Sep 11, 2022 17:55 Asia/Jakarta
  • AS dan Taliban
    AS dan Taliban

Di bagian sebelumnya kita telah bahas dampak keamanan pendudukan 20 Afghanistan oleh AS, dan kali ini kita akan membahas dampak politik dari pendudukan tersebut.

Intervensi militer Amerika di Afghanistan selama 20 tahun (2001-2022) memicu beragam dampak politikbagi negara ini, di antaranya yang paling penting adalah efek politik dari penandatanganan perjanjian keamanan antara Amerika Serikat dan Afghanistan, melemahnya pemerintah pusat di Afghanistan, meluasnya pengaruh dan hegemoni kembali Taliban yang kali ini merebak di seluruh wilayah Afghanistan, terbentuknya kelompok teroris Daesh (ISIS) dan transit sisa-sisa anasir Daesh Suriah dan Irak ke negara ini, yang pada akhirnya menimbulkan dampak negatif politik bagi Afghanistan dan berujung pada tumbangnya pemerintah sah negara ini.

Asgraf Ghani lari dari Afghanistan

Pembentukan struktur politik Afghanistan saat ini dimulai dengan diadakannya Konferensi Bonn pada 5 Desember 2001, sebelum Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu pada 15 Agustus 2021 dan jatuhnya pemerintahannya. Tinjauan terhadap resolusi-resolusi Konferensi Bonn menunjukkan bahwa sebagian besar resolusi didedikasikan untuk menciptakan struktur politik baru dalam bentuk penyelenggaraan pemilu dini dan pelaksanaan langkah-langkah keamanan, serta gagal mengatasi masalah Afghanistan yang mendalam dan mengakar. Berdasarkan ketentuan perjanjian Bonn, dibentuklah pemerintahan sementara di bawah pimpinan Hamid Karzai dari orang-orang Pashtun.

Meski demikian, posisi kunci didominasi oleh minoritas Aliansi Utara. Pada Januari 2004, Konstitusi Loya Jirga mengusulkan badan kepresidenan yang kuat untuk Afghanistan. Dengan tindakan Loya Jirga ini, posisi Aliansi Utara praktis melemah. Aliansi Utara ingin menciptakan lembaga perdana menteri untuk menyeimbangkan kekuasaan dengan presiden.

Beberapa ahli dengan pandangan kritis terhadap sistem politik yang muncul dari konferensi Bonn percaya bahwa demokrasi Barat bukanlah model yang sempurna untuk administrasi negara Islam Afghanistan; Karena selain kritik ilmiah, filosofis dan agama, pemerintahan demokrasi liberal Afghanistan hanya membawa nama Republik Islam dan praktis gagal untuk membangun hubungan antara kepercayaan rakyat Afghanistan dan nilai-nilai sistem republik dan demokrasi. Sehingga etnosentrisme dan kepentingan etnis, serta intervensi negara asing, terutama pendekatan ganda dalam menghadapi Taliban (perjuangan nyata dengan Taliban dan dukungan di belakang layar organisasi intelijen negara-negara Barat), menyebabkan kekuatan pemerintah pusat independen Afghanistan menghadapi masalah mendasar.

Pendekatan pembangunan bangsa Amerika selama 20 tahun ini telah mengubah elit politik Afghanistan menjadi politikus yang rusak dan militan. Sejatinya kegagalan Amerika di bidang pendekatan pembangunan bangsa di Afghanistan merupakan salah satu kesalahan vital Washington di Kabul selama dua dekade pendudukan dari tahun 2001-2022.

Berbagai pemerintah di Afghanistan senantiasa didera berbagai kesulitan termasuk tidak adanya keseimbangan kekuatan, tidak adanya persatuan, monopoli dan rasisme. Meski demikian, Amerika berusaha tetap mempertahankan pemerintahan paruh waktu ini melalui berbagai sarana seperti intervensi politik dan bantuan ekonomi, sampai pada masa pemerintahan Donald Trump, pemerintah Kabul dikorbankan karena kepentingan Washington mengharuskan hal ini, untuk mencapai kesepakatan dengan Taliban dan memulai proses perundingan terkati penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan. Dengan demikian Amerika menerima syarat Taliban untuk menggelar perundingan langsung damai dengan Washington tanpa melibatkan pemerintah Kabul, dan perundingan tersebut dimulai sejak 8 Juli 2018.

Sementara itu, pemerintah Afghanistan tercatat sebagai salah satu pihak yang berperang. Dialog perdamaian pada akhirnya berujung pada penandatanganan kesepakatan damai Doha antara Amerika Serikat dan Taliban pada Maret 2020 dan melemahnya pemerintah Kabul. Pemerintah berencana membujuk Taliban untuk tidak membangun Emirat Islami dan bersedia masuk ke organ pemerintah.t api setelah pendatanganan kesepakatan damai antara AS dan Taliban, milisi ini berurusan dengan pemerintah dari posisi kekuasaan dan menggulingkan pemerintah resmi Afghanistan.

