Nov 29, 2018 16:40 Asia/Jakarta
  • Masjid Islamic Center Washington.
    Masjid Islamic Center Washington.

Rasulullah Saw sangat memperhatikan masalah shalat berjamaah di masjid dan perhatian besar ini mendorong kaum Muslim untuk selalu hadir di rumah Allah Swt mengikuti shalat lima waktu dan kegiatan-kegiatan lain. Jelas, kehadiran ini memperkuat ukhuwah dan menghapus segala bentuk dendam dan kebencian di tengah masyarakat Muslim.

Kegiatan Rasulullah Saw dan para sahabat di Masjid Nabawi ikut mempengaruhi orang-orang yang datang ke Madinah. Seperti kisah delegasi Bani Tsaqif (penduduk utama kota Tha'if) yang datang ke Madinah untuk berunding dengan Rasulullah. Mereka sangat terkesan dengan kehidupan masyarakat Muslim di Madinah dan akhirnya memilih masuk Islam.

Pada masa itu, Masjid Nabawi di Madinah ibarat sebuah universitas besar, di mana Rasulullah Saw bertindak sebagai guru untuk mendidik mubaligh dan juru dakwah. Setelah menerima pendidikan al-Quran dan fiqih, mereka kemudian menyebar ke berbagai penjuru Jazirah Arab untuk menyelamatkan masyarakat dari kebodohan dan kesyirikan serta mengajak mereka memeluk Islam.

Berkat jihad ilmiah para mubaligh didikan Rasulullah Saw ini, Islam akhirnya tidak hanya menyebar di seluruh Jazirah Arab, tetapi dalam waktu singkat setelah nabi wafat, penyebaran agama ini sudah mencapai berbagai wilayah di dunia. Kesuksesan dakwah ini diikuti oleh pembangunan masjid-masjid sebagai sarana ibadah dan wadah untuk mengajarkan ilmu fiqih, al-Quran, hadis, sastra, akhlak, dan cabang ilmu lainnya.

Saat ini perhatian masyarakat terhadap Islam dan masjid meningkat tajam di tengah kampanye Islamphobia dan gerakan anti-Islam. Menurut keyakinan para pakar, ada banyak warga Amerika yang memeluk Islam setiap tahunnya. Seorang pakar kajian agama di Universitas Denver Amerika, Patrick D. Bowen telah melakukan sebuah riset tentang alasan ketertarikan warga Amerika terhadap Islam.

Bowen melakukan wawancara dengan 13 mualaf Amerika di mana 9 dari mereka memeluk Islam pasca peristiwa 11 September, dan mencapai hasil yang mencengangkan.

Seorang remaja putri (17 tahun) yang meninggalkan Kristen dan masuk Islam mengisahkan pengalamannya seperti ini, "Setiap pulang sekolah di siang hari dan ketika menunggu bus, suara adzan yang datang dari masjid selalu membuat hatiku tenang. Ada perasaan cinta, rindu, dan rasa syukur yang belum pernah aku rasakan selama ini. Adzan inilah yang telah mendekatkanku kepada Tuhan. Setelah meneliti dan mempelajari tentang Islam dan ajarannya, aku kemudian belajar tuntunan shalat."

"Untuk pertama kali dengan perasaan gelisah dan galau aku pergi ke masjid di dekat tempat tinggalku di Chicago dan setelah berkata bahwa aku ingin masuk Islam, salah seorang perempuan berjilbab datang menghampiriku dan berkata, 'Subhanallah… lalu aku dibawa bertemu imam masjid dan kemudian aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah di hadapannya. Aku mengucapkan dua kalimat syahadat, 'Ash-hadu alla illaha Illallah, Wa ash-hadu anna Muhammadar Rasulullah.'"

Will Durant dalam bukunya, Story of Civilization mengakui bahwa dalam sejarah budaya dunia umat manusia dari Adam sampai Muhammad Saw, ia belum menemukan senandung yang lebih elok dan lebih langgeng dari suara adzan kaum Muslim, sebuah adzan yang didengungkan oleh Muslim sebanyak lima kali sehari di seluruh dunia dan dengan itu, selain bersujud di hadapan Tuhan, mereka menjulurkan tangan persatuan antar sesama.

Masjid Islamic Center Washington

Salah satu masjid paling populer di Amerika Serikat adalah Masjid Jami’ Washington. Pada tahun 1944, dengan kematian Duta Besar Turki untuk AS Munir Ertegun, kaum Muslim tidak memiliki tempat untuk mengurusi segala keperluan jenazah, akhirnya muncul ide untuk membangun sebuah masjid di kota Washington D.C, ibukota Amerika.

