Nov 01, 2023 21:34 Asia/Jakarta
  • Anak-anak Gaza, korban kejahatan rezim ilegal Israel
    Anak-anak Gaza, korban kejahatan rezim ilegal Israel

Episode kali ini mengenai terorisme negara rezim Zionis Israel, kami akan membahas dukungan luas dan penuh Amerika Serikat terhadap terorisme negara rezim ilegal ini.

Sejak pembentukan rezim ilegal Israel, dukungan diplomatik Amerika terhadap Tel Aviv terus berlanjut. Petinggi Amerika Serikat, bahkan di sejumlah kasus, berulang kali mundur dari kepentingan rakyatnya sendiri demi kepentingan rezim penjajah Zionis. Mungkin karena dukungan seperti ini telah membuat peluang untuk mengadili secara resmi kejahatan dan aksi-aksi terorisme Israel tidak terbuka. Rezim ilegal ini tak segan-segan melancarkan serangan militer ke pemerintahan independen dunia, dan tidak ada lembaga internasional yang menunjukkan respon serius atas ancaman ini.

Selain itu, pemerintah Amerika setiap tahun, melalui pajak rakyatnya, memberi hibah militer dan sipil besar kepada rezim ini. Israel setiap tahun menerima bantuan langsung lebih dari tiga miliar dolar, dan ini sama dengan seperlima dari total bantuan asing Amerika Serikat. Benar, rezim Israel adalah satu-satunya penerima bantuan dari Amerika Serikat yang tidak seharusnya memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana mereka menggunakan bantuan tersebut!

Selain bantuan keuangan dan militer, Amerika Serikat mendukung penuh rezim Zionis dari sudut pandang diplomatik. Sejak tahun 1982, Amerika Serikat telah memveto 32 resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengkritik rezim Israel. Jumlah veto yang digunakan terhadap rezim Zionis ini lebih banyak dibandingkan dengan veto yang dilakukan anggota tetap Dewan Keamanan lainnya. Amerika Serikat juga menghalangi upaya negara-negara Arab untuk memasukkan aktivitas rezim Israel di bidang perluasan senjata nuklir ke dalam agenda Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Seorang mantan pejabat Amerika yang hadir pada perundingan Camp David pada tahun 2000, menyatakan bahwa Amerika berperan sebagai pengacara rezim Zionis dalam banyak kasus. Washington telah memberi Tel Aviv lebih banyak kebebasan untuk melakukan apa pun yang diinginkannya terhadap masyarakat Tepi Barat dan Jalur Gaza, meskipun hal itu bertentangan dengan kebijakan AS.

Amerika Serikat mendukung terorisme negara rezim Zionis dengan tiga alasan. Alasan pertama Amerika atas dukungan penuhnya terhadap rezim Israel adalah untuk menggambarkan bahwa mereka mendukung negara yang disebutnya kecil, lemah dan terkepung. Bertentangan dengan anggapan umum, Zionis memiliki kekuatan militer yang lebih besar, peralatan yang lebih canggih, dan manajemen yang lebih baik dibandingkan Arab pada perang 1947-1949. Oleh karena itu, kekuatan militer rezim Israel dengan mudah menang atas Mesir pada tahun 1956 dan atas Mesir, Suriah, dan Yordania pada tahun 1969.

Alasan Amerika yang kedua dalam mendukung rezim Israel adalah dengan menggambarkan rezim tersebut sebagai pendukung demokrasi liberal. Sementara perilaku rezim Zionis terhadap Palestina membuktikan kebalikan dari klaim tersebut. Rezim Israel dikenal sebagai rezim yang sepenuhnya Zionis dan penikmatan hak warga dan sipil di dalamnya didasarkan pada serangkaian hubungan darah.

