Karakteristik dan Urgensi Shalat Jumat Menurut Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan imam Shalat Jumat di seluruh daerah provinsi di Republik Islam Iran pada hari ini, Rabu, 27 Juli 2022 di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Lebih dari empat puluh tahun, shalat Jumat pertama Tehran digelar setelah kemenangan Revolusi Islam Iran dan berdirinya pemerintahan Republik Islam. Sejak saat itu hingga kini, setiap pekan, berbagai lapisan masyarakat dengan penuh kecintaan berbondong-bondong mendatangi lokasi shalat Jumat dan menggelar ritual politik agamis ini dengan penuh solidaritas.
Menurut pandangan Ayatullah Khamenei, shalat Jumat bukan sekedar sebuah shalat berjamaah di masjid, tapi sebuah fenomena besar dan penting di sebuah kota, dan mengingat karakteristiknya, ritul shalat Jumat sebuah kewajiban yang seratus persen berbeda dan istimewa. Meski haji sebuah ritual agung, tapi di kedalaman shalat Jumat tersembunyi berbagai karakteristik yang sangat berbeda dengan ibadah haji.
Rahbar berkata, ada dua faktor penting yang menghubungkan dan mengaitkan kehidupan yang baik (al-Hayah al-tayyibah) dengan shalat Jumat; Apa kedua faktor tersebut ? Salah satunya adalah Zikrullah (Berzikir dan mengingat Tuhan) dan satunya kehadiran masyarakat, «فَلَنُحیِیَنَّهُ حَیاةً طَیِّبَة», kehidupan yang baik ini memiliki pilar, tapi bagian terpenting dari pilar tersebut ada dua, salah satunya perhatian dan mengingat Tuhan...dan yang lainnya adalah kehadiran masyarakat dan berkumpulnya orang-orang; Kedua pilar ini berkumpul di shalat Jumat.
Ayatullah Khamenei menjelaskan faktor kedua yang membuat shalat Jumat berbeda adalah berkah dan pengaruh zikir yang diturunkan kepada mereka yang menghadiri ibadah ini. Di antara berkah tersebut adalah ketika semua orang mengucakan zikrullah secara serentak, maka mereka mendapat ketenangan hati dan ketenangan ini menyebar luas di antara mereka.
"Perkumpulan ini di Islam adalah hal yang menakjubkan. Perkumpulan ini sendiri dan kehadiran masyarakat sangat penting, di sini Anda harus sensitif. Ketika kalian merasa shalat Jumat yang kalian hadiri pekan ini lebih sedikit jamaatnya dari satu bulan lalu, maka kalian harus khawatir; Prinsipnya adalah kehadiran masyarakat," ungkap Ayatullah Khamenei.
Rahbar menilai karakteritik selanjutnya shalat Jumat adalah berlanjutnya ritual ini dan mengatakan, "Ketika sebuah perkumpulan seperti ini tetap eksis di mana setiap pekan sejumlah besar warga sebuah kota berkumpul di tempat tertentu, ini dapat menjadi sebuah pangkalan, sebuah benteng bagi semua isu-isu penting dan yang masih hangat serta terjadi di sebuah masyarakat. Ketika semua orang berkumpul, maka akan ada yang terlintas di benar orang, sebuah pembicaraa yang ingin diungkapkan, komunitas dan masyarakat memiliki kebutuhan, ada sebuah peristiwa, mulai dari masalah pemikiran hingga pelayanan sosial hingga kerja sama warga hingga kesiapan serta mobilisasi publik, semua ini terwujud di perkumpulan mingguan ini, artinya dapat muncul dan eksis. Kapasitas penting ini dan keagunan ini tersimpan di ritual ini. Oleh karena itu, ini sebuah harta karun penting, sebuah peluang istimewa yang diberikan kepada saya dan kalian."
