Jalan Menuju Cahaya 950
Al-Hujurat 1-5
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (49: 1)
Surat al-Hujurat diturunkan di Madinah dan membahas prinsip penting moral dan akhlak bersosial. Prinsip yang jika dijaga akan memperkokoh kasih sayang, persahabatan dan persaudaraan di antara anggota masyarakat. Sementara meninggalkan prinsip ini akan memunculkan kedengkian, iri hati, prasangka buruk, permusuhan dan perpecahan di antara anggota masyarakat. Oleh karena itu, surat ini dapat disebut sebagai surat akhlak atau moral Islami.
Surat ini ditujukan kepada orang beriman dan menyatakan, keharusan dari iman adalah berserah diri kepada perintah Tuhan dan nabi serta tidak mendahuluinya . Khususnya di bidang sosial ketika mayoritas rakyat harus taat kepada pemimpin komunitas Islam dan segala bentuk langkah berlebihan akan merusak tatanan sosial dan perpecahan di antara warga.
Sejumlah muslim radikal berharap pemimpin masyarakat Islam akan bertindak sesuai dengan kecenderungan dan ideologi mereka atau bertindak keras terhadap sejumlah individu atau kelompok, atau bahkan meninggalkan pekerjaan tertentu. Sementara ia mengambil keputusan berdasarkan pemahanan sejati atas kondisi masyarakat dan mendahulukan kepentingan umum, serta tidak boleh berharap lebih dari ini kepada pemimpin.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengharamkan sejumlah perbuatan yang dihalalkan Tuhan atau menghalalkan sesuatu yang diharamkan-Nya adalah bentuk perbuatan mendahului Tuhan dan rasul-Nya.
2. Hukum sosial Islam harus berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul. Dan setiap penetapan hukum yang berbeda dengan al-Quran dan sunnah, sama halnya dengan mendahului Tuhan dan Nabi-Nya.
3. Siapa saja yang mendahului Tuhan dan Rasul-Nya karena kecenderungan pribadi atau tradisi sosial, maka sejatinya ia telah menjauhkan diri dari iman dan takwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2) إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (49: 2)
Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. (49: 3)
Ayat sebelumnya membicarakan hal-hal seperti jangan mendahului Nabi dan selama ia belum mengumumkan keputusan, jangan bertindak terlebih dahulu. Ayat ini menyatakan, juga jangan mendahului nabi di ucapan atau pembicaraan, dan jangan berbicara lebih keras darinya, jangan tinggikan suara kalian dihadapan nabi dan jangan berteriak.
Ayat ini menunjukkan bahwa sejumlah umat Muslim tidak menjaga tata cara bersosial. Mereka berbicara keras dan tanpa akhlak dihadapan nabi, sama seperti mereka berbicara dengan masyarakat biasa, sehingga Tuhan memperingatkan mereka bahwa perbuatan ini tidak pantas dan menghina, serta akan menghancurkan amal perbuatan kalian tanpa kalian sadari.
Kelanjutan ayat ini menekankan poin bahwa keharusan dari takwa adalah menjaga sopan santun dihadapan Rasulullah dan merendahkan suara ketika berbicara dihadapan nabi. Sikap seperti ini akan membuat seseorang meraih rahmat ilahi di dunia dan akhirat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus menjaga ucapan, karena perbuatan kita, baik atau buruk, memiliki efek situasional dan dampak perbuatan kita tidak tergantung pada kondisi kita, tahu atau tidak tahu.
2. Banyak orang terlihat sopan karena riya atau bermuka dua, tapi dihatinya mereka sombong. Dengan kata lain, faktanya sikap hormat, sopan dan tawadhu akan bernilai ketika didasari dengan takwa dan kejujuran, jika tidak maka itu sekedar tipu daya dan rayuan.
3. Keharusan dari iman dan takwa bukan keterjagaan dari dosa, banyak orang beriman dan bertakwa yang tergelincir dalam dosa, tapi mereka cepat sadar dan mengkompensasi kesalahannya dengan taubat.
إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4) وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. (49: 4)
Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (49: 5)
Ayat ini menyinggung salah satu contoh pembahasan sebelumnya dan menyatakan, ketika Nabi berada di rumah, bersama istri sibuk urusan keluarga atau rumah, sejumlah orang Arab yang tidak berbudaya, tidak bersabar menunggu hingga nabi keluar dari rumah dan menyampaikan keperluannya. Mereka memanggil nabi dengan suara keras dari luar rumah dan menyuarakan keperluannya.
Al-Qur'an kepada orang-orang ini mengatakan, perbuatan ini menunjukkan irasionalitas dan tanda terpenting dari akal dan rasionalitas adalah menjaga sopan santun dan penghormatan di hubungan sosial dan ketika berhadapan dengan tokoh masyarakat.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Islam sangat mementingkan sopan santun sosial, bahkan agama ini menyebut sikap tak beradab sebagai tanda dari irasionalitas.
2. Rumah dan keluarga memiliki privasi, dan tidak ada yang berhak mengganggu lingkungan rumah dan keluarga, bahkan memanggil penghuninya dengan suara keras dari luar.
3. Tanggung jawab sosial seseorang jangan sampai menghalanginya untuk memenuhi tanggung jawabnya di urusan keluarga.
4. Kita harus menghormati waktu luang dan acara orang lain, dan jangan mengganggu mereka.