Okt 24, 2023 13:45 Asia/Jakarta

Ribuan orang berunjuk rasa di Paris pada hari Minggu (23/10/2023) menuntut diakhirinya operasi militer Zionis di Gaza yang menurut penyelenggara adalah sebuah ‘pembantaian’.

"Pembunuh Israel, Macron terlibat" dan "Tidak ada perdamaian tanpa dekolonisasi" termasuk di antara slogan-slogan pada demonstrasi di alun-alun Place de la Republique di timur Paris, yang diserukan oleh kelompok sayap kiri.

Polisi mengatakan mereka melakukan sepuluh penangkapan pada unjuk rasa pro-Palestina pertama di ibu kota yang tidak dilarang oleh polisi karena kekhawatiran akan keamanan.

Hal ini terjadi setelah pengadilan membatalkan larangan polisi untuk melakukan unjuk rasa serupa di ibu kota pada hari Kamis.

“Kami berhasil meyakinkan para hakim bahwa kami membela hak asasi manusia,” kata pengacara Dominique Cochin kepada hadirin.

Polisi memperkirakan 15.000 orang menghadiri rapat umum pada hari Minggu, sementara penyelenggara menghitung 30.000 orang.

Sekitar seribu orang juga melakukan unjuk rasa di kota selatan Marseille.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 4.600 orang telah tewas dalam serangan brutal Zionis terhadap warga sipil Gaza.

“Anda tidak harus menjadi orang Palestina untuk terpengaruh dengan apa yang terjadi. Bagi saya, pertemuan seperti ini adalah tanda keputusasaan,” kata Maya, seorang siswa yang menolak menyebutkan nama belakangnya.

Pengunjuk rasa di Paris

"Ini satu-satunya hal yang dapat Anda lakukan pada tingkat individu. Pemerintah mempunyai peran yang harus dimainkan secara diplomatis. Pemerintah harus memiliki posisi yang lebih kuat dan tidak bertindak sebagai pendukung Israel," katanya.

“Macron memberikan izin kepada Israel untuk melakukan pembunuhan,” kata Bertrand Heilbronn, ketua Asosiasi Solidaritas Palestina Prancis.

Pejuang Hamas menyerbu masuk ke Israel dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober, memasuki barak-barak tentara dan menewaskan banyak dari mereka.

Sekitar 40 organisasi bergabung dalam demonstrasi tersebut, termasuk Heilbronn serta Persatuan Yahudi Prancis untuk Perdamaian dan asosiasi Muslim yang berbasis di Prancis.

Unjuk rasa tersebut berlangsung di tengah pengamanan yang ketat setelah beberapa hari terakhir membawa ancaman bom ke beberapa bandara Prancis dan tempat wisata Istana Versailles di sebelah barat Paris.

Beberapa ribu orang juga menunjukkan dukungan bagi warga Palestina di ibu kota Bosnia, Sarajevo, dan wali kota tersebut mengenang kembali pengepungan berdarah yang dialami kota tersebut selama perang Serbia atas Bosnia pada tahun 1990an.

“Kota yang mengalami pengepungan terlama dalam sejarah modern, Sarajevo, berhak untuk berdiri teguh bersama Gaza saat ini,” kata Wali Kota Benjamina Karic.

“Kami tahu bagaimana rasanya ketika tidak ada air, tidak ada makanan, kami tahu bagaimana rasanya ketika anak-anak dibunuh,” tambahnya.

Tags