Apr 27, 2019 16:25 Asia/Jakarta
  • Patung Kamal Al-Din Behzad Soltani
    Patung Kamal Al-Din Behzad Soltani

Kamal Al-Din Behzad Soltani dilahirkan tahun 1450 Masehi di kota Herat yang saat itu termasuk bagian dari Khorasan besar, Iran, tapi kini sebuah kota di barat daya Afghanistan.

Ia hidup yatim piatu di masa Timurid, dan  dibesarkan oleh pelukis terkemuka Khawaja Mirak Naqqash, yang merupakan murid Mir Ali Shir Navaie. Khawaja Mirak adalah pemuka seni lukis dan kaligrafi dengan berbagai karya besar yang menghiasi dinding istana, prasasti dan bangunan di Herat.

Di bawah bimbingan Khawaja Mirak, Kamal Al-Din Behzad tumbuh menjadi pelukis terkemuka yang mendapat perhatian dari sultan Timurid, Hussein Bayqara yang memerintah 1469 – 1506 M, dan amir lain di lingkarannya.

Setelah jatuhnya dinasti Timurid, dan Herat dikuasai dinasti Safavid, Shah Ismail I membawa Kamal Al-Din Behzad dan para seniman lainnya dari Herat ke Tabriz. Dengan posisinya sebagai kepala atelier, dan perpustakaan kerajaan, ia memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan seni lukis di era dinasti Safavid.

Kamal Al-Din Behzad meninggal dunia tahun 1535 M dan dimakamkan di tempat kelahirannya Herat. Makamnya terletak di Saeede Mukhtar yang berada di puncak bukit utara kota Herat.

Seni Iran memiliki karakteristik khusus, karena daya tarik khasnya yang tidak dimiliki yang lain. Anggota badan manusia dengan formasi khusus merupakan salah satu unsur penting dalam seni lukis Iran yang tampak jelas dalam karya seni Kamal Al-Din Behzad. Ia memberikan perhatian besar terhadap peran manusia dalam berbagai karyanya.

Tubuh manusia dalam lukisan telah menjadi perhatian para pelukis, baik dari Barat maupun Timur. Tubuh manusia dalam pandangan para pelukis Barat berpijak pada naturalisme yang dianut mereka. Di timur juga menjadi perhatian, tapi biasanya merupakan bagian dari alam. Para peneliti seni memandang karya seni lukis Iran berada dalam posisi antara Barat dan timur dengan kekhasannya sendiri.

Seni lukis Iran dipengaruhi oleh keyakinan keagamaan mereka. Dalam pandangan esensi seni Iran, di luar dari keberadaan jasmaninya, dan alam imaji memberikan pengaruh lebih besar dalam gambaran tubuh manusia. Pastinya, sastra Farsi menjadi salah satu sumber imajinasi tentang seni lukis. Sebab sebagian besar seni lukis Iran mengambil inspirasi dari puisi Farsi. Syair yang mengandung unsur Irfan dan tasawuf memainkan peran penting dalam seni lukis.

Selain kesamaan pandangan tentang sastra Persia dan seni lukis Iran mengenai konsepsi tubuh manusia, pandangan budaya populer dan selera seni para seniman, juga ikut mempengaruhi model seni lukis Iran, terutama mazhab seni lukis Herat.

Kamal al-Din Behzad sebagai pemuka mazhab seni lukis Herat memiliki perhatian besar terhadap manusia dalam karya seninya. Para kritikus seni memandang karya Kamal al-Din Behzad menunjukkan kecerdasan seninya. Mereka menilai goresan kuas yang ditorehkan Behzad tidak hanya sekedar gambar, tapi menawarkan pandangan yang dalam tentang interaksi manusia di realitas dunia.

Behzad dalam karyanya bercerita tentang adat istiadat masyarakat, bahkan kehidupan sederhana seperti buruh yang sedang bekerja. Tapi di tangannya, fenomena biasa ini menjadi luar biasa. Hal ini menjadi salah satu aspek yang membedakan antara Behzad dengan pelukis sebelumnya. Karya Behzad memberikan perubahan signifikan terhadap aliran seni lukis Persia, terutama mazhab Herat. 

 

Lukisan karya Behzad Soltani

Realisme yang ditawarkan Behzad menunjukkan kedalaman pandangannya terhadap kehidupan. Para peneliti seni menilai Behzad memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Dia juga dengan baik memanfaatkan kekuatan imajinasinya bersama kedalaman syair Farsi tentang manusia yang mengalir di urat nadi kehidupan masyarakat Iran ketika itu.

