Tujuan AS Menduduki Afghanistan (14)
Pendudukan Amerika Serikat terhadap Afghanistan selama 20 tahun ternyata juga berpengaruh terhadap Cina.
Mayoritas pengamat Cina memiliki padangan buruk terhadap prospek atmosfer politik Afghanistan setelah penarikan tak bertanggung jawab militer Amerika dari negara ini. menurut mereka, Mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani tidak memiliki peluang besar untuk selamat dari perang kekuasaan dengan Taliban, dan mempertahankan pemerintahannya.
Proses kondisi tak menentu di pemerintahan Taliban akan membuat Afghanistan mudah terjebak dalam sebuah perang saudara, dan dengan demikian, Cina akan sangat rentan terhadap pengaruh kelompok teroris dan Takfiri. Sekaitan dengan ini, ada sebuah pandangan bersama di tingkat otoritas Cina bahwa setelah keluarnya AS, Afghanistan akan menghadapi masa kekacauan yang akut dan negara-negara kawasan termasuk Cina harus menderita akibat kerusuhan dan kekacauan ini. jika Afghanistan tumbang akibat kekacauan ini, maka hal ini akan menjadi kendala serius bagi proyek ekonomi Jalur Sutera baru "OBOR (One Belt One Road)" Republik Rakyat Cina (RRC).
Dari sudut pandang Cina, ketika Amerika secara resmi mengakhiri perangnya di Afghanistan, ia dapat sekali lagi menggunakan negara ini untuk memajukan tujuannya di kawasan tersebut. Cina sangat yakin bahwa Amerikalah yang melatih Osama bin Laden dan para pendukungnya selama pendudukan Soviet dan memperlengkapi mereka secara finansial dan senjata sehingga mereka dapat menghadapi pengaruh luas Moskow. Oleh karena itu, kemampuan pemuliaan teroris Amerika ini akan menimbulkan konsekuensi serius bagi keamanan internal Cina di Provinsi Xinjiang dan wilayah lainnya. Dalam kerangka hubungan Cina-AS, yang didefinisikan sebagai persaingan antara kekuatan-kekuatan besar, dan ada kemungkinan yang kuat bahwa Afghanistan akan terus menjadi medan pertempuran baik untuk mendapatkan pengaruh politik maupun untuk persaingan keamanan antar kedua pihak.
Komunitas politik Cina memiliki banyak keraguan tentang niat sebenarnya dari Amerika dan percaya bahwa Amerika Serikat pasti akan mempertahankan dan menggunakan pengaruhnya di Afghanistan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, Beijing khawatir bahwa AS, yang dibebaskan dari komitmen lapangannya di Afghanistan, sekarang akan berusaha menggunakan negara ini untuk merusak kepentingan utama dan posisi regional Cina. Cina berharap pembangunan ekonomi dapat membawa stabilitas ke Afghanistan. Terlepas dari pandangan realistis Cina tentang situasi keamanan, negara ini bersedia memasukkan Afghanistan dalam proyek One Belt One Road atau bahkan bergabung dengan Koridor Ekonomi Cina-Pakistan demi stabilitas.
Setelah serangan mencurigakan 11 September dan keputusan Amerika Serikat untuk menyerang Afghanistan dengan tujuan menghukum Al-Qaeda sebagai pelaku insiden 11 September dan Taliban karena tidak menyerahkan bin Laden ke Amerika Serikat, Cina setuju untuk Amerika menyerang Afghanistan tetapi tidak mengirim pasukan apapun ke Afghanistan. Faktanya, Cina memiliki sedikit keinginan untuk melibatkan diri di Afghanistan. Strategi Cina terhadap Afghanistan sebagian besar didasarkan pada pengaruh ekonomi dan komersial serta kerja sama antara kedua negara di bidang perdagangan, industri, energi dan eksploitasi sumber daya alam dan listrik, serta pembangunan jaringan pipa minyak dan kerja sama di bidang transportasi, konstruksi jalur kereta api, pembangunan jalan dan infrastruktur sedang berlangsung. Cina tahu bahwa menjaga kepentingan ekonomi dan komersialnya di Afghanistan bergantung pada keberadaan keamanan di negara ini.
Cina menganggap perang dan campur tangan AS dalam kebijakan Afghanistan sebagai alasan ketidakstabilan negara ini. Bagi Beijing, perang telah lama dialihkan dari tujuan utamanya memerangi terorisme dan telah menjadi program untuk menguasai jantung Eurasia dan menguasai halaman belakang Cina. Oleh karena itu, secara umum, intervensi militer Amerika di Afghanistan digambarkan dengan cara yang sangat negatif dan sebagai penyebab kekhawatiran dan ketidakstabilan di kawasan tersebut.
