Mar 18, 2018 16:45 Asia/Jakarta

Hakim Abul-Majd Majdūd ibn Ādam Sanā'ī Ghaznavi dilahirkan di kota Ghazni tahun 464 Hjriah. Penyair dan arif besar Iran ini wafat pada 11 Saban 525 Hijriah, yang bertepatan dengan 8 Mei 1131 Masehi di kota yang sama dengan tempat kelahirannya. Ketika itu Ghazni merupakan bagian dari wilayah Iran, dan kini termasuk kota di Afghanistan.

Posisi dan kedudukan Sanai Ghaznavi sangat penting dalam sejarah sastra Persia di era Islam. Terkait hal ini, Doktor Safei Kadkani menuturkan, “Dalam sejarah sastra Farsi ketika dikatakan ‘Puisi sebelum Sanai dan sesudahnya’ menyita perhatian para pembaca yang ahli tentang karakteristik dua fase yang sensitif tersebut. Selama ini tidak ada dalam tahapan syair Farsi, bahkan Saadi, Hafez maupun Maulawi pun tidak muncul kategorisasi demikian.”

Pernyataan ahli sastra Persia dari Iran ini menunjukkan pengaruh besar hakim Sanai Ghaznavi dalam sastra Persia. Ia adalah penyair besar Iran sekaligus peletak metode Matsnavi Sarai irfani yang kemudian menginspirasi Attar dan Maulana setelahnya.

Kuburan Sanai Ghaznavi

Sanai menghabiskan masa kecil dan separuh usia mudanya di Ghazni. Di tempat yang sama, ia menimba berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selain ilmu agama seperti fiqih, hadis dan tafsir al-Quran, ia juga menuntut ilmu medis, hikmah, dan kalam, hingga tingkatan tinggi. Di bidang sastra, dia mempelajari dengan baik sastra Arab dan Farsi. Hal ini bisa dilihat dan penguasaannya yang tinggi terhadap berbagai disiplin ilmu yang dipahaminya dengan baik, terutama sastra.

Sanai lahir dari keluarga pribumi Ghazi. Ayahnya adalah orang yang memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan, terutama irfan dan tawasuf. Masalah ini juga disinggung Sanai dalam karyanya. Ayah Sanai adalah orang yang mendidik langsung dirinya sehingga menjadi tokoh terkemuka di bidang keilmuaan di zamannya. Sanai tumbuh dan besar dari keluarga dan lingkungan sosial Ghazni yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan, terutama sastra Persia. Dengan modal pendidikan yang baik, sejak usia muda ia sudah berguru kepada para sastrawan dan ilmuwan terkemuka di zamannya.

Sebagian hidupnya dipergunakan oleh Sanai dengan melakukan perjalanan ke berbagai kota penting. Ia mengunjungi Sarkhas, Balkh, Herat, dan Nishabur serta kota lain di Khorasan. Dalam perjalanan tersebut ia bertemu dengan para sufi dan ulama terkemuka seperti Muhammad bin Masur Sarkhasi.

Sebagian dari puisi Sanai berisi pujian yang lahir ketika ia bekerja sebagai pegawai kerajaan dengan berlimpah harta. Perjalanan hidupnya yang berkecukupan terus berlanjut hingga jalan hidupnya berubah.Ketika itu ia hendak menunaikan ibadah haji menuju Baitullah dari Balkh. Perjalanannya ke Mekah memunculkan pencerahan dalam diri Sanai. Terkait hal ini, peneliti, sejarawan sekaligus penulis sastra Farsi doktor Zabihollah Safa mengungkapkan, “Ia keluar dari kegelapan tamak [duniawi] dan menemukan keindahan hak [kebenaran]”.

Ketika Sanai kembali ke Balkh dari Mekah terjadi revolusi dalam dirinya. Ia meninggalkan kehidupan istana dan menjadi sufi. Perubahan tersebut mempengaruhi karya-karyanya yang bernuansa sufistik. Jalan hidup baru yang dipilih Sanai membawanya menghasilkan karya-karya asketis yang menunjukkan kecemerlangannya dibandingkan dengan para penyair klasik ketika itu.

