Jul 11, 2017 09:47 Asia/Jakarta

Hari ini, Selasa tanggal 11 Juli 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 16 Syawal 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 20 Tir 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.

Ibnu Faruqi Lahir

928 tahun yang lalu, tanggal 16 Syawal 510 HQ, Ibnu Arzaq Faruqi, seorang ulama besar Arab, terlahir ke dunia.

Sejak masa mudanya, Ibnu Faruqi telah mempelajari fiqih, hadis, bahasa, dan tafsir Quran. Dia kemudian lebih tertarik pada ilmu sejarah dan banyak melakukan penelitian serta perjalanan ke berbagai kawasan.

Hasil penelitian dan perjalanannya itu dicatatnya dalam buku "Tarikh al-Faruqi".

King Peter I Karadjordjevic Lahir

173 tahun yang lalu, tanggal 11 Juli 1844, Peter Karadjordjevic atau yang dikenal dengan nama Peter Pertama, Raja Serbia, terlahir ke dunia.

Peter menyelesaikan sekolah menengahnya di Beograd dan kemudian meneruskan ke sebuah institut di Jenewa, Swiss. Setelah itu, Peter masuk ke akademi militer di Perancis.

Selama ia berada di Paris, Peter aktif menambah pengetahuannya di bidang politik dan militer dan hal ini memperluas wawasannya atas liberalisme, parlementarisme, dan demokrasi.

Pada tahun 1868, pada usia 24 tahun, Pangeran Peter telah menerbitkan hasil terjemahannya atas essay karya John Stuart Mill berjudul "Kebebasan" dan isi tulisan itu kemudian menjadi program politiknya. Pada tahun itu pula, terjadi konflik potitik di Serbia, dan dinasti Obrenovic berkuasa di negara tersebut.

Pangeran Peter dilarang pulang ke negaranya dan seluruh harta benda keluarganya disita. Peter kemudian melakukan berbagai aksi politik untuk meraih kembali haknya.

Pada tahun 1903, Raja Obrenovic dibunuh dan tentara memproklamasikan Pangeran Peter Karadjordjevic sebagai Raja Serbia. Dengan demikian, setelah 45 tahun berlalu, keluarga Karadjordjevic kembali meraih kekuasaannya di Serbia. Raja Peter I meninggal dunia tahun 1921 di Beograd.

Ayatullah Sayid Morteza Firouzabadi Shirazi Wafat

27 tahun yang lalu, tanggal 20 Tir 1369 HS, Ayatullah Firouzabadi meninggal dunia di usia 81 tahun.

Ayatullah Sayid Morteza Hosseini Firouzabadi lahir di kota Najaf, Irak dari keluarga ulama pada 1289 HS. Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat pertama dan menengah dari guru-guru besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani dan Gharawi Isfahani. Sementara kepribadian irfaninya terbentuk berdasarkan bimbingan gurunya Haj Sayid Ali Qadhi.

Selain belajar, beliau juga aktif menulis dan mengajar. Beliau berusaha keras dan mengalami pelbagai kesulitan saat menyediakan referensi bukunya "Fadhail al-Khamsah".

Selain itu, ulama rabbani ini banyak meninggal karya tulis lainnya seperti al-Sab'ah min al-Salaf, Inayah al-Ushul,  dan al-Furu' al-Muhimmah fi Ahkam al-Ummah.

Pembantaian Massal TerhadapWarga Bosnia

22 tahun yang lalu, tanggal 11 juli 1995, lebih dari 8 ribu warga muslim Bosnia, penduduk kota Srebenica, di timur negara ini dibantai secara massal oleh kalangan Serbia radikal.

Tragedi ini merupakan aksi pembantaian massal terbesar di Eropa pasca Perang Dunia ll. Kendati Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993 telah menetapkan Srebrenica sebagai kawasan aman dan pasukan penjaga perdamaian PBB ditempatkan di sana, namun pasukan milisi Serbia yang didukung pemerintah Beograd tetap nekad menguasai kawasan tersebut.

Menjelang agresi militer milisi Serbia ke Srebrenica warga muslim kota ini berusaha mengungsi, namun rencana mengungsi itu berhasil digagalkan oleh milisi Serbia. Mereka akhirnya membantai para lelaki muslim Bosnia, dan hanya memberi kesempatan mengungsi kepada perempuan dan anak-anak.

Ironisnya, tentara penjaga perdamaian PBB asal Belanda yang ditempatkan di sana tidak melakukan reaksi apapun untuk melindungi jiwa warga muslim dan membiarkan tragedi itu terjadi. Tentu saja sikap pasif negara-negara Eropa terhadap peristiwa ini merupakan ihwal yang patut dicermati.

Tiga komite pencari kebenaran yang dibentuk setelah terjadinya tragedi itu menuding Uni Eropa dan PBB telah bersikap abai terhadap kasus pembantaian tersebut. Ironisnya, hingga kini para pelaku utama pembantaian massal itu masih belum mendapat hukuman yang setimpal atas kejahatan mereka.