Jun 24, 2019 10:37 Asia/Jakarta
  • 24 Juni 2019
    24 Juni 2019

Hari ini, Senin 24 Juni 2019 bertepatan dengan 20 Syawal 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 3 Tir 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.

Harun Ar-Rasyid Perintah Tangkap Imam Kazhim as

1261 tahun yang lalu, tanggal 20 Syawal 179 HQ, Imam Kazhim as ditangkap atas perintah Harun ar-Rasyid.

Harun ar-Rasyid, Khalifah Abbasi yang zalim senantiasa merasa khawatir dengan keberadaan Imam Musa al-Kazhim. Popularitas Imam Kazhim dan pengaruhnya membuat Harun takut hal itu dapat menggerogoti kekuasaannya. Oleh karenanya, Harun ar-Rasyid mengirim utusannya ke Madinah untuk memata-matai gerak-gerik Imam Kazhim as.

Imam Kazhim as

Khalifah Harun ar-Rasyid patut mengkhawatirkan pengaruh maknawi Imam Musa al-Kazhim. Karena Ali bin Yaqthin, Perdana Menteri Bani Abbasiah waktu itu merupakan sahabat Imam Musa Kazhim as dan melakukan perintah beliau.

Berita tentang Imam Kazhim as yang disampaikan oleh orang-orang dekatnya membuat kebencian Harun ar-Rasyid semakin memuncak. Pada tahun 179 Hq, Khalifah Harun ar-Rasyid menunaikan ibadah haji dan di sana ia baru memahami betapa masyarakat Muslim begitu menghormati dan mencintai Imam Musa Kazhim as. Menyaksikan kenyataan itu, Harun ar-Rasyid begitu khawatir akan kekuasaannya.

Ketika pergi ke kota Madinah dan menziarahi kuburan Rasulullah Saw, Harun ar-Rasyid memutuskan untuk menangkap dan memenjarakan Imam Kazhim as. Ketika tiba hari penangkapan beliau pada 20 Syawal 179 Hq, Harun ar-Rasyid memerintah agar proses penangkapan Imam Kazhim as dilakukan dengan tidak teratur dan diserahkan dari satu kelompok ke kelompok yang lain agar masyarakat tidak tahu kemana Imam Kazhim di bawa dan oleh siapa yang membawanya.

Dengan demikian, perlahan-lahan masyarakat tidak kaget dengan ketiadaan Imam Kazhim di tengah-tengah mereka dan terbiasa dengan kondisi yang ada. Proses ini menunjukkan betapa khawatirnya Bani Abbasiah akan pengaruh Imam Kazhim as

Harun ar-Rasyid berhasil mengasingkan Imam Kazhim as dari Madinah dengan sangat berhati-hati dan selama bertahun-tahun beliau dipindahkan dari satu penjara ke penjara lainnya. Anehnya, Harun ar-Rasyid yang memahami tingginya kepribadian Imam Kazhim as, pasca syahadah beliau memaksa masyarakat Muslim waktu itu agar menerima bahwa Imam Kazhim as meninggal secara alami, bukan karena diracuni.

Pemberlakuan Situasi Darurat Militer Pasca Pembubaran Parlemen

111 tahun yang lalu, tanggal 3 Tir 1287 HS, Mohammad Ali Shah Qajar memberlakukan kondisi darurat militer di Tehran pasca pembubaran parlemen.

Mohammad Shah Qajar

Sehari pasca pembubaran parlemen Iran, Mohammad Ali Shah Qajar mengumumkan dan memberlakukan kondisi darurat militer di Tehran. Hal ini dilakukannya dengan tujuan menciptakan ketakutan di antara warga dan tidak ada organisasi yang melakukan rapat atau demonstrasi. Berdasarkan perintah ini, tentara Kazakhstan yang dipimpin panglima Rusia mereka diperintahkan untuk menangkap setiap orang yang bersenjata di kota.

Sesuai dengan perintah ini, seluruh bentuk pertemuan dan kumpul-kumpul dilarang dan polisi berhak menembak ke arah warga yang ingin berkumpul. Shah juga bersedia memberikan amnesti massal kepada warga asal tidak melakukan aksi mogok di kedutaan-kedutaan besar atau komplek makam suci Abdolazim di kota Rey.

Apa yang dilakukan Shah ini bertujuan membohongi mereka yang masih menuntut diberlakukannya Revolusi Konstitusi.

Uni Soviet Blokade Berlin

71 tahun yang lalu, tanggal 24 Juni 1948, Uni Soviet berlakukan larangan keluar-masuk ibukota Jerman, Berlin, melalui jalur darat.

Manuver Soviet itu menjadi tahap awal dimulainya Perang Dingin dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yang juga menduduki Jerman usai Perang Dunia Kedua.

Peta Uni Soviet

Tentara Soviet pertama kali masuk ke Berlin dan berhasil menghancurkan pusat pemerintahan Nazi Jerman di akhir Perang Dunia Kedua 1945. Namun usai perang, pengelolaan kota itu terbagi dalam empat zona. 

Soviet (yang kini kembali bernama Rusia) menguasai hampir sebagian besar wilayah Berlin di bagian tengah dan timur. Sedangkan kendali atas bagian barat Berlin dibagi rata oleh tiga kekuatan pasukan Sekutu, yaitu AS, Perancis, dan Inggris. 

Namun, seiring dengan meruncingnya perbedaan ideologi politiknya dengan AS dan negara-negara Eropa Barat, Soviet berinisiatif memblokade Berlin. Blokade itu bertujuan agar kawasan tengah dan timur tidak sampai dicaplok oleh Barat. 

Blokade darat diberlakukan Soviet antara Juni 1948 hingga Mei 1949. Namun, sejak saat itu AS dan sekutu-sekutunya mengirim pasokan logistik ke Berlin melalui pesawat udara.   

Dua tahun setelah blokade dicabut, Soviet akhirnya membangun rangkaian tembok pembatas di Berlin sehingga Jerman terpecah menjadi dua, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur, sebelum kembali bergabung pada 1990.