Jalan Menuju Cahaya 717
Surat al-Ankabut ayat 41-45
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (41) إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (42)
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (29: 41)
Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (29: 42)
Pada pembahasan sebelumnya, telah kita bahas bersama nasib kaum-kaum durhaka yang melawan para nabi. Ayat ini menggambarkan dengan indah dan jelas kondisi kaum Kafir dan menyebutkan, alih-alih menuju Allah Swt, mereka berpaling ke orang atau sesuatu yang lain, padahal selain Allah Swt, apapun itu,bahkan penguasa paling kuat sekali pun seperti Firaun, tidak akan mampu dan tidak berdaya di hadapan kekuatan Allah Swt. Sama seperti sarang laba-laba yang terbuat dari jaring yang lemah dan tidak kuat, dan mudah rusak dengan tiupan angin.
Mereka yang bersandar kepada selain Allah Swt, pada hakikatnya mereka sedang bersandar pada sarang laba-laba, sarang yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat memberikan jaminan dalam kondisi kehidupan yang sulit. Jika kaum Musyrik mengetahui apa yang mereka sandari bak sarang laba-laba, niscara mereka tidak akan menghampirinya. Sebagaimana jika kaum Musyrik mengetahui bahwa Sang Pencipta mereka mengetahui sedang berpaling ke makhluk-Nya, maka mereka akan menghentikan perbuatan mereka dan kembali kepada Allah Swt.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu metode Al-Quran adalah memberikan contoh dan perumpamaan untuk menjelaskan hakikat. Perumpamaan terbaik adalah yang dapat dipahami oleh semua kalangan masyarakat.
2. Pondasi keimanan terbangun kokoh, sementara pondasi kesyirikan rapuh.
3. Alih-alih besandar pada selain Allah Swt seperti sarang laba-laba yang rapuh, kita harus bersandar kepada Allah Swt.
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ (43) خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ (44)
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (29: 43)
Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang Mukmin. (29: 44)
Ayat-ayat ini menjelaskan pentingnya perumpamaan dalam Al-Quran dan ditekankan agar jangan sampai perumpamaan tersebut dianggap remeh dan sepele, karena itu semua adalah firman Allah Swt yang dijelaskan untuk memperjelas hakikat iman dan kekufuran. Perumpamaan tersebut tampak sederhana dan biasa bagi masyarakat awam, akan tetapi memiliki poin-poin yang sangat dalam dan sangat berharga di mata para ilmuwan.
Poin-poin yang sangat dalam dan berharga itu hanya dapat dipahami oleh otak para ilmuwan. Kelanjutan ayat-ayat itu menjelaskan posisi Allah Swt sebagai Pencipta dan bahwa Allah Swt yang Maha Mengetahui dan Mulia serta Maha Bijaksana. Oleh karena itu Allah Swt tidak akan menciptakan alam semesta ini sia-sia. Mereka yang beriman, memahami masalah ini, akan tepai kaum musyrik dan kafir tidak akan mampu menalar fakta ini.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perumpamaan Al-Quran sangat mendalam dan akurat dan hanya para ilmuwan serta orang-orang yang sadar yang dapat memahami kedalamannya.
2. Alam semesta diciptakan berdasarkan perencanaan dan tujuan yang jelas, dan bukan produk kebetulan.
3. Kaum Musyrik dan Kafir akan terhenti dalam mengenal fenomena alam semesta, akan tetapi orang-orang yang beriman akan melalui fenomena tersebut dan menilainya sebagai bukti-bukti keberadaan Allah Swt.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (29: 45)
Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah Saw, akan tetapi tidak hanya khusus untuk Rasulullah saja melainkan mencakup semua orang-orang yang beriman. Dalam rangka menarik perhatian orang-orang Mukmin, maka Allah Swt menjadikan Rasulullah Saw sebagai audien.
Dalam ayat ini, dipesankan dua hal, pertama tilawah Al-Quran dan berikutnya adalah penunaian salat. Jelas bahwa pengamalan dua hal itu secara berkesinambunagn akan memberikan dampak positif luas dalam kehidupan manusia. Sebaliknya, peremehan kedua amalan tersebut akan menyebabkan kelemahan dan keputuasaan. Ini dikarenakan, Al-Quran dan shalat adalah dua sumber kekuatan untuk orang-orang yang beriman. Al-Quran bila dibaca dengan penuh perhatian dan perenungan akan menimbulkan dampak yang sangat luar biasa dan memperkokoh keimanan.
Penunaian salat 17 rakaat dalam sehari bila dilakukan dengan baik, penuh kekhusyukan, akan menjaga manusia dari dosa dan hal-hal buruk. Di antara manfaat salat adalah membersihkan jiwa manusia dari segala keburukan. Meski demikian, pengaruh pembersihan dosa sejatinya merupakan manfaat terendah dari salat. Karena manfaat paling penting shalat adalah pengingatan Allah Swt atas seluruh kasih sayang dan nikmat-Nya.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pembacaan al-Quran dan penunaian salat, merupakan pokok program pembimbingan Islam dan bahwa para auliya telah menekankan hal ini.
2. Al-Quran, menjelaskan filosofi sebagian ketentuan dalam agama, termasuk di antaranya salat yang menjauhkan manusia dari keburukan dan membuat manusia selalu mengingat Allah Swt.
3. Melakukan hal-hak terpuji seperti tilawah al-Quran dan salat, secara otomatis akan menjauhkan manusia dari pekerjaan buruk.
4. Salat berperan sangat besar dalam islah pribadi dan masyarakat.