Komunitas Muslim Amerika membeli sebidang tanah seluas 30.000 meter persegi di Massachusetts Avenue untuk digunakan sebagai masjid dan Islamic Center bagi warga Muslim yang tinggal di Washington. Pembangunan masjid ini berlangsung sekitar tujuh tahun, hingga akhirnya diresmikan pada 28 Juni 1957 dengan dihadiri oleh Presiden AS Dwight D. Eisenhower serta para pemimpin agama dari seluruh negeri dan duta besar dari seluruh dunia. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Italia Mario Rossi.

Masjid Jami' Washington didirikan dengan partisipasi dan kerjasama negara-negara Muslim yang memiliki perwakilan di Washington. Komunitas diplomatik Muslim di Washington memainkan peran utama dalam upaya membangun sebuah masjid.

Masing-masing negara tersebut menyumbangkan kontribusi tidak hanya dalam pembangunan masjid, tetapi juga untuk penyelesaian dan dekorasinya. Misalnya, ubin masjid berasal dari Turki bersama tim ahli untuk memasangnya, permadaninya dari Iran, dan lampu gantung perunggu disumbangkan oleh Mesir. Pemerintah Mesir juga mengirim seniman kaligrafi untuk mengukir ayat-ayat al-Quran di dinding dan langit masjid. Sumbangan untuk proyek ini juga datang dari komunitas Muslim-Amerika.

Mimbar Masjid Jami' Washington dibangun meniru model mimbar Masjid Muhammad Ali Pasha Kairo. Mimbar masjid ini tersusun dari 12.000 mosaik kayu eboni yang dibuat di Mesir dan kemudian dipasang pada kerangka mimbar. Batu-batu masjid didatangkan dari Pegunungan Alabama, salah satu negara bagian di selatan Amerika Serikat.

Masjid Jami' Washington dibangun dengan gaya tradisional Islami dan disesuaikan dengan arsitektur umum Amerika. Gaya arsitekturnya meniru model bangunan Kesultanan Mamluk di Kairo. Masjid ini juga mengadopsi gaya khas Kesultanan Ottoman dan corak yang biasa ditemui di bangunan-bangunan bersejarah Andalusia, Spanyol.

Menara masjid mengadopsi gaya Mesir dan berdiri gagah di atas pintu masuk masjid dengan strukturnya yang kokoh. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat yang dipercantik dengan jendela di setiap sisi dan dekorasi Dunia Islam. Bagian atas menara berbentuk lingkaran sampai ke ujungnya.

Pintu masuk masjid dibuat dengan ukuran besar dan pengunjung dapat mengaksesnya melalui anak tangga dari batu marmer. Pintu ini memiliki lima lengkungan yang ditopang oleh empat tiang marmer. Aula utama Masjid Jami' Washington sangat luas dengan kapasitas 13.000 jamaah. Atap aula ini ditopang oleh tiang-tiang marmer yang besar.

Negara-negara donor kemudian membangun sebuah Islamic Center di samping masjid, yang dilengkapi dengan sebuah aula besar untuk pelaksanaan konferensi, ruang kelas, dan perpustakaan dengan ribuan buku yang disumbangkan oleh negara-negara Muslim. Perpustakaan ini bertujuan untuk mempromosikan budaya Islam. Di pagar masjid terpasang bendera dari negara-negara Muslim dunia.

Masjid Jami' Washington menerima ribuan pengunjung setiap hari. Individu Muslim dari berbagai kelas sosial dan etnis mendatangi masjid ini untuk mendirikan shalat dan menambah pengetahuan mereka tentang Islam.

Seperti semua masjid lain di Amerika, Masjid Jami' Washington merefleksikan keragaman kebangsaan, suku, dan ras masyarakat Muslim. Pada hari Jumat, masjid ini akan diserbu oleh kaum Muslim untuk menunaikan shalat Jumat dan mempererat persatuan di antara mereka.

Masjid ini telah dikunjungi oleh banyak pejabat termasuk beberapa presiden. Presiden George W. Bush mengunjunginya pada 17 September 2001, hanya beberapa hari setelah serangan 11 September.

Saat ini, Masjid Islamic Center Washington DC masuk dalam daftar (cagar budaya) Survei Bangunan Bersejarah Amerika Serikat. (RM)

Tags