 

Menurut pemahaman khusus tentang hak sipil, 1,3 juta orang Arab tinggal di wilayah pendudukan sebelum tahun 1949, namun rezim Israel memperlakukan mereka seperti warga negara kelas dua. Dalam konteks ini, pada tanggal 31 Juli 2003, Parlemen Israel (Knesset) mengeluarkan resolusi mengenai orang Arab Palestina yang menikah dengan orang Yahudi, yang menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak diberikan kewarganegaraan Israel dan pasangan Palestina diperbolehkan untuk tinggal di wilayah Israel.

Alasan ketiga AS mendukung tindakan tidak manusiawi Zionis adalah kompensasi atas kejahatan masa lalu. Tentu saja, dalam konteks ini, anti-Semitisme Nazi selama Perang Dunia II paling banyak dikutip. Peristiwa yang kemudian diberi gelar Holocaust dengan sangat berlebihan tentu saja menjadi alasan yang baik bagi Zionis untuk memanfaatkannya secara besar-besaran sejak Perang Dunia II. Klaim mereka yang tidak berdasar adalah karena orang-orang Yahudi telah banyak menderita sepanjang sejarah dan satu-satunya cara untuk menjaga mereka tetap aman adalah dengan tinggal di tanah Yahudi, maka rezim Israel mempunyai hak untuk mendapat dukungan luas dari Amerika.

Dukungan Amerika terhadap rezim Zionis merupakan salah satu prinsip kebijakan luar negeri Amerika yang tidak dapat diubah. Semua pelaku kebijakan luar negeri Amerika, baik dari Partai Demokrat maupun Republik, telah memasukkan dukungan kepada rezim Israel dalam agenda mereka. Amerika selalu mendukung rezim Zionis di segala bidang, terutama di bidang politik, keamanan, diplomasi, dan militer. Dengan kata lain, Amerika telah mencegah persetujuan berbagai usulan resolusi terhadap agresi rezim ini terhadap Palestina dan Arab selama lebih dari 70 tahun.

Dr. Mohammad Parszadeh, seorang profesor di Universitas Kazerun di Iran, mengatakan, "Di antara contoh terorisme negara dalam beberapa dekade terakhir, penyiksaan, pembunuhan dan intimidasi terhadap rakyat Palestina oleh pemerintah rezim Israel dan dukungan arogan dunia terhadap rezim yang mengerikan ini dan distorsi realitas yang dilakukan oleh beberapa negara. Faktanya, sifat rasisme rezim Zionis mengharuskan semua negara dan pemerintahan berada di bawah pengaruhnya. Oleh karena itu, ideologi superioritas ras memberikan izin terhadap segala operasi teroris, penyiksaan, pemerkosaan, kekerasan dan perusakan, penyerangan dan pembunuhan massal. Parszadeh melanjutkan, "Menachem Begin, salah satu pemimpin spiritual Yahudi, telah mengeluarkan perintah umum dengan tema, "Jadilah saudaraku, atau aku akan membunuhmu." Ideologi rasis Zionis mengharuskan orang di luar Yahudi harus tunduk, jika tidak maka mereka akan dianggap musuh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak pembentukan rezim Zionis, Amerika Serikat berusaha keras untuk membenarkan setiap langkah dan aksi rezim ilegal Israel. Menjalin hubungan diplomatik antara Vatikan dan Israel pada Desember 1993 adalah salah satu hasil dari upaya tersebut. Selain itu, adanya hubungan khusus antara elit politik kedua pihak sangat kentara. Delegasi diplomatik, utusan dan dubes Israel memiliki akses khusus kepada presiden dan elit politik senior pemerintah Amerika.

Pemerintah Amerika pendukung terorisme internasional dan rezim Israel adalah contoh terorisme negara. Terorisme negara mengejar tujuan yang dicapai oleh perang konvensional dengan kerugian domestik dan internasional yang sangat tinggi, dan korban utama terorisme adalah warga sipil dan warga negara. Pendudukan teritorial, pengeboman, pembantaian ribuan orang biasa dan tidak bersalah dengan senjata non-konvensional, penggunaan segala jenis perilaku kekerasan dan penculikan merupakan tindakan terorisme negara yang dianggap sebagai perang habis-habisan yang bersifat baru.