Jan 24, 2019 11:45 Asia/Jakarta
  • Kitab Akhlak Mohseni Karya Molana Hossein Vaez Kashefi
    Kitab Akhlak Mohseni Karya Molana Hossein Vaez Kashefi

Kamaloddin Hossein bin Ali Sabzavari yang lebih dikenal dengan sebutan Molana Hossein Vaez Kashefi adalah penulis prolifik, matematikawan, astronom sekaligus ulama terkemuka di era dinasti Timurid. Kashefi dilahirkan di Baihagh, Sabzavar, Iran. Para sejarawan tidak menyebutkan secara rinci tanggal kelahirannya, tapi dipastikan antara tahun 835 hingga 840 Hijriah.

Kashefi memulai pendidikan dasarnya di tanah kelahirannya, Sabzavar. Tabarsi dalam kitabnya, Majmaul Bayan mengungkapkan ketika itu, Sabzavar menjadi tempat kelahiran para ulama dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sekolah dan masjid indah dibangun di sana. Di Sabzavar pula, para ulama menyampaikan ajaran Islam dan mendidik para murid, salah satunya adalah Kashefi yang kelak menjadi ulama besar, sekaligus ilmuwan terkemuka di zamannya.

Setelah beberapa waktu belajar kepada para ulama di Sabzavar, Kashefi meninggalkan tanah kelahirannya menuju Nishabur dan Mashhad untuk menemui Saaduddin Kashghiri sebagaimana ditemuinya dalam mimpi. Tapi alim besar ini telah wafat di Herat.

Kemudian, Kashefi berkenalan dengan tasawuf dan para arif besar di zamannya. Ia menziarahi makam Maulana Jalaluddin Rumi, dan di sana ia berkenalan dengan Nuruddin Abdurrahman Jami. Selanjutnya, Jami mengajarkan prinsip tarikat Naqsabandiyah dan menjadi penganut tarikat tersebut. Selain itu, ia terus melanjutkan menuntut ilmu hingga menguasai berbagai disiplin ilmu.

Kashefi menghabiskan usianya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dengan mengajar dan memberikan nasehat kepada masyarakat. Beliau dikenal dengan petuahnya yang mudah diterima oleh masyarakat awam. Tidak heran jika setiap pengajian umum yang diisinya dipadati oleh masyarakat. Mulla Kashefi menyampaikan petuah dengan suara yang indah dan lembut. Kecakapannya yang merupakan anugerah ilahi ini menjadi magnet bagi masyarakat untuk mendengarkan petuah ulama besar ini.

Sebagian peneliti menempatkan Kashefi di jajaran sufi Naqsabandiyah. Tapi dengan memperhatikan berbagai karya dan kehidupannya, beliau tidak masuk dalam tarikat itu. Sebab, beliau bukan murid Khawajah Abdullah Ansari yang menjadi peletak pondasi tarikat Naqsabandiyah, dan bukan pula murid Nuruddin Abdul Rahman Jami. Kecenderungannya terhadap tasawuf yang terlihat dalam berbagai karyanya dipengaruhi oleh kemampuannya sebagai ulama, sehingga dimensi tasawufnya relatif tidak terlalu menonjol dibandingkan disiplin lain yang dikuasainya.

Para ahli sejarah berbeda pandangan mengenai mazhab yang dianut Sheikh Kashefi. Sebagian meyakini beliau menganut mazhab Sunni, tapi sebagian lain menyebutnya Syiah. Sebagian peneliti memandang masalah tersebut disebabkan dua kota utama yang menjadi tempat kelahiran dan tinggal beliau, yaitu Sabzavar dan Herat.

Kota Sabzavar merupakan tempat kelahiran Mulla Kashefi, dan selama bertahun-tahun tinggal di daerah tempat komunitas Syiah. Selain itu, selama lebih dari 50 tahun usianya, Sheikh Kashefi tinggal di Herat di tengah orang-orang Sunni. Di luar masalah mazhab apa yang dianutnya, Mulla Kashefi sangat mencintai Ahlul Bait dan para Imam Maksum yang disampaikan dalam berbagai kesempatan di tengah masyarakat.

