Tuhannya dan tujuannya, maka tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari kenikmatan beribadah dan menjadi hamba Tuhan. Tapi ini bukan sesuatu yang mudah diperoleh. Seluruh orang mukmin berpuasa dan menunaikan shalat. Kita semua berusaha menunaikan kewajiban kita, dan menjahui hal-hal yang diharamkan Tuhan. Tapi pertanyaannya, apakah kita semua merasakan kenikmatan beribadah ?
Kenikmatan beribadah sejatinya pahala yang diberikan Tuhan kepada mereka yang mengerjakan ibadah dengan ikhlas. Salah satu hasil dari melakukan ibadah dengan penuh keikhlasan adalah mencapai kesempurnaan ibadah, dan mereka yang sampai pada derajat ini, senantiasa merasakan kenikmatan spiritual saat mengerjakan ibadah dan menjahui maksiat.
Ikhlas yakni membuat hati kosong dari kecintaan selain Tuhan. Kecintaan kepada harta, anak, kedudukan, kekuasaan, dan banyak hal-hal lain harus kita singkirkan dan yang harus tersisa di hati kita adalah kecintaan kepada Tuhan. Bahkan ketika kita mencintai anak-anak kita, maka kita harus melakukannya demi meraih keridhaan Tuhan. Saat kita mengumpulkan harta dan menyiapkan sarana kesejahteraan kita dan keluarga, tujuan kita juga harus untuk meraih keridhaan Tuhan. Siapa saja yang tujuannya adalah mencari keridhaan Tuhan, tidak akan merasa senang untuk harta, kekuasaan dan ketenaran, serta tidak akan sedih karena kemiskinan, ketidakmampuan dan penyakit. Ia akan selalu rela dengan apa yang diberikan Tuhan.
Poin penting di sini yang harus diperhatikan adalah kerelaan ini tidak bertentangan dengan usaha untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan menjaga keselamatan. Bahkan juga tidak bertentangan dengan meraih kekuasaan dan harta benda dengan syarat dihati kita tetap tersimpan kecintaan kepada Tuhan.
Puasa di bulan Ramadhan merupakan peluang meraih spiritualitas dan mempersiapkan kita menerima kemurahan dan rahmat Tuhan. Bulan Ramadhan dengan puasa, shalat, doa dan ibadah serta secara umum melakukan perintah dan menjahui larangan-Nya, adalah satu masa rekonstruksi, revisi dan penyelamatan diri dari kerusakan internal manusia. Sejatinya mereka yang memanfaatkan peluang di bulan Ramadhan, dan mampu meniti jalan Allah, yakni mencapai Tuhan, maka ia mendekati mukmin sejati. Mereka yang di bulan suci ini berperilaku baik dan memperbaiki hubungannya dengan Tuhan serta dengan sesamanya, maka ia akan mampu meraih spiritualitas dan cahaya, serta menjaga spiritualitas ini sepanjang bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan peluang untuk memperhatikan diri kita, menghidupkan hati dan membersihkannya dari segala bentuk kekotoran serta mengosongkannya dari sifat iri hati dan dengki. Sama seperti kita membersihkan kotoran di permadani, jendela, tembok atau pakaian, di bulan Ramadhan kita juga harus memperhatikan kekurangan internal kita, dan membersihkan hati kita dari setiap kotoran, dengki, kesedihan dan penyesalan duniawi. Setan selalu menunggu kesempatan untuk menyesatkan manusia dengan mengiming-imingi kenikmatan dunia yang fana serta menjauhkan manusia dari Tuhan. Bulan Ramadhan kesempatan bagi manusia untuk berpikir mengenai sumber kebahagiaan dan menghapus sejumlah angan-angan dan harapan kosongnya.
Bulan Ramadhan peluang bagi manusia untuk menyusun program dan kinerja untuk meraih kebahagiaan abadi dan menyusun kehidupannya berdasarkan tujuan mulia ini. Bulan Ramadan adalah bulan Tuhan. Bulan untuk memenuhi hati kita dengan munajat ilahi dan mengingat Tuhan serta membebaskan diri dari cengkeraman setan. Allah Swt menetapkan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk membuat hati lebih dekat dengan-Nya dan sebuah peluang besar yang harus kita manfaatkan semaksimal mungkin.
Bulan Ramadan, bulan untuk menata diri kita kembali dan membersihkan hati kita. Metode paling baik untuk menata diri dan membersihkan diri kita adalah apa yang telah diajarkan oleh Alquran, seperti yang disebutkan di Surat Furqan ayat 70 ketika Allah Swt berfirman yang artinya "kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Perubahan ini tidak saja membuat Tuhan mengampuni dosa hamba, tapi juga mengubah kesalahan di masa lalu menjadi amal saleh. Oleh karena itu, sama seperti ketika puasa membakar kotoran dan zat-zat yang tidak dapat dicerna tubuh, atau lebih tepatnya saat membersihkan tubuh, maka kita juga berkewajiban untuk membersihkan jiwa kita dari segala bentuk kekotoran dan kekurangan yang muncul akibat dosa-dosa yang kita lakukan.
Di bulan Ramadhan banyak anjuran untuk mengerjakan amalan seperti membaca Alquran. Bulan Ramadhan peluang yang tepat supaya manusia semakin dekat dengan kitab suci ini, dan dengan merenungkan dan berpikir mengenai ayat-ayat di dalamnya, maka manusia akan memahami ajaran dan isinya. Banyak riwayat dan hadis yang menganjurkan kita untuk membaca Alquran dan menyebutkan tata cara membaca kitab suci ini. Di Alquran sendiri kita juga menemukan anjuran kepada manusia untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat Alquran seperti disebutkan di Surat Sad ayat 29 yang artinya, " Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."
Alquran seperti air jernih dan mentari bersinar yang dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk melanjutkan kehidupan spiritualnya. Semakin kita menjahui sumber jernih ilahi ini, sejatinya kita menjahui sumber kehidupan spiritual. Semakin manusia meletakkan dirinya di bawah sinar sumber ini, maka sejatinya ia telah memberi kemakmuran, makna dan orientasi di kehidupannya.
Manusia yang dididik di bawah ajaran Alquran, maka ia adalah sosok yang penuh semangat, kebijaksanaan dan futuristik, dan seluruh dimensi kehidupannya dipengaruhi oleh ajaran Islam. Kita berharap di bulan suci ini mampu meraih pahala semaksimal mungkin dan menjadikan kitab suci ini sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat kita serta semoga kita berjalan di jalan Alquran selama kita hidup di dunia ini. (MF)