Lintasan Sejarah 7 Juli 2017
Hari ini, Jumat tanggal 7 Juli 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 12 Syawal 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 16 Tir 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Syaikh Bahai Meninggal Dunia
408 tahun yang lalu, tanggal 12 Syawal 1030 HS, Syeikh Bahai akibat sakit yang dideritanya kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di komplek makam suci Imam Ridha as di kota Mashad.
Syeikh Bahauddin Muhammad Amili yang lebih dikenal dengan Syeikh Bahai merupakan murid Syahid Tsani dan satu dari ulama besar Syiah, bahkan merupakan kebanggaan dunia Islam.
Beliau lahir pada 953 Hq di kota Baalbek, Lebanon dan selama hidupnya, Syeikh Bahai banyak melakukan perjalanan ke pelbagai penjuru dunia dan belajar kepada banyak guru di sejumlah bidang ilmu pengetahuan.
Syeikh Bahai menguasai banyak disiplin ilmu pengetahuan seperti geometri, astronomi, matematika, tafsir al-Quran, fiqih, ushul fiqih, hadis, sastra Persia dan Arab, kedokteran dan juga seorang arsitek hebat. Beliau bahkan menulis buku dalam semua disiplin ilmu yang dikuasainya itu. Syeikh Bahai juga menjadi ulama pertama yang menulis secara lengkap fiqih fatwa dalam bahasa Persia.
Syeikh Bahai dikenal juga sebagai ilmuan yang menjauhi dunia dan riya. Sekalipun memiliki derajat keilmuan yang tinggi dan jabatan tinggi sebagai Syeikh al-Islam, tapi tetap saja Syeikh Bahai tidak menunjukkan kecenderungan pada hal-hal yang bersifat materi.
Dalam mendidik murid, Syeikh Bahai termasuk ulama yang berhasil. Beliau mampu mendidik murid-murid hebat seperti Mulla Sadra, Mulla Muhammad Taqi Majlisi dan Muhaqqiq Sabszavari.
Beliau juga meninggalkan banyak karya tulis tak ternilai seperti Kashkul, Asrar al-Balaghah, Itsna Asyariyat Khams, Arbauna Haditsan, Jami Abbasi, Ain al-Hayat, Bahr al-Hisab dan lain-lain. Karya ilmiah dan arsitek Syeikh Bahai masih dapat disaksikan di kota Isfahan, Iran.
Sayid Reza Hosseini, Penyair Ahlul Bait Wafat
31 tahun yang lalu, tanggal 16 Tir 1365 HS Sayid Reza Hosseini, penyair Ahlul Bait meninggal dunia di usia 76 tahun dan dikebumikan di komplek makam suci Sayid Abdolazim, di kota Rey, Tehran.
Ustad Sayid Reza Hosseini yang lebih dikenal dengan sebutan Saadi Zaman, lahir di kota Azerbaijan pada 1289 Hs. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya dari guru-guru waktu itu, beliau kemudian menjadi tokoh ulama muda. Beliau dikenal dengan penguasaannya yang luar biasa atas sastra Persia, Turki dan Arab. Beliau juga punya perhatian yang luar biasa atas ilmu teologi, logika, sejarah, fiqih, tafsir al-Quran, hukum dan irfan.
Sejak awal pendidikannya, potensi kepenyairan Sayid Reza Hosseini telah muncul dan sejak usia 14 tahun beliau telah membaca syair-syairnya. Sekalipun masih muda, para penyair senior Iran telah mengenalnya.
Kecintaannya kepada Ahlul Bait membuat kebanyakan syair-syairnya berbicara tentang keutamaan mereka. Pada waktu itu, ketika untuk pertama kalinya beliau mempublikasikan kumpulan puisinya, para ulama dan penyair hebat Iran. Beliau menjadi populer di Azerbaijan.
Sayid Reza Hosseini termasuk penyair berbahasa Turki Azari paling terkenal dan boleh dikata sebagai pembaharu puisi dan sastra kegamaan Azerbaijan. Puisi-puisi telah menciptakan perubahan besar dalam proses penyempurnaan puisi yang memuji keutamaan Ahlul Bait.
Dalam menjelaskan ujian yang menimpa ahlul Bait, beliau merujuk kepada sumber-sumber terpercaya, baik di Ahli Sunnah maupun Syiah, tanpa menambah-nambah sesuatu yang tidak ada. Penyair Sayid Reza Hosseini meninggalkan banyak karya sastra dan puisi seperti Lama'at Huseini, Nojoum Derakshan dan Bahar Bi Khazan.
Ledakan di kota London
12 tahun yang lalu, tanggal 7 juli 2005 terjadi ledakan di sebuah bus dan tiga stasiun metro di pusat kota London menyebabkan 50 orang tewas dan 700 cidera.
Serangan itu terjadi saat berlangsungnya sidang pemimpin 8 negara industri di Skotlandia, utara Inggris. Para pakar politik percaya bahwa ledakan bom London merupakan protes terhadap kerjasama pemerintah Inggris dengan Amerika Serikat yang menduduki Afghanistan dan Irak serta pembunuhan warga kedua negara ini.
Di pihak lain, ledakan ini menunjukkan kelemahan sistem intelejen Inggris dalam menegakkan keamanan negara ini.
Pemerintah London mengklaim bahwa ledakan didalangi oleh orang-orang Islam. Akibatnya,tekanan terhadap warga muslim Inggris yang sudah ada sejak 11 September 2001 semakin keras.