Lintasan Sejarah 4 Mei 2022
Hari ini Rabu, 4 Mei 2022 bertepatan dengan 2 Syawal 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 14 Ordibehest 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Abu Bakar Niqasy Meninggal Dunia
839 tahun yang lalu, tanggal 2 Syawal 604 HQ, Abu Bakar Niqasy, mufassir dan ahli hadis asal Irak meninggal dunia.
Sejak usia muda, Abu Bakar Niqasy telah menimba ilmu dari sejumlah guru besar di masa itu. Niqasy juga melakukan perjalanan ke berbagai negeri Islam. Abu Bakar Niqasy dikenal sebagai ulama ahli tafsir dan hadis besar yang meninggalkan banyak karya.
Ibnu Nadim dalam kitab AlFihrits-nya menyebutkan banyak kitab yang ditulis oleh Abu Bakar Niqasy. Meski demikian, dari semua karya tersebut hanya kitab tafsir Syifaush-Shadr yang mewarnai kepustakaan umat Islam.
Perang Saudara di Lebanon
64 tahun yang lalu, tanggal 4 Mei 1958, dimulailah protes meluas dan perang saudara di Lebanon terhadap pemerintahan Kumail Shamoun, Presiden negara ini.
Shamoun yang menjabat sebagai Presiden Lebanon sejak tahun 1952 itu, banyak mengambil kebijakan untuk menjauhi Arab dan lebih condong terhadap kecenderungan-kecenderungan Barat.
Politik ini direaksi negatif oleh umat Islam Lebanon dan ketika Shamoun berniat menjadikan seluruh wilayah Lebanon di bawah kekuasaan dan pengaruh etnis Maronit, terjadilah perang saudara di negara ini. Shamoun meminta bantuan dari AS dan Washington langsung mengirimkan pasukan marinirnya ke Lebanon.
Meski tak lama kemudian perang saudara itu berakhir, namun Kumail Shamoun terpaksa mengundurkan diri. Setelah tentara AS ditarik mundur dari Lebanon, Fuad Shahab dilantik sebagai Presiden Lebanon.
Ayatullah Sayid Amir Qazvini Wafat
28 tahun yang lalu, tanggal 14 Ordibehesht 1373 HS, Ayatullah Sayid Amir Qazvini wafat di usia 77 tahun dan dimakamkan di komplek suci makam Sayidah Fathimah Maksumah, Qom.
Ayatullah Sayid Amir Mohammad Kazemi Qazvini lahir di Kuwait dari keluarga agamis dan ilmuwan tahun 1296 HS. Sejak usia 8 tahun beliau mengikuti ayahnya ke Basran dan di sana beliau mulai belajar ilmu bahasa Arab dan fiqih. Pada usia 18 tahun beliau menuju Najaf untuk menuntut ilmu-ilmu agama lebih dalam. Setelah menyelesaikan tingkat menengah ilmu-ilmu agama, beliau mulai mempelajari fiqih dan ushul fiqih untuk persiapan berijtihad.
Ayatullah Qazvini belajar kepada Ayatullah Sayid Abolhossein Isfahani, Syeikh Muhammad Ridha Al Yasiin dan lain-lain. Setelah bertahun-tahun belajar, akhirnya Ayatullah Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abdulhadi Shirazi, Sayid Mahmoud Shahroudi dan Syeikh Husein Kasyif al-Ghita memberikannya ijazah ijtihad.
Setelah ayah beliau meninggal dunia, Ayatullah Qazvini kembali ke Basrah dan mulai mengajar, menulis dan menuntun umat Islam. Ayatullah Qazvini dikenal tidak kenal takut saat menyampaikan risalah agama Islam dan untuk itu beliau menanggung segala kesulitan dan rongrongan mereka yang tidak menyukai beliau. Langkah yang ditempuh beliau ini tidak dapat diterima oleh musuh dan penentangnya di partai Baath, Irak. Mereka membakar rumahnya dan beliau terpaksa kembali ke Kuwait tahun 1350 HS.
Beliau meninggalkan sekitar 40 karya ilmiah dan kebanyakan di bidang fiqih, ushul fiqih, teologi dan sejarah.