Cina ingin menjadi penonton dan menyaksikan Amerika terjun ke dalam perang terpanjang dalam sejarahnya. Karena perang ini selain membuat kekayaan nasional Amerika dihambur-hamburkan, juga mempertanyakan supremasinya di kawasan dan dunia. Padahal, sejak tahun 2001, Cina selalu menganggap perang AS di Irak dan Afghanistan sebagai peluang strategis emas bagi dirinya sendiri, yang dapat digunakannya untuk meningkatkan kekuatannya, tanpa menimbulkan alarm bagi Washington. Oleh karena itu, meskipun orang Cina memiliki pandangan negatif tentang perang Amerika di Afghanistan, mereka senang karenanya.
Cina, seperti banyak negara lainnya, percaya bahwa Amerika bertanggung jawab atas memburuknya situasi di Afghanistan. Tentara Amerika yang hadir di Afghanistan 20 tahun lalu meninggalkan negara ini tanpa kompromi politik, yang merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Cina mendukung pembentukan pemerintahan rakyat di mana semua kelompok Afghanistan menjadi anggotanya. Sebuah pemerintahan di Afganistan harus dibentuk yang memiliki kekuatan yang cukup untuk membangun kembali negara ini dan masyarakat internasional serta negara-negara tetangga tidak perlu merasa terancam karenanya. Afghanistan seharusnya tidak menjadi tempat yang aman bagi elemen teroris di masa depan. Taliban harus memutuskan hubungan dengan semua kelompok militan. Cina mengkhawatirkan aktivitas kelompok separatis Turkestan Timur di Afghanistan. Cina mencari keamanan yang stabil di Afghanistan dengan bantuan kekuatan regional dan komunitas internasional.
Dari sudut pandang Cina, keluarnya Amerika dari Afghanistan sama halnya dengan Amerika Serikat bahkan jika menarik pasukan resminya, kecil kemungkinan mengakhiri kehadiran kemanananya dan lebih penting dari itu, pengaruhnya yang diraih melalui kehadiran pasukan keamanan swasta, kontraktor pertahanan dan mitra lokal. Oleh karena itu, penarikan militer Amerika ini sekedar langkah simbolis. Amerika Serikat telah menciptakan sebuah jaringan partisipasi dan hubungan rumit serta luas dengan elit politik Afghanistan. Hubungan ini masih memainkan peran penting di kebijakan negara ini. Sementara Amerika Serikat berusaha berkoordinasi dengan sekutu dan mitra Asia Selatannya, dan Beijing menilai upaya ini sebagai langkah untuk mempertahankan posisi sentral Amerika di program masa depan yang berkaitan dengan negara ini.
Derek Grossman, analis pertahanan dan keamanan senior dari Rand Institute, percaya bahwa Cina memiliki dua tujuan utama dan terkait di era setelah penarikan AS dari Afghanistan; Pertama dan terpenting, Beijing mencari stabilitas di Afghanistan untuk mencegah kemungkinan infiltrasi ekstremisme ke provinsi Xinjiang barat laut Cina. Prioritas kedua Cina di Afghanistan setelah penarikan AS adalah akses ke sumber daya alam Afghanistan. Menurut laporan tahun 2014, Afghanistan memiliki logam langka yang dapat ditambang senilai sekitar 1 triliun dolar yang terletak di pegunungannya. Untuk mengakses logam-logam ini, Cina pertama-tama membutuhkan stabilitas untuk membangun jalan, jalan raya, dan rel kereta api ke dalam dan ke seluruh negeri. Beijing saat ini terlibat dalam beberapa proyek.
Setelah jatuhnya pemerintahan Ashraf Ghani, Cina menyatakan kesiapannya untuk menerima pemerintah baru Taliban di Afghanistan. Sikap Beijing ini kemungkinan besar disertai dengan harapan Beijing bahwa Taliban akan menghentikan ancaman kelompok ekstrim di Afghanistan. Beijing kemungkinan besar juga membidik tujuan ekonomi melalui kebijakan menjalin hubungan dengan rezim baru Kabul, seperti memanfaatkan cadangan tambang Afghanistan dan menciptakan hubungan darat dengan Iran serta poin lebih besar dari hal-hal tersebut. Cina saat ini menjadi fokus utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat.