Jalan Menuju Cahaya 979
Surah Al-Qamar ayat 43-55
أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ (43) أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ (44) سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (45) بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ (46)
Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu (54: 43)
Atau apakah mereka mengatakan: "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang". (54: 44)
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (54: 45)
Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (54: 46)
Dari awal hingga saat ini, Surat al-Qamar membicarakan nasib buruk kaum pembangkang. Ayat ini kepada musyrikin Mekah mengatakan, "Mengapa kalian tidak mengambil pelajaran dan tidak meninggalkan penyembahan berhala serta perbuatan buruk ? Apakah kalian mengira kalian lebih baik dari mereka, dan kekafiran kalian lebih sedikit dari mereka, oleh karena itu kalian mendapat murka Tuhan ? Ataukah kalian mendapat surat pengampunan dari Tuhan, bahwa kalian tidak akan diazab ?
Mungkin kalian mengira bahwa kekuatan kalian begitu kuat sehingga tidak ada lawan bagi kalian, serta kalian dapat melawan kehendak Tuhan ? Sementara jika Tuhan menghendaki, kelompok kecil muslimin ini dapat mengalahkan kalian; Kumpulan kalian akan musnah dan kalian akan lari dari medan perang. Ini akan menjadi nasib kalian di dunia, dan yakinlah bahwa azab kalian di hari kiamat akan sangat pedih dan pahit dari ini.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:
1. Kesombongan dan narsisme dapat menyebabkan kejatuhan dan kehancuran seseorang.
2. Jangan mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri, atau dukungan orang lain, tapi kita harus bersandar kepada kekuatan kekal Tuhan serta jangan sampai terjebak dalam kesombongan.
3. Kekalahan orang kafir dan zalim adalah janji pasti Tuhan, dan kekuatan orang kafir dan zalim tidak akan mencegah kehancuran mereka.
إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ (48) إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ (49) وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ (50)
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (54: 47)
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!" (54: 48)
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (54: 49)
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (54: 50)
Di ayat sebelumnya dibicarakan mengenai hukuman penjahat di dunia, dan ayat kali ini menyinggung hukuman keras mereka di hari kiamat. Ayat ini menyatakan, "Mereka yang di dunia memilih jalan berliku dan menyimpang, maka mereka telah mempersiapkan kesesatannya, akibatnya dosa dan ketidaktaatan menjadi jalan mereka sepanjang hidup."
Jelas bahwa orang-orang ini di hari kiamat tidak bersedia memasuki neraka dengan kakinya sendiri, oleh karena itu, mereka dilemparkan ke api neraka oleh penjaga neraka supaya mereka mencicipi panasnya api neraka serta merasakan apa yang mereka ingkari di dunia.
Sebagian orang menolak adanya kesesuaian antara melakukan dosa di dunia dan hukuman kerasnya di hari kiamat, oleh karena itu, mereka mulai mempertanyakannya. Kelanjutan ayat ini menjawab pertanyaan mereka dan menyatakan, seperti halnya sistem penciptaan yang didasarkan pada tolok ukur yang spesifik dan khusus, sistem hukuman dan pahala juga memiliki perhitungan yang tepat dan spesifik. Oleh karena itu, penghakiman ilahi tidak kejam dalam konteks ini, meskipun pertanyaan seperti itu mungkin muncul di benak karena keterbatasan ilmu pengetahuan manusia.
Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik:
1. Kita harus mengkaji dan teliti dalam memilih jalan hidup supaya kita sampai pada tujuan; Jika tidak maka kita akan tersesat.
2. Sama seperti langit dan bumi adalah ciptaan Tuhan di dunia ini, dan memiliki perhitungan dan tolok ukur tertentu, di akhirat surga dan neraka juga diciptakan berdasarkan keadilan Tuhan dan sistem hukuman serta pahala juga memiliki tolok ukur tertentu.
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (51) وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ (53) إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ
مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (55)
Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (54: 51)
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (54: 52)
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (54: 53)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, (54: 54)
di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (54: 55)
Ayat terakhir Surat al-Qamar ini memberi peringatan dan kabar gembira kepada pendosa dan orang saleh bahwa kalian harus mengambil pelajaran dari nasib kaum terdahulu, di mana mereka juga manusia seperti kalian; Ketahuilah bahwa tidak ada perbuatan yang tersembunyi dari pengetahuan dan ilmu Tuhan, dan setiap kebaikan serta keburukan akan dicatat dicatatan amal kalian.
Di hari kiamat, sistem hukuman dan pahala diberlakukan secara teliti dan berdasarkan catatan. Perbuatan orang baik mendapat pahala, meskipun dilakukan karena keikhlasan dan jauh dari pandangan orang lain dan tidak seorang pun kecuali Allah yang mengetahuinya. Posisi tinggi diberikan kepada orang-orang yang murni dan jujur, posisi yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang di dunia ini.
Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:
1. Sistem hukuman dan pahala Tuhan itu adil, dan orang serta kaum seluruhnya setara dalam mendapat hukuman atau pahala.
2. Meski Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu, dan Ia adalah hukum di hari kiamat, tapi perbuatan kecil dan besar manusia dicatat oleh malaikat di sebuah catatan secara teratur, dan tidak ada yang dapat mengingkarinya.
3. Pahala penghuni surga bukan hanya kenikmatan materi dan fisik, hadir dihadapan Tuhan dan duduk bersama dengan para nabi, wali Allah dan orang-orang suci juga merupakan nikmat maknawi bagi penghuni surga di mana kenikmatannya tidak dapat diungkapkan.