Lintasan Sejarah 4 Mei 2017
Hari ini, Kamis tanggal 4 Mei 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 7 Sya'ban 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 14 Ordibehesht 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Costa Rica Ditemukan
515 tahun yang lalu, tanggal 4 Mei 1502, Christopher Columbus dalam perjalanan ekspedisinya yang keempat, menemukan kawasan Costa Rica dan selama tiga abad kemudian, kawasan ini dijajah oleh Spanyol.
Pada tahun 1821, seiring dengan kemerdekaan Amerika Tengah dari penjajahan Spanyol, Costa Rica pun menjadi negara merdeka yang bergabung dengan Meksiko. Dua tahun kemudian, setelah terjadi perang saudara, Costa Rica melepaskan diri dari Meksiko dan bergabung dengan Federasi Amerika Tengah.
Pada tahun 1824, Juan Mora Fernandez terpilih sebagai pemimpin negara Costa Rica pertama dan selama masa pemerintahannya ia banyak melakukan reformasi seperti pendirian sistem pengadilan modern, penerbitan surat kabar nasional pertama, dan perluasan pendidikan. Namun, Costa Rica masih dipenuhi dengan persaingan poltik dan pada September 1835 meletuslah perang saudara.
Braulio Carrillo kemudian merebut kekuasaan di Costa Rica dan pada tahun 1838, ia menarik Costa Rica dari Federasi Amerika Tengah serta memproklamasikan kemerdekaan penuh Costa Rica.
Perjanjian Finkenstein Ditandatangani
210 tahun yang lalu, tanggal 4 Mei tahun 1807, Iran dan Perancis menandatangani perjanjian Finkenstein.
Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa segala jenis senjata yang diperlukan Iran dalam melawan Rusia akan diperolehnya dari Perancis. Perancis juga berjanji akan mengirimkan sejumlah perwira artileri dan arsitek militernya untuk melatih para tentara Iran.
Di pihak lain, Iran berjanji akan menghentikan hubungannya dengan Inggris dan akan mendampingi Perancis dalam pengiriman pasukan ke India. Namun dalam jangka waktu pendek, dengan ditandatanganinya perjanjian persahabatan antara Tsar Rusia dengan Napoleon, dan bersatunya mereka dalam melawan Inggris, perjanjian Finkenstein dilupakan sehingga Iran tinggal sendirian dalam menghadapi invasi Rusia.
Perang Saudara di Lebanon
59 tahun yang lalu, tanggal 4 Mei 1958, dimulailah protes meluas dan perang saudara di Lebanon terhadap pemerintahan Kumail Shamoun, Presiden negara ini.
Shamoun yang menjabat sebagai Presiden Lebanon sejak tahun 1952 itu, banyak mengambil kebijakan untuk menjauhi Arab dan lebih condong terhadap kecenderungan-kecenderungan Barat.
Politik ini direaksi negatif oleh umat Islam Lebanon dan ketika Shamoun berniat menjadikan seluruh wilayah Lebanon di bawah kekuasaan dan pengaruh etnis Maronit, terjadilah perang saudara di negara ini.
Shamoun meminta bantuan dari AS dan Washington langsung mengirimkan pasukan marinirnya ke Lebanon. Meski tak lama kemudian perang saudara itu berakhir, namun Kumail Shamoun terpaksa mengundurkan diri. Setelah tentara AS ditarik mundur dari Lebanon, Fuad Shahab dilantik sebagai Presiden Lebanon.
Ayatullah Sayid Amir Qazvini Wafat
23 tahun yang lalu, tanggal 14 Ordibehesht 1373 HS, Ayatullah Sayid Amir Qazvini wafat di usia 77 tahun dan dimakamkan di komplek suci makam Sayidah Fathimah Maksumah, Qom.
Ayatullah Sayid Amir Mohammad Kazemi Qazvini lahir di Kuwait dari keluarga agamis dan ilmuwan tahun 1296 HS. Sejak usia 8 tahun beliau mengikuti ayahnya ke Basran dan di sana beliau mulai belajar ilmu bahasa Arab dan fiqih. Pada usia 18 tahun beliau menuju Najaf untuk menuntut ilmu-ilmu agama lebih dalam. Setelah menyelesaikan tingkat menengah ilmu-ilmu agama, beliau mulai mempelajari fiqih dan ushul fiqih untuk persiapan berijtihad.
Ayatullah Qazvini belajar kepada Ayatullah Sayid Abolhossein Isfahani, Syeikh Muhammad Ridha Al Yasiin dan lain-lain. Setelah bertahun-tahun belajar, akhirnya Ayatullah Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abdulhadi Shirazi, Sayid Mahmoud Shahroudi dan Syeikh Husein Kasyif al-Ghita memberikannya ijazah ijtihad.
Setelah ayah beliau meninggal dunia, Ayatullah Qazvini kembali ke Basrah dan mulai mengajar, menulis dan menuntun umat Islam. Ayatullah Qazvini dikenal tidak kenal takut saat menyampaikan risalah agama Islam dan untuk itu beliau menanggung segala kesulitan dan rongrongan mereka yang tidak menyukai beliau. Langkah yang ditempuh beliau ini tidak dapat diterima oleh musuh dan penentangnya di partai Baath, Irak. Mereka membakar rumahnya dan beliau terpaksa kembali ke Kuwait tahun 1350 HS.
Beliau meninggalkan sekitar 40 karya ilmiah dan kebanyakan di bidang fiqih, ushul fiqih, teologi dan sejarah.