Kini Tidak Ada Pasar di Kamp Pengungsi Jabalia di Jalur Gaza Utara
Jabalia terletak di utara Jalur Gaza, tempat tentara Israel melakukan salah satu pemboman paling mematikan.
“Ini adalah pasar terbesar di Jalur Gaza utara, saat ini tidak ada pasar,” kata seorang pria Palestina sambil berdiri di tengah kehancuran di pasar kamp pengungsi Jabalia, di Jalur Gaza utara.
Pasukan Israel membom lebih banyak sasaran di Jalur Gaza yang hancur, ketika Majelis Umum PBB akan melakukan pemungutan suara mengenai tuntutan baru untuk gencatan senjata.
Serangan udara Israel terhadap delapan kamp pengungsi Gaza yang terbesar dan terpadat, Jabalia, dalam beberapa hari terakhir telah menewaskan ratusan warga Palestina, melukai ribuan lainnya, dan menyebabkan puluhan orang terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka.
Hanya sedikit dari keluarga yang tinggal di kamp yang penuh sesak, yang didirikan oleh PBB di timur laut Kota Gaza pada tahun 1948, mengetahui apa pun selain kekerasan dan penderitaan akibat perang. Kini, di bawah pemboman Israel yang tiada henti, mereka tidak punya tempat untuk lari.
Kamp padat penduduk di utara daerah kantong yang terkepung mencakup area seluas 1,4 kilometer persegi (0,5 mil persegi). Menurut PBB, ada sekitar 116.000 pengungsi terdaftar di kamp tersebut.
Kamp pengungsi ini didirikan pada tahun 1948 untuk menampung keluarga-keluarga yang mengungsi dari wilayah yang sekarang diduduki Israel.
Kamp ini adalah yang terbesar di Gaza. Di sana juga terdapat tiga sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Palestina, yang telah digunakan sebagai tempat penampungan bagi warga sipil yang kehilangan tempat tinggal sejak dimulainya pengepungan.
Beberapa negara Arab telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap kamp pengungsi Gaza. Ini termasuk Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Qatar, Yaman dan Yordania. Qatar juga memperingatkan bahwa serangan tersebut melemahkan mediasi di wilayah tersebut.
Kecaman juga datang dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI), serta Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit.
Komisaris Urusan Luar Negeri Uni Eropa menulis di platform media sosial X, “Saya terkejut dengan tingginya jumlah korban setelah pemboman kamp pengungsi Jabalia oleh Israel.”
Serangan itu terjadi di tengah berlanjutnya blokade total Israel terhadap Gaza, yang sangat membatasi akses terhadap air, listrik, makanan, dan bahan bakar bagi lebih dari 2,3 juta penduduk di jalur tersebut.
Para pekerja medis di Gaza kini berjuang dengan berkurangnya pasokan obat-obatan dan pemadaman listrik.