Langkah Kedua Revolusi (18)
-
Langkah Kedua Revolusi
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pesan Langkah Kedua Revolusi mengatakan, "Keadilan berada di urutan teratas dari tujuan utama utusan ilahi dan memiliki martabat dan status yang sama di Republik Islam. Keadilan adalah kata suci di setiap ruang dan waktu dan tidak mudah terwujudkan secara sempurna kecuali dalam pemerintahan Imam Mahdi af, tetapi masih mungkin secara relatif direalisasikan di mana dan kapan saja serta menjadi kewajiban bagi semua orang, terutama penguasa yang kuat."
Ketika berbicara tentang kemajuan dan kegairahan ekonomi, muncul pertanyaan apakah fasilitas dan pendapatan yang dihasilkan dari kemajuan ini dapat didistribusikan secara adil dan merata kepada semua orang? Dalam sistem kapitalis Barat, menciptakan keadilan ekonomi dan sosial bukan prioritas dan hanya tindakan terbatas yang dapat diambil. Untuk alasan ini, ada kapitalis besar di negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat yang kekayaannya tidak sebanding dengan masyarakat biasa dan bahkan mempengaruhi keputusan pemerintah dengan dominasinya.
Namun dalam Islam, keadilan adalah elemen penting yang harus diprioritaskan sepenuhnya dalam berbagai bidang, termasuk di bidang ekonomi dan hukum. Al-Quran mengutuk kekejaman dan diskriminasi dalam banyak ayat dan memerintahkan rakyat dan penguasa untuk mematuhi keadilan, bahkan telah menguraikan salah satu tujuan penting para Nabi untuk mewujudkan keadilan.
Mengenai penguasa yang adil, Imam Ali mengatakan, "Penguasa terbaik adalah orang yang menghilangkan penindasan dan menghidupkan kembali keadilan." Imam Shadiq as, cucu Rasulullah Saw juga mengatakan, "Jika keadilan diwujudkan di di tengah masyarakat, semua orang tidak akan memenuhi kebutuhannya, dan dengan izin Allah Swt, Dia akan menurunkan rezeki-Nya dan mencurahkan berkah-Nya di bumi." Itulah sebabnya pada masa pemerintahan Imam Mahdi af, ketika keadilan ditegakkan di dunia, maka berkah dan nikmat ilahi berlimpah di bumi.

Sekalipun keadilan menurunkan banyak berkah dan kebaikan, tapi sangat sulit untuk sepenuhnya diterapkan dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa sepanjang sejarah tidak ada pemerintah yang mampu menegakkan keadilan bagi seluruh semua rakyatnya dan pekerjaan penting ini hanya akan dilakukan pada masa pemerintahan penyelamat umat manusia, Imam Mahdi.
Ayatullah Khamenei mengatakan pada Langkah Kedua Revolusi, "Keadilan berada di urutan teratas dari tujuan utama utusan ilahi dan memiliki martabat dan status yang sama di Republik Islam. Keadilan adalah kata suci di setiap ruang dan waktu dan tidak mudah terwujudkan secara sempurna kecuali dalam pemerintahan Imam Mahdi af, tetapi masih mungkin secara relatif direalisasikan di mana dan kapan saja serta menjadi kewajiban bagi semua orang, terutama penguasa yang kuat."
Revolusi rakyat Iran, karena sifatnya yang Islami dan dukungannya bagi yang orang kurang beruntung dan marjinal, memandang keadilan sebagai aspirasi luhur dan penting. Karena alasan ini, sejak awal revolusi, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kesenjangan kelas dan menciptakan keadilan ekonomi dan sosial. Memberikan layanan kepada orang-orang yang kurang beruntung, memilih pejabat dan membangun lembaga-lembaga sosial maupun politik yang merakyat seperti Majelis Permusyawaratan Islam dan Dewan Kota dan Desa serta melakukan berbagai rencana pembangunan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka, termasuk langkah-langkah Republik Islam Iran untuk menghilangkan diskriminasi di tengah masyarakat.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam Langkah Kedua Revolusi menyatakan, "Republik Islam telah menjadi salah satu penguasa paling sukses di dunia dalam memberikan layanan dan distribusi kekayaan dari pusat ke seluruh penjuru negara dan dari daerah metropolitan ke daerah hilir."
Beliau juga menjelaskan, "Republik Islam Iran telah membuat langkah besar ke arah ini (menciptakan keadilan) yang telah disebutkan secara singkat dan tentu saja lebih banyak yang harus dilakukan untuk menjelaskannya demi menggagalkan konspirasi yang memutarbalikkan segalanya dan setidaknya diam dan menutupinya yang sekarang menjadi program serius musuh-musuh revolusi."
Sekalipun demikian, Ayatullah Khamenei percaya bahwa langkah-langkah lebih lanjut harus diambil untuk mewujudkan keadilan bagi rakyat Iran. Karena menghapus ketidaksetaraan ekonomi dan sosial adalah salah satu tujuan utama revolusi dan belum mengalami kemajuan sebagaimana mestinya. Karena alasan ini, dalam beberapa pidato dan pertemuannya dengan para pejabat, beliau menekankan perlunya mempercepat tindakan yang akan menciptakan keadilan.
Tentu saja, agar tidak menyalahgunakan kata-kata seperti ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pesan Langkah Kedua Revolusi menjelaskan, "Ketidakpuasan saya akan kinerja keadilan di negara ini dikarenakan nilai yang tinggi ini harus menjadi substansi unik bagi sistem Republik Islam, tapi sampai saat ini belum sampai dan tidak berarti bahwa pekerjaan belum dilakukan untuk menegakkan keadilan. Kenyataannya adalah bahwa pencapaian memerangi ketidakadilan dalam empat dekade ini tidak dapat dibandingkan dengan periode lain di masa lalu."