Perpaduan antara spiritualitas dan politik adalah ciri lain dari shalat Jumat. Selain menyerukan spiritualitas dan ketakwaan, khatib Jum'at memaparkan isu-isu dan peristiwa hari itu kepada orang-orang dan menjelaskan informasi yang benar dan memadai. Pemimpin Revolusi Islam menganggap shalat Jumat sebagai salah satu mata rantai terpenting dalam rantai soft power dan berkata: "Ketika kita melihat rangkaian karakteristik ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa dalam rantai soft power sistem Islam, shalat Jumat adalah mata rantai yang sangat penting, karena hari ini apa yang dapat menjadi fasilitator dan berpengaruh adalah soft power."
Pemimpin Revolusi Islam itu menilai bahwa mencapai posisi shalat Jumat yang sebenarnya tergantung pada karakter dan cara hidup para imam Jumat dan juga isi khutbah Jumat dan mengingatkan bahwa sebagaimana para imam Jumat memerintahkan ketakwaan dalam khutbah-khutbah mereka, mereka harus pelajari juga ketakwaan dan lakukan yang terbaik untuk mengamalkannya, karena jika tidak, hasilnya akan sebaliknya. Ada enam puluh ayat dalam Al-Qur'an yang meminta setiap orang untuk mengamalkan ketakwaan. Dua di antaranya mengejutkan dan layak untuk direnungkan: "Yang pertama adalah di mana dikatakan dalam Surah Al-Imran, اِتَّقُوا اللَهَ حَقَّ تُقاتِه (bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya(. Ini adalah hal yang hebat. Dan satu adalah di mana dikatakan dalam Surah At-Taghabun) فَاتَّقُوا اللَهَ مَا استَطَعتُم (Jangan mengartikan kata " مَا استَطَعتُم " ini sekarang apa saja yang dapat atau mampu; tidak, yaitu, gunakan semua kemampuan kalian, gunakan semua kemungkinan kalian untuk ketakwaan.)
Ayatullah Khamenei di nasehat berikutnya merekomendasikan para imam Jumat bersikap merakyat, yakni hadir, berbaur serta berdialog dengan masyarakat. Rahbar berkata, "Sekedar hadir di tengah masyarakat adalah pekerjaan penting. Oleh karena itu, jangan mengambil jarak dari warga, dan jangan batasi komunikasi kalian hanya dengan kelompok tertentu, tentunya sepanjang tahun ini, jaringan imam Jumat adalah bagian lembaga revolusi paling merakyat.
Berkomunikasi dengan pemuda dan menyediakan mekanisme yang sesuai untuk itu adalah rekomendasi lain dari pemimpin revolusi. Merujuk pada kegiatan banyak kelompok muda, spontan, anonim dan bersahaja di seluruh negeri, ia menyebut tugas para imam Jumat untuk berkomunikasi dengan kelompok-kelompok ini dan mendukung mereka dan berkata: Berpartisipasi dalam pelayanan sosial, seperti membantu orang dalam bencana alam dan menangani virus Corona, dan mengumpulkan sumbangan yang setia untuk orang yang membutuhkan adalah salah satu tugas yang diperlukan para imam Jumat, dan beberapa imam Jumat juga bersinar di bidang ini.
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa khutbah harus penuh inisiatif, instruktif dan menjawab pertanyaan publik, dan mengatakan: retorita khutbah harus hangat, intim, pemersatu, penuh harapan, mencerahkan dan menghibur umat, tidak menyebabkan kecemasan, marginalisasi, gejolak mental, pesimisme tentang situasi sekarang dan masa depan dan menciptakan dalih untuk serangan lawan.
Beliau menilai misi penting dari khutbah salat Jumat adalah melawan penyebaran kecurigaan terus-menerus oleh orang-orang yang memiliki niat buruk dan berkata: "Republik Islam memasuki lapangan dengan slogan agama, selain mampu mempertahankan dirinya, juga mampu berkembang, ia mampu menyebarkan logika ini, ia mampu mengakar; اَ لَم تَرَ کَیفَ ضَرَبَ اللَهُ مَثَلاً کَلِمَةً طَیِّبَةً کَشَجَرَةٍ طَیِّبَة? Ayat yang sama yang mereka bacakan. Dengan keberadaannya sendiri, Republik Islam telah menyanggah dan menantang identitas sentral peradaban Barat. Nah, mereka marah lagi; Dan sebuah kemarahan lagi. Medan perang hari ini adalah medan soft power (kekuatan lunak), dan musuh di medan ini berusaha untuk menembus benteng kuat iman rakyat dan menghancurkan mereka dengan menyebarkan keraguan, karena penyebab kemenangan revolusi Islam dan berdirinya rakyat dalam pertahanan suci dan hasutan dan di bidang lain, adalah iman rakyat.