Sanai Ghaznavi

Perjalanan ke tanah suci Mekah mengubah spiritualitas Sanai. Setelah kembali ke Ghazni, ia hidup menyendiri dan menyusun karya-karya puisinya yang bernuasa moral dan irfani. Selain karya divan berbentuk kasidah, ghazal, dan rubaiah yang terdiri dari 14.000 bait, Sanai juga memiliki karya lainnya.

Profesor Ahmad Attas, peneliti Turki yang mengkaji karya-karya Sanai Ghaznavi berkeyakinan bahwa Sanai sendiri menyusun karya puisinya. Lalu atas usulan Ahmad bin Masud ditata ulang lagi. Demikian juga kumpulan seluruh karyanya juga termasuk hadiqah. Tapi sebelum hadiqah maupun kuliat terbentuk, Sanai meninggal dunia.

Kemudian sahabat dan murid-murid sanai mengumpulkan seluruh karyanya dan juga melengkapi beberapa kekurangan sebelumnya hingga menajdi naskah baru dari hadiqah dan kuliat. Terdapat perbedaan jelas antara susunan dan isi dari karya besar ini. Naskah lama dan bernilai dari kuliat Sanai. Tampaknya naskah ini telah disiapkan sejak lama dan bagi penyair lainnya menjadi model.

Hadiqah al-Haqiqah, Sir al-Ibad ila al-Maad, Karnameh Balkh dan Makatib Sanai termasuk karya-karya Sanai. Karya puisi Sanai meliputi kasidah, qataah, ghazal, rubaiah dan qaladariat.

Dalam naskah baru, isi disesuaikan dengan judul pembahasan. Menurut para sejarawan sastra, divan Sanai terdiri dari 30.000 bait. Saat ini, naskah yang telah diteliti oleh Profesor Modaris Razavi, termasuk sumber paling penting naskah tulisan tangannya, seluruhnya berjumlah 13.780 bait.

Meskipun demikian, tampaknya jumlahnya masih lebih besar dari yang disebutkan tersebut dengan mempertimbangkan jumlah puisi yang telah dicetak tersebut dan cetakan doktor Mazahir Safa, dosen universitas Tehran.Contohnya adalah dalah kuliat Sanai disebutkan terdiri dari 137 kasidah, 206 ghazal, dan 443 Rubaiah. Tapi edisi cetaknya lebih dari 300 kasidah, 408 ghazal dan 537 rubaiah. Dalam naskah tulisan tangan yang terdapat di India dan Londra menunjukkan jumlah puisi yang lebih banyak dari edisi cetak.

Karnameh Balkh adalah Matsnawi kecil yang terdiri dari 497 bait. Para editor karya Sanai menyebut karyanya ini sebagai terjemahan dari kondisi Sanai ketika itu. Profesor Modares Razavi yang mengkaji karya-kaya Sanai dan mengeditnya, menerbitkan karya puisi penyair terkemuka Iran itu.

Sanai Ghaznavi

Karnameh diterjemahkan dalamm bahasa Indonesia sebagai kinerja. Artinya buku tentang pekerjaan penting karya-karya Sanai yang ditulis oleh dirinya sendiri. Buku Karnameh Balkh menjadi buku referensi penting untuk mengkaji kehidupan Sanai dan keluarganya, serta perjalanan intelektual yang mempengaruhi karya-karyanya. Buku ini terdiri dari 500 bait yang menjelaskan tentang kehidupan pribadi Sanai, ayah serta para penyair sezaman dengannya.

Kitab Hadiqatul haqiqah wa Tariqatul Syariah merupakan karya lain dari Sanai yang dikenal dengan nama ilahi Nameh. Matsnawi ini dimulai dengan penjelasan tentang Tuhan dan Nabi. Di buku ini juga dijelaskan mengenai akal, llmu, cinta dan hikmah.

Buku lain dari Sanai berjudul “Sir al-Ibad ila al-Maad” yang berisi rahasi irfani. Buku ini menjelaskan tentang perjalanan ruhani yang disampaikan secara menawan dan indah. Menurut para peneliti sastra, buku ini termasuk karya paling terkenal dari Sanai yang dituis dalam bahasa Farsi. Selain itu, Sanai juga menulis buku berjudul “Aql Nameh”, “Esgh Nameh”, Tariqah al-Tahqiq dan buku lainnya yang dinisbahkan kepada Sanai.