Krisis Air Global
Krisis Air Global; Kekhawatiran dan Harapan (6)
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan dan proses utama bagi keberlangsungan seluruh makhluk hidup. Air juga pilar bagi keberlangsungan hidup di muka bumi.
Akses berkesinambungan terhadap sumber air sehat, sebuah prinsip dasar bagi kemakmuran umat manusia khususnya bagi generasi mendatang. Air memiliki hubungan penting dengan pembangunan berkesinambungan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya agar kualitas lingkungan tetap terjaga.
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Laporan Brundtland dari PBB, 1987). Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.
Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi konsep yang populer dan fokus dunia internasional sejak dipertegasnya pendekatan ini pada KTT Bumi di Rio de Jenairo pada tahun 1992. Hampir seluruh negara kemudian menggunakan pembangunan berkelanjutan sebagai jargon pembangunannya. Akhir-akhir ini popularitas konsep pembangunan berkelanjutan menjadi semakin mengemuka dengan digadang-gadangnya Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai pengganti dari Millennium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir pada 2015 mendatang.
Konsep pembangunan berkelanjutan bukanlah merupakan pemikiran yang baru. Fauzi (2004) menuliskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sejak sudah lama menjadi perhatian para ahli. Namun istilah keberlanjutan (sustainability) sendiri memang baru muncul beberapa dekade yang lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersediaan lahan di Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat.
Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth,yang dalam kesimpulannya mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (onsustainable basis).
Pembangunan berkelanjutan sebuah proses untuk menggambarkan masa depan yang lebih baik bagi umat manusia. Masa depan di mana kondisi kehidupan dan pemanfaatan sumber alam tanpa harus merusak kesatuan, keindahan dan stabilitas sistem kehidupan, mampu memenuhi kebutuhan manusia. Pembangunan berkelanjutan sebuah solusi bagi teladan pola struktural mortalitas, sosial dan perkembangan ekonomi sehingga dapat mencegah kehancuran sumber alam, perusakan sistem lingkungan hidup, perubahan iklim, ketidakadilan, menurunnya standar kehidupan manusia saat ini dan di masa mendatang.
Konsep pembangunan berkelanjutan di manajemen sumber air termasuk pembahasan yang sangat ditekankan selama beberapa tahun terakhir. Selama dua dekade terakhir pembangunan berkelanjutan sebagai sebuah gerakan sosial menjadi sebuah konsep dari keyakinan di bidang model aktivitas manusia yang diterima oleh banyak kalangan dan juga dimanfaatkan di seluruh dunia. Mengingat pembangunan berkelanjuta sebuah konsep jangka panjang, maka kebutuhan mendasar kehidupan manusia terhadap air dan manajemen sumber air untuk meraih prinsip-prinsip pembangunan berkelanjuta juga menjadi perhatian serius.
Akses air sepanjang sejarah terus mengalami perubahan. Di berbagai tempat, populasi sedemikian besar sehingga air yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berujung pada kinerja ekosistem air dan tanah semakin lemah.
Demikian juga ketika di suatu tempat, air berlimpah, juga memunculkan kendala lain. Selama beberapa abad, manusia telah membangun berbagai infrastruktur untuk menyimpan cadangan air, jaminan untuk mengakses air bersih secara permanen, kontrol aliran sungai dan membangun instalasi untuk memproduksi listrik bertenaga air.
Untuk mengakses sumber air lebih besar untuk beragam pemakaian, mulai dibangun investasi untuk pemanfaatan sumber alam ini. Dengan demikian, realita saat ini adalah rasa kepemilikan air akan lebih besar dari sumber alam lainnya seiring dengan kebutuhan akan sumber ini bagi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, kelangkaan air akan membuat masyarakat jatuh miskin serta memperkuat konfrontasi politik.
Karakteristik penting air adalah mudah diakses di dunia dan ini mendorong isu pasokan air sebagai salah satu realita geofisika menjadi perhatian. Sistem pengairan, melalui limbah yang lebih sedikit dan penggunaan sumber daya yang tersedia secara efisien, hanya dilakukan secara penampakan; namun, ada satu pengecualian terhadap "undang-undang" ekonomi yang dipaksakan oleh kendala geofisika, yaitu: menawarkan air laut. Proses ini secara efektif dan tidak terbatas akan meningkatkan akses ke air tawar dan sebagian akan memainkan peran dalam pengembangan energi terbarukan di bidang lain.
Pertanian masih merupakan sektor yang sangat menuntun air, karena mengalokasikan 70 persen dari penyedotan air dan 93 persen konsumsi air di dunia khususnya di negara-negara berkembang di mana pertanian merupakan pekerjaan utama. Dari sudut pandang ini, bagian yang paling bermasalah dalam pengelolaan sumber daya air adalah pertanian. Meningkatnya permintaan di sektor ini telah membuat penggunaan air hujan dan air permukaan tidak memuaskan, serta peningkatan dalam penarikan sembarangan air tanah, sering mengakibatkan penipisan dan degradasi sumber daya air tanah.
Mengingat meningkatkan level kehidupan di seluruh dunia, dua sektor lain yang menguras sumber air adalah industri dan penggunaan air di rumah tangga, di mana sahamnya mulai meningkat. Masing-masih dari mereka menempatai 22 dan 8 persen penyedotan air bawah tanah di dunia, namun di paruh kedua abad 20, konsumsinya dua kali lipat lebih cepat dari pertanian.
Data menunjukkan bahwa angka penggunaan air bawah tanah sepanjang abad 20, dua kali lipat dari total populasi dunia. Mengingat proses pertumbuhan ekonomi dan pulihnya pemanfaatan air permukaan, diprediksikan bahwa jurang antara penyediaan dan permintaan hingga 2030 akan mencapai 40 persen.
Negara miskin atau negara berkembang yang bertumpu pada sektor pertanian, lebih besar mengkonsumsi air ketimbang negara lain untuk sektor pertanian. Di mayoritas negara ini, krisis akibat tidak adanya pemanfaatan resional dan benar dari sumber air, telah menimbulkan kondisi parah. Misalnya benuai Afrika yang memiiki cadangan air permukaan dan bawah tanah terbesar, namun hanya hanya 4 persen lahan di padang pasir Afrika yang mendapat pengairan.