May 04, 2020 17:14 Asia/Jakarta

Bulan lalu, Kementerian Kesehatan India menyebut Umat Islam sebagai dalang penyebaran virus Corona, COVID-19. Pernyataan ini menyulut serangkaian aksi anti-Islam dan Islamofobia di seluruh penjuru negeri.

Pemuda Muslim yang membagikan makanan kepada orang miskin bahkan tak luput jadi target serangan. Menurut The New York Times yang dikutip Kumparan, banyak warga Muslim yang menerima kekerasan dengan dipukuli dan hampir dibunuh.

Serangan terjadi baik di luar maupun di dalam lingkungan masjid, mereka beragama Islam dijuluki sebagai penyebar virus. Di Negara Bagian Punjab, pengeras suara di kuil Sikh menyiarkan pesan yang memberi tahu orang-orang untuk tidak membeli susu dari peternak sapi perah Muslim karena produk tersebut telah terkontaminasi oleh virus corona.

Pesan-pesan penuh kebencian juga berseliweran di dunia maya. Semakin marak beredar video yang meragukan berisi imbauan kepada Umat Islam untuk tidak memakai masker, tidak mempraktikkan physical distancing, dan tak perlu mengkhawatirkan virus Corona sama sekali, seolah-olah para si pembuat video ingin umat Islam terjangkit virus ini.

Umat Islam di India yang berjumlah 200 juta jiwa kini berada di bawah tekanan karena tuduhan yang dilayangkan kepada mereka sebagai penyebar virus. Di India, mereka merupakan kalangan minoritas, sementara sekitar 1,3 miliar penduduknya memeluk Hindu sebagai agama mayoritas. 

Serangan terhadap Kashmir, wilayah mayoritas Muslim, hingga undang-undang kewarganegaraan baru yang secara terang-terangan mendiskriminasi umat Islam, beberapa tahun terakhir ini merupakan titik terendah bagi Muslim India yang hidup di bawah pemerintahan nasionalis Hindu yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan didorong oleh kebijakan mayoritas.

Tuduhan yang dilontarkan pemerintah India bukan tanpa alasan. Pemerintah menyebut gerakan keagamaan Muslim bertanggung jawab terhadap 8.000 kasus COVID-19 di India.

Para pejabat di India meyakini agenda massa yang diinisasi kelompok Muslim yang dimaksud telah memicu munculnya sepertiga kasus virus corona di India. Pekan lalu, Tabligh Akbar yang mengumpulkan banyak orang diselenggarakan. Pertemuan serupa juga terjadi di Malaysia dan Pakistan sehingga memicu lonjakan kasus baru COVID-19. 

Covid-19 ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.Virus ini telah menyebar ke berbagai negara dan jumlah korban jiwa akibat virus ini di seluruh dunia hingga Senin pagi, 4 Mei 2020 telah mencapai 247.565 orang.

Lebih dari 3.519.296 orang terinfeksi COVID-19 dan 1.126.843 dari mereka telah sembuh.

42.505 warga India tertular virus Corona dan jumlah korban meninggal dunia akibat COVID-19 ini telah mencapai 1.391 jiwa.

Amerika Serikat berada di urutan pertama yang memiliki kasus terbanyak terkait dengan virus Corona. 1.158.040 warga Amerika terinfeksi COVID-19, dan 67.682 dari mereka meninggal dunia.

Spanyol berada di urutan kedua. 217.466 warga negara ini tertular COVID-19, dan 25.264 dari mereka meninggal dunia. Negara berikutnya adalah Italia. 210.717 warga negara ini terinfeksi virus Corona dan 28.884 dari mereka meninggal dunia.

Negara-negara berikutnya yang memiliki kasus terbanyak COVID-19 adalah Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Turki, Brazil, Iran dan Cina. (RA)

Tags