Feb 07, 2020 16:57 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 7 Februari 2020

Pertama Kalinya Umat Islam Memakai Uang Logam

1367 tahun yang lalu, tanggal 12 Jumadil Tsani 74 HQ, untuk pertama kalinya umat Islam memakai uang logam berbahasa Arab yang dibuat di Damaskus.

 

Hingga masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Khalifah dari Bani Umayah, uang logam yang dipakai oleh umat Islam adalah uang logam Romawi atau Iran.

 

Jurji Zaydan dalam buku History of Islamic Civilization menyebut Abdul Malik bin Marwan mengubah uang logam Rowami ke Arab, namun ketika Raja Romawi mengetahui rencana itu, ia mengancam akan menuliskan hinaan kepada Nabi Muhammad Saw dalam uang logam yang mereka cetak. Abdul Malik ketakutan dengan ancaman itu dan mencari solusi dari para tokoh Islam waktu itu. Seorang dari mereka mengusulkan agar meminta pendapat dari Imam Muhammad al-Baqir as.

 

Sekalipun Abdul Malik keberatan, ia terpaksa mengundang Imam Baqir as dari Madinah ke Damaskus. Setelah sampai di Damaskus, Abdul Malik menyampaikan masalah yang dihadapinya.

 

Imam Baqir as dengan segera berkata, “Kumpulkan para ahli lalu membuat cetakan dan melebur perak dan emas lalu dituangkan dalam cetakan tersebut di mana kedua bagiannya ditulis kalimat Tauhid dan nama Muhammad Rasulullah, sementara di sekelilingnya ditulis tanggal dan nama kota pembuatan. Berat uang dirham 10 mitsqal dan uang dinar 7 mitsqal.”

 

Abdul Malik melaksanakan apa yang disampaikan Imam Baqir as dan setelah itu memerintahkan untuk menggunakan uang logam Islam ini di seluruh negara Islam.

 

Wafatnya Ayatullah Sayid Hibatuddin Hairi Huseini Syahrastani

 

53 tahun yang lalu, tanggal 18 Bahman 1345 HS, Ayatullah Sayid Hibatuddin Hairi Hosseini Shahrastani meninggal dunia dalam usia 83 tahun. Beliau dimakamkan di komplek suci Kazhimain, Irak.

 

Sayid Muhammad Husein yang lebih dikenal dengan Hairi Huseini Syahrastani lahir di kota Samara pada 1262 HS. Setelah menyelasaikan pendidikan awal hauzah, beliau belajar kepada Ayatullah Akhond Khorasani, Sayid Kazhim Yazdi dan Syeikh al-Syariah Isfahani hingga mencapai derajat keilmuan yang tinggi.

 

Pasca kemerdekaan Irak dari penjajahan Inggris, Ayatullah Syahrastani diangkat menjadi Menteri Ma'arif Irak dan sejak itu beliau mulai mereformasi urusan agama dan melindungi pelajar agama, sehingga beliau akhirnya diangkat menjadi Ketua Dewan Tinggi Irak.

 

Selama beberapa tahun Ayatullah Syahrastani menjadi anggota Parlemen Irak dan setelah itu beliau mengkhususkan waktunya untuk menulis buku dan membela Islam dari musuh-musuh. Beliau juga punya hubungan yang dekat dengan para cendikiawan dunia Islam untuk menyadarkan dunia Islam dan berusaha keras untuk mendidik semangat persatuan dan kebangkitan umat Islam.

 

Beliau meninggalkan banyak karya ilmiah seperti Feidh al-Bari, al-Syariah al-Thabi'ah dan al-Dalail wa al-Masail.

Husain bin Thalal.

Husain bin Thalal Meninggal

21 tahun yang lalu, tanggal 7 Februari tahun 1999, Husain bin Thalal, Raja Yordania, meninggal dunia akibat kanker.

 

Dia dilahirkan pada tahun 1935 dan menyelesaikan pendidikan di akademi militer Inggris. Raja Husain naik tahta pada usia tujuh belas tahun setelah ayahnya, Raja Thalal, pada tahun 1952 dinyatakan tidak mampu memerintah akibat penyakit yang dideritanya.

Selama masa pemerintahannya, Raja Husain mengalami berbagai upaya kudeta dan teror, di antaranya invasi dan pendudukan rezim Zionis atas kawasan Tepi Barat Sungai Yordan. Salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Husain adalah tragedi September Hitam. Saat itu, pada bulan September 1970, Raja Husain yang mengkhawatirkan terganggunya kestabilan Yordania, memerintahkan pasukannya untuk melakukan represi terhadap para pengungsi Palestina yang berada di Yordania, yang berakhir dengan pembunuhan massal terhadap sekitar 15.000 warga Palestina.

Raja Husain merupakan pendukung utama rencana AS untuk menjalin "perdamaian" antara Arab dan rezim Zionis. Pada tahun 1994, ia menandatangani perjanjian damai dengan rezim Zionis.  Sepeninggal Raja Husain, tahta kerajaan diduduki oleh putranya, Raja Abdullah, yang beribukan seorang perempuan asal Inggris.