Menurut laporan Kantor Inspektur Jenderal Khusus Amerika Serikat untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), perjanjian Doha antara Amerika Serikat dan Taliban, bukannya membuat kemajuan dalam pembicaraan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban, tapi menyebabkan intensifikasi serangan Taliban. Untuk alasan ini, pemerintah Afghanistan menghadapi "krisis eksistensial" setelah penggandaan serangan Taliban setelah kesepakatan Washington dengan kelompok ini. Meskipun pemerintah Afghanistan menyerukan perdamaian berkali-kali, tapi Taliban menolaknya.

Ketika kesepakatan Doha antara Taliban dan Amerika ditandatangani, bahkan Amerika sendiri mendapat kritikan karena dampak negatif politik bagi pemerintah Afghanistan saat itu.

Sekaitan dengan ini, Michael Kugelman, deputi Asia di Institut Wilson di Washington saat itu menekankan bahwa rakyat Afghanistan berhak mengkritik kesepakatan Amerika dan Taliban yang tidak berhasil membawa ketenangan bagi rakyat Afghanistan sendiri. Meskipun para pejabat AS secara teratur berbicara tentang kepatuhan Taliban terhadap komitmen kelompok kecil bahwa Taliban tidak akan menyerang tentara Amerika, perjanjian Doha belum mencapai apa pun bagi rakyat Afghanistan. Taliban melanggar beberapa klausul perjanjian ini, tingkat kekerasan meningkat secara signifikan, sejumlah besar tahanan Taliban kembali ke medan perang dan memainkan peran kunci dalam pembunuhan dan pembantaian yang ditargetkan terhadap warga sipil.

Rakyat Afghanistan meyakini bahwa Amerika Serikat sengaja meninggalkan pemerintah Kabul dan akhirnya Taliban berhasil menumbangkan pemerintah. Kesalahan Amerika Serikat mengenali Taliban dan kesalahan prediksi akan kemampuan operasi milisi ini di Afghanistan, bahkan jika Amerika keluar dari negara ini sepuluh tahun lagi, serta mengalokasikan dana miliaran dolar, tetap saja tidak mendapat prestasi yang diinginkan.

Pemerintahan yang lemah, struktur yang rapuh, persaingan internal yang merusak dan erosi perang dengan Taliban adalah komponen terpenting dari arena politik Afghanistan dari tahun 2001 hingga 2021, yang menyebabkan perluasan ketidakstabilan politik Afghanistan. Hasil mengerikan dari serangan Amerika terhadap Afghanistan di arena politik menunjukkan bahwa satu-satunya solusi untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Afghanistan bukanlah pendekatan dan metode atau solusi militer yang dipaksakan oleh Barat, tetapi solusi internal dan lokal.

Konsekuensi lain dari 20 tahun intervensi militer Amerika di Afghanistan dalam bidang politik adalah melemahnya para pemimpin etnis dan jihadis. Pada langkah pertama, setelah memasuki Afghanistan, penjajah Amerika memulai operasi psikologis untuk mengendalikan dan mengelola para Mujahidin dan para pemimpin etnis dan jihadis. Mereka berusaha untuk membunuh karakter Mujahidin dengan menyebut mereka "panglima perang". Pada langkah kedua, beberapa pemimpin etnis dan jihadis dihilangkan secara fisik. Mereka kebanyakan menyingkirkan para pemimpin yang merupakan penghalang penting bagi tujuan Amerika.

Masalah ini menyebabkan para pemimpin etnis dan jihad ini tidak mengambil tindakan apapun untuk organisasi politik serta memperlengkapi dan mempersenjatai kekuatan militer, dan ini adalah salah satu faktor utama tidak membentuk pemerintahan yang kuat dan efisien di Afghanistan. Intervensi Amerika dan ketidaksepakatan para pemimpin etnis dan jihadis menyebabkan Afghanistan gagal membentuk model pemerintahan sipil dan merakyat setelah dua dekade.

Perdamaian dengan Taliban hasil pendudukan 20 AS di Afghanistan

Rakyat Afghanistan, yang pernah memilih Hamid Karzai sebagai presiden dengan suara besar, kecewa dengan kotak suara karena perbedaan yang luas dan ketidakmampuan para pemimpin politik yang berafiliasi dengan Amerika Serikat dalam mengelola urusan negara, dan dengan tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara, mereka mempertanyakan legitimasi politik pemerintah Afghanistan.

Friksi para elit politik Afghanistan mendorong jalan untuk melawan Taliban tertutup sepenuhnya. Ketika pemerintah Afghanistan berbicara mengenai membela nilai-nilai dan cita-cita Republik serta meneriakkan slogan perlawanan terhadap Taliban, sejumlah pemimpin Afghanistan yang terpengaruh intervensi Amerika, mulai berusaha menjadi jalanuntuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan Taliban. Sementara Taliban memanfaatkan peluang yang ada di friksi antara pemimpin Afghanistan, serta mampu membentuk pemerintahan bayangan di berbagai wilayah Afghanistan. Dengan demikian jalan untuk menumbangkan total pemerintah resmi Afghanistan terbuka lebar.

 

 

Tags