Meskipun sepintas menyajikan gambar tentang kehidupan sehari-hari masyarakat yang biasa, tapi karya Behzad menawarkan makna tersembunyi di dalamnya.Tampaknya, Behzad sedang berupaya memasukkan makna esoteris dalam tampilan luar karya lukisnya, sehingga bahasa seni lukis dan realisme yang ditawarkannya hadir  penuh makna.

Salah satu karakteristik karya Behzad mengenai komposisi unsur dan bagian dalam goresan lukisannya. Sebelum Behzad, masalah ini tidak menjadi perhatian. Setiap orang dilukis sesuai dengan profesi dan kedudukan sosial masing-masing. Tapi Behzad mengubahnya. Pelayan kerajaan, pejabat, rakyat bahkan raja digambar dalam formasi dasar yang sama. Para peneliti meyakini karakteristik ini dipengaruhi oleh pandangan dunia Irfan Behzad yang berakar dari pemikiran gurunya seperti Amir Alishir Navaie dan Jami.

Secara umum tubuh manusia dalam lukisan Behzad dibagi dalam tiga kategori yaitu; tubuh pencinta dan penyair (taghazoli), tubuh sufi (darvish) dan masyarakat awam. Tubuh penyair adalah bagian yang paling sederhana. Sumber utama gambar ini berasal dari cerita klasik Farsi dan syair maupun karya sastra Persia lainnya.

Formasi gambar jenis pertama ini memiliki sejarah panjang dalam seni lukis Iran. Behzad, sebagaimana seniman lainnya juga memanfaatkan bentuk umum ini dalam karya seninya. Pada bentuk ini tidak ada inovasi baru yang ditawarkan Behzad seperti gambar pemuda pencinta atau ksatria dan lainnya.

Karya Behzad dalam model ini menampilkan bentuk wajah oval yang digambarkan dengan warna kulit yang terang. Tidak ada kerutan dan semua tampil berusia muda.

Pada umumnya, laki-laki digambarkan tanpa jambang. Tapi terkadang muncul jambang dengan kumis tebal yang ingin menampilkan maskulinitasnya. Tubuh digambahran tinggi dan menawan.

Karakteristik lain dari model ini adalah tidak terlalu menonjolkan perbedaan gender. Dalam formasi bentuk taghazoli, perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada pakaian yang dikenakannya. Contohnya, laki-laki menggunakan topi atau serban maupun mahkota. Sedangkan perempuan menggunakan selendang, atau kerudung. Gambar yang ditampilkan Behzad mengambil inspirasi dari karya sastra Farsi.

Formasi kedua dalam karya Behzad adalah tubuh Darvish atau sufi. Behzad banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia Irfan dan tasawuf dalam berbagai karyanya. Para gurunya seperti Khawaja Mirak dan Maulana Darvish Muhammad memiliki kecenderungan Irfan. Amir Alishir Navaie yang menjadi menteri dinasti Hossein Bayghara termasuk pendukung Behzad dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupannya.

Bentuk wajah model kedua berbeda dengan sebelumnya. Warna kulit cerah tapi terkadang agak kekuning-kuningan menyerupai warna gandum dengan penonjolan yang jelas pada bentuk struktur tulangnya. Wajah dengan jambang tebal berwarna hitam, coklat dan putih. Bentuk tubuh tidak terlalu tinggi untuk menunjukkan orang yang sudah berusia lanjut.

Bentuk ketiga dalam karya Behzad mengenai wajah dan tubuh masyarakat awam yang merupakan karakteristik khas karyanya. Warna kulit ditampilkan berwarna-warni yang disesuaikan dengan profesi dan status sosialnya, bahkan kebangsaannya.

Tubuh para tokoh digambarkan sedang melakukan pekerjaan sesuai profesinya masing-masing. Misalnya gambar tentang pekerja bangunan dan pelayan yang sedang membawa makanan untuk tuannya. Terkadang, Behzad menggambar tubuh tokoh dalam lukisannya dengan postur tinggi, tapi terkadang juga pendek, maupun gemuk dan kurus.

Tampaknya, kehidupan masa kecilnya yang sulit sebagai orang miskin dan anak yatim memberikan pengaruh besar terhadap karyanya tentang kehidupan orang biasa. Meski demikian Behzad menampilkannya dengan kedalaman makna di dalamnya.(PH)

 

Tags