Penyebaran keadilan adalah cita-cita setiap orang penuntut kebenaran dan bebas, tetapi implementasinya menghadapi hambatan besar, tentu saja, yang paling penting adalah korupsi di antara para pemilik kekuasaan dan kekayaan. Faktanya, diskriminasi yang dilakukan di antara masyarakat dalam distribusi pendapatan dan fasilitas mengarah pada korupsi dan jauh dari keadilan. Oleh karena itu, salah satu tugas terpenting pemerintah yang berupaya mewujudkan keadilan di masyarakat adalah memerangi korupsi.
Ayatullah Khamenei dalam pesan Langkah Kedua Revolusi tentang korupsi dan akibatnya mengatakan, "Keadilan dan memerangi korups, keduanya merupakan kelaziman bagi yang lain dan kerusakan ekonomi, etika, dan politik merupakan kumpulan nanah bagi negara dan sistem dab jika berada dalam tubuh pemerintah, mengakibatkan gempa merusak dan pukulan telak bagi legitimasinya dan ini bagi sebuah sistem seperti Republik Islam yang membutuhkan legitimasi lebih dari sekadar legitimasi yang ada dan lebih mendasar dari sekadar akseptabilitas masyarakat, jauh lebih serius dan lebih mendasar daripada sistem lain."
Dengan demikian, Rahbar memperingatkan para pejabat di Republik Islam bahwa mereka agar tidak terjebak dalam perangkap korupsi. Tentu saja, sebanyak sulit untuk membangun dan mempromosikan keadilan, sulit juga untuk memberantas diskriminasi dan korupsi serta membutuhkan tekad yang serius. Karena korupsi adalah hambatan utama untuk menciptakan keadilan. Pemimpin Besar Revolusi Islam juga tidak menyangkal adanya korupsi yang dilakukan beberapa pejabat, karena setan selalu bersembunyi dan menunggu seseorang untuk menyesatkannya dari jalan yang benar dan adil.
Pemimpin Revolusi Islam juga secara realistis mengatakan tentang korupsi di Iran, "Godaan harta, jabatan dan posisi, bahkan di negara yang paling Alawi dalam sejarah, pemerintahan Imam Ali as juga terdapat mereka yang tergelincir. Karenanya, bahaya munculnya ancaman ini di Republik Islam yang para pejabatnya pernah melakukan lomba zuhud revolusioner dan hidup sederhana juga tidak jauh."

Tentu saja, media-media penentang Republik Islam Iran selalu berpura-pura bahwa ada korupsi yang meluas dalam sistem pemerintahan Iran dan menyebarkan banyak rumor dan berita palsu dalam masalah ini. Dengan memahami propaganda sepert ini, Ayatullah Khamenei menekankan, "Tentu saja, tingkat korupsi di antara para pejabat Republik Islam jauh lebih rendah daripada di banyak negara lain yang keseluruhan korup dan bahkan mendidik koruptor. Alhamdulillah kebanyakan para pejabat negara mampu menjaga kesehatan kinerjanya, tapi apa yang ada pun tidak dapat diterima. Semuah harus tahu bahwa pembersihan ekonomi adalah persyaratan konstitusional untuk semua pejabat di Republik Islam. Setiap orang harus waspada terhadap kejahatan keserakahan, melarikan diri dari barang haram dan mencari bantuan Tuhan."
Oleh karena itu, di Republik Islam Iran, yang menyerukan keadilan, korupsi dan diskriminasi sekecil apa pun tidak dapat diterima, meskipun mencapai tujuan seperti itu sulit dan mahal. Untuk melakukan ini, Pemimpin Revolusi Islam, di atas segalanya, mendesak para pejabat negara untuk lebih bertakwa, membersihkan diri dan menjauhkan diri dari mencari dunia serta selalu memikirkan akibat perbuatannya, sehingga dapat melenyapkan sarana untuk melakukan korupsi dan ketidakadilan.
Tetapi cara lain untuk memerangi korupsi yang ditekankan Ayatullah Khamenei adalah pengawasan penuh dan ketat terhadap pusat-pusat kekuasaan dan kekayaan. Dalam pernyataan Langkah Kedua Revolusi disebutkan, "Lembaga-lembaga pengawas dan pemerintah harus memerangi korupsi dari telurnya secara tegas dan sensitif untuk mencegahnya berkembang. Perjuangan ini membutuhkan orang-orang yang beriman, jihadis, dan ambisius dengan tangan yang bersih dan hati yang tercerahkan. Perjuangan ini adalah bagian yang efektif dari upaya habis-habisan yang harus dilakukan oleh sistem Republik Islam untuk menegakkan keadilan."
Tentu saja, Rahbar mendukung dan mendorong pekerjaan orang-orang yang jujur dan sah dalam mengejar kegiatan ekonomi dan kekayaan mereka, tetapi beliau menjelaskan, "Diskriminasi dalam distribusi sumber daya publik dan memberi jalan terwujudnya nepotisme dan membiarkan para penipu ekonomi yang semuanya berujung pada ketidakadilan sangat terlaran, begitu juga melupakan kalangan yang membutuhkan perlindungan sangat tidak dapat diterima."
Dengan demikian, di usia 40 tahun Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei menjadikan gerakan secepat mungkin untuk mempromosikan keadilan dalam masyarakat sebagai prioritas Republik Islam Iran ke depan dan untuk mencapai tujuan sudi ini penting untuk melakukan perjuangan komprehensif dan berkelanjutan untuk melawan korupsi.(SL)