Kitab Futut Nameh Soltani

Sejarawan kontemporer Iran, Rasul Jafarian menyampaikan hasil penelitiannya mengenai kecenderungan Sheikh Kashefi terhadap Syiah di kalangan orang-orang Sunni di wilayah timur Iran, yang dikenal dengan Sunni 12 Imam. Jafarian berkata, "Metode yang secara umum berlaku di abad ketujuh dan delapan yang selanjutnya dikenal di kalangan Sunni Syiah, sejak awal dimulai dengan zikir memuji Allah swt dan shalawat. Kelompok ini kemudian menyebut empat khalifah dan nama-nama 12 Imam Ahlul Bait Rasulullah Saw. Metode juga dipergunakan oleh Mulla Mohsen Vaez Kashefi dalam kitabnya, terutama Futut Nameh Soltani dan kitab Raudhah Al-Syuhada',"

Dalam kitab Futut Nameh Soltani, Mulla Kashefi menjelaskan persyaratan dan adab bagi orang-orang yang akan memasuki lingkaran Funut seperti kewajiban menyebut nama 12 Imam. Beliau hanya menyebut tiga Khalifah dalam pembukaan kitab, sedangkan nama 12 Imam disebutkan berulangkali.

Peneliti sejarah kontemporer Rasul Jafarian mengungkapkan,"Pada bagian kesembilan dari kitab ini disinggung masalah 'Kualitas antara Penutup' dan acara khusus untuk ahli Funut, yang tepat untuk mengetahui mazhab Vaez Kashefi. Di bagian metode dan tata cara Funut, beliau menjelaskan tentang Fatiyan atau para ksatria dan menyampaikan dua khutbah dalam acara yang dibaca oleh kepala funut.  Dua khutbah ini menunjukkan bahwa Kashefi menganut mazhab Syiah,".

Di antara karya Mulla Kashefi, kitab Raudhah Al-Syuhada lebih kentara warna kesyiahannya. Kitab ini dimulai dengan sejarah umum para Nabi, kemudian menjelaskan kehidupan Rasulullah Saw, lalu kehidupan para Imam. Di buku ini dijelaskan tentang peristiwa Karbala yang merupakan tujuan utama Mulla Kashefi menulis buku tersebut dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan pembahasan lainnya.

Mulla Kashefi dikenal sebagai orang yang produktif menghasilkan berbagai karya dalam bahasa Farsi dan Arab. Karya-karya beliau beragam dan dikenal menarik bagi para pembaca. Sebagian dari karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki di era imperium Ottoman. Selain itu, karya beliau yang membahas masalah imamah dan wilayah tersebar luas di berbagai wilayah berbahasa Farsi, tidak hanya di Iran, tapi juga negara lain yang menggunakan bahasa tersebut.

Pada tahun 929 Hq, Khand Mir menulis biografi tentang Vaez Kashefi dan menjelaskan berbagai karya yang ditulis ulama Iran ini. Saeed Nafisi, peneliti kontemporer Iran dalam pengantar buku Lub Al-Lubab menyebut 37 kitab yang ditulis oleh Mulla Kashefi. Adapun Gholam Hossein Yousefi dalam Ensiklopedia besar Islam berbahasa Inggris menyebut 40 karya dari karya Mulla Kashefi termasuk yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dan Inggris.

Karakteristik dari karya Mulla Kashefi adalah kemudahan bahasa yang dipergunakannya untuk tingkat pemahaman orang awam. Berbagai karyanya antara lain: Akhlagh Mohseni, Raudha Al-Syuhada, Futut Nameh Soltani, Asrar Qasimi, tafsir Al-Quran, Jawahir Al-Tafsir dan lainnya.

Kitab matsnawi Maknawi  Jalaluddin Rumi

Selain menulis masalah di bidang agama, Mulla Kashefi juga memiliki karya di bidang sastra seperti Makhzan Al-Insha' mengenai model penulisan surat resmi dan tidak resmi untuk berbagai keperluan masyarakat. Selain itu, beliau menulis kitab Badiul Afkar fi Sanayiul Ash'ar. Mulla Kashefi memiliki karya komentar terhadap Matsnavi Rumi.

Zabihollah Safa menjelaskan karakteristik metode penulisan karya Mulla Kashefi. Peneliti terkemuka Iran ini menjelaskan, "Metode penulisan Kashefi tidak dipengaruhi oleh teks lain maupun terjemah serta kutipan dari bahasa Arab. Bentuknya sederhana, mudah dipahami serta menjadi rujukan yang baik abad ke-9 dan awal abad 10 Hijriah. Kebanyakan karyanya merupakan upaya permanen untuk memenuhi bahan nasehat dan khutbahnya,". (PH)