Mar 10, 2024 22:10 Asia/Jakarta
  • Surat Al-Mulk 15-19
    Surat Al-Mulk 15-19

Surat Al-Mulk 15-19

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (15)

 

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (67: 15)

 

Meskipun bumi mempunyai beberapa jenis gerak, namun tetap tenang dan stabil. Jika bumi terus-menerus berguncang dan tidak tenang serta stabil, maka bumi tidak akan pernah menjadi tempat yang cocok untuk kehidupan. Padahal, salah satu nikmat besar Tuhan adalah dijinakkannya bumi bagi penghuninya, termasuk manusia, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan manusia. Sebagian bumi kering dan layak huni serta menyediakan kebutuhan manusia akan tempat tinggal dan berbisnis. Dataran datar merupakan tempat yang cocok untuk pertanian dan peternakan serta segala jenis kegiatan industri dan ekonomi. Selain itu, tambang besar dan cadangan yang tersembunyi di bawah tanah menyediakan bahan mentah yang diperlukan bagi kehidupan manusia.

 

Tentu saja, syarat bagi manusia untuk mendapatkan manfaat dari semua berkah ini adalah dengan bekerja dan berusaha serta berjuang menghadapi kesulitan; Rezeki tidak bisa didapat dengan berdiam diri di rumah.

 

Pada saat yang sama, seseorang tidak boleh terlalu terikat pada dunia ini dan nikmatnya, karena dunia ini fana dan cepat berlalu, dan seseorang harus memikirkan tentang Hari Pembalasan, yang merupakan akhir dari dunia ini.

 

Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Tuhan menjadikan bumi tenang dan stabil bagi manusia, sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2. Rezeki dari Tuhan, tapi jika kita tidak berusaha maka kita tidak akan dapat memanfaatkan rezeki di bumi.

3. Usaha manusia di dunia dan keberhasilannya dalam hidup tidak boleh menyebabkan dia mengabaikan hari kiamat, jika tidak, dia tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.

 

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

 

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, (67: 16)

 

atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (67: 17)

 

Ayat-ayat ini menunjuk pada kelemahan dan ketidakberdayaan manusia terhadap kehendak Allah dan mengatakan, “Jika bumi menjadi gelisah dan terbelah serta menelan kamu, apa yang bisa kamu lakukan? Atau apa yang akan kalian lakukan jika hembusan angin kencang dan merusak melanda kotamu?

 

Lantas, bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan kekuatan alam yang dahsyat seperti gempa bumi atau angin topan, bisa selamat dari azab Tuhan di dunia ini dan melewati batas-batas perintah Tuhan?

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Kemurkaan dan azab ilahi tidak terbatas pada hari kiamat. Tuhan juga akan menurunkan azab-Nya di dunia, sehingga menjadi peringatan dan pelajaran bagi manusia.

2. Langit pusat komando dan pengaturan urusan bumi dan penghuninya.

3. Alam dan seluruh kekuatannya berada di bawah pengaturan dan perintah Tuhan, dan tanpa ijin-Nya sesuatu tidak akan terjadi.

4. Kekuatan Tuhan dalam membuat tenang bumi adalah manifestasi dari kekuasaan-Nya.

 

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (18) أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)

 

Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (67: 18)

 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (67: 19)

 

Ayat pertama ditujukan kepada orang-orang kafir dan ingkar kepada Tuhan dan berbunyi: Pelajarilah sejarah bangsa-bangsa yang lampau untuk mengetahui nasib bangsa-bangsa yang memberontak dan durhaka, yaitu mereka yang binasa di dunia karena kekuasaan Allah dan tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali tumpukan bangunan yang hancur.

 

Ayat berikut mengatakan: Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung di udara, bagaimana mereka terbang di langit dengan membuka dan menutup sayapnya dan mungkin menempuh jarak yang jauh ribuan kilometer? Siapa yang memberi mereka kemampuan untuk bangkit dari tanah melawan hukum gravitasi dan terbang dengan mudah di langit?!

 

Adakah yang lain selain Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana yang mempunyai ilmu dan kuasa untuk memberikan bulu dan sayap kepada hewan-hewan tersebut serta menciptakan tubuhnya sedemikian rupa sehingga dapat terbang di angkasa? Selain itu, siapa yang mengajari mereka pengetahuan tentang penerbangan dan tujuan untuk menempuh jarak ribuan kilometer (terkadang dengan penerbangan berkelompok) tanpa memiliki alat navigasi yang canggih dan mencapai tujuan?

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Mengingkari ajaran para nabi ilahi hanya menimbulkan kemurkaan dan hukuman Tuhan di dunia dan akhirat.

2. Sejarah umat terdahulu yang membangkang dan memberontak adalah pelajaran bagi generasi mendatang.

3. Burung yang terbang di angkasa dan melakukan perjalanan panjang untuk tujuan yang jauh, tanpa terjatuh atau saling bertabrakan, merupakan tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan.

4. Asal mula penciptaan dan pengaturan urusan dunia adalah rahmat Tuhan yang tak terbatas yang meliputi seluruh makhluk di alam semesta.

 

Tags