Pemerintah Republik Islam Iran, mengikuti ajaran Nabi Islam Saw, telah menghargai perempuan sebagai manusia dengan kemampuan yang berbeda dan mengembalikan martabat mereka. Pandangan yang progresif dan komprehensif ini telah mempercepat gerakan perempuan untuk lebih berperan aktif dalam masyarakat. Perempuan berhijab Islami, dengan berada dalam lingkaran kepribadiannya, telah menghadirkan model baru dan cara peran perempuan yang berbeda kepada dunia. Membesarkan wanita bijak, elit ilmiah di berbagai tingkat dan istri serta ibu yang mujahid dan pejuang, membawa pandangan manusiawi kepada wanita dan menyediakan platform untuk pertumbuhan dan keunggulan bagi mereka.
Merujuk pada persoalan harkat dan martabat perempuan serta persoalan hijab yang menjadi tantangan beberapa hari terakhir, Pemimpin Revolusi Islam itu mengatakan: “Kebenarannya adalah bahwa perempuan Iran yang terhormat dan berbakat telah menjadi salah satu pukulan terbesar bagi peradaban Barat. Hati mereka penuh; [Pekerjaan ini] dilakukan oleh perempuan. Terlepas dari seluruh gerakan Republik Islam, khususnya perempuan Iran, dia telah memberikan salah satu pukulan paling penting terhadap klaim Barat dan kebohongannya. Bagaimana ini terjadi ? Mereka selama bertahun-tahun - dua ratus tahun - mengatakan bahwa jika seorang perempuan tidak dibebaskan dari batasan moral dan syariah dan hal-hal semacam itu, maka mereka tidak akan dapat maju, mereka tidak akan dapat mencapai ilmu pengetahuan, politik, sosial, posisi yang tinggi dan lain-lain; Inilah yang mereka katakan. Syarat bagi seorang wanita untuk mencapai strata sosial dan politik yang tinggi dan lainnya adalah meninggalkan batasan moral ini.
Menurut Rahbar, perempuan Iran dengan kehadiran kuat dan efektifnya di tengah masyarakat secara praktis menepis hal ini; Rahbar mengatakan, i perempuan Iran, selama lebih dari 40 tahun berhasil dengan jilbab Islami dan cadur, aktif di berbagai bidang ilmu, sosial, olahraga, politik, manajemen, ekonomi dan budaya, dan meraih prestasi serta capaian-capaian besar."
"Republik Islam Iran dengan syiar agama, bukan saja telah mempertahankan dirinya, bahkan dengan kemajuannya telah melawan upaya panjang Barat untuk menunjukan bahwa agama tidak efektif, oleh karena itu mafia kekuatan-kekuatan Barat terutama Rezim Zionis dan para investornya, serta AS yang juga adalah etalasenya, marah besar atas kenyataan terang benderang ini, dan terus menerus berusaha menyusun skenario untuk menyerang Republik Islam Iran," paparnya.
Ayatullah Khamenei menekankan: "Keberhasilan perempuan Muslim Iran telah meniadakan upaya orang Barat selama dua atau tiga ratus tahun, dan untuk alasan ini, mereka marah dengan perempuan Iran, dan dengan dalih jilbab, mereka menebar keraguan dan agitasi. Rahbar mengacu pada masalah jilbab yang diangkat dalam khutbah shalat Jumat minggu lalu, serta di dunia maya dan media, mengingatkan: Dalam hal ini, seseorang harus masuk dengan sangat tenang dan logis, jauh dari emosi yang tidak perlu, dan menguak serta menjelaskan kolonial Barat itu dengan alasan yang jelas."