Lintasan Sejarah 29 Juli 2020
Imam Husein Meninggalkan Mekah
1381 tahun yang lalu, tanggal 8 Dzulhijjah 60 HQ, Imam Husein as, cucu Rasulullah Saw, meninggalkan kota Mekah untuk menuju kota Kufah, di Irak.
Empat bulan sebelumnya, Imam Husein as meninggalkan kota Madinah yang merupakan tanah kelahiran dan tempat beliau hidup bersama keluarganya selama ini. Beliau meninggalkan Madinah karena menolak untuk berbaiat atau berjanji setia kepada Yazid, putra Muawiyah, yang secara ilegal telah merebut kekuasaan sebagai khalifah kaum muslimin.
Kepergian Imam Husein as meninggalkan Mekah sebelum ibadah haji selesai, menunjukkan bahwa perjuangan melawan kezaliman lebih penting daripada ibadah haji.
Raja Umberto I dari Italia Tewas Terbunuh
120 tahun yang lalu, tanggal 29 Juli tahun 1900, Raja Umberto I dari Italia ditembak oleh seorang warganya bernama Gaetano Bresci.
Raja Umberto naik tahta pada tahun 1878 dan ia memerintah secara otoriter dan represif. Sementara itu, Gaetano Bresci adalah warga miskin Italia yang hijrah ke AS dan di sana ia aktif dalam kelompok radikal imigran Italia. Ia kemudian mendirikan sebuah suratkabar anarkhis bernama La Questione Sociale.
Pada tahun 1898, Bresci membaca kabar mengenai tindakan represif yang dilakukan Raja Italia terhadap para petani yang melakukan demonstrasi karena kelaparan akibat gagal panen. Raja Umberto memerintahkan tentaranya untuk mengusir para demonstran itu dan menembaki mereka, sehingga ratusan petani tewas.
Bresci memutuskan bahwa Raja Umberto I harus dibunuh dan iapun kembali ke Italia untuk melaksanakan niatnya itu. Pada tanggal 29 Juli 1900, Bresci menembak Raja Umberto I hingga tewas dan dia sendiri akhirnya dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup.
Ayatullah Meshkini Wafat
13 tahun yang lalu, tanggal 8 Mordad 1386 HS, Ayatullah Meshkini meninggal dunia di usia 86 tahun.
Ayatullah Ali Akbar Feiz yang lebih dikenal dengan Meshkini lahir pada 1300 di desa Bolouk Meshkin dari keluarga agamis. Ayahnya seorang ulama yang juga aktif mengurusi warga. Beliau mengikuti ayahnya pergi ke Najaf, Irak dan belajar di sana, lalu kembali lagi ke Iran. Selama di Iran, beliau belajar ilmu-ilmu pendahuluan hauzah kepada ayahnya. Setelah ayahnya meninggal dan sesuai dengan nasihat ayahnya, beliau pergi ke kota Ardebil untuk menuntut ilmu agama. Di sana ia sempat belajar tata bahasa Arab seperti saraf dan nahwu.
Ketika terjadi peristiwa Kashf Hejab (pelarangan jilbab) di masa Reza Khan yang menyulut protes ulama dan rakyat di Mashad, Ayatullah Meshkini kemudian pergi ke Qom dan belajar agama di sana. Dengan segera beliau menyelesaikan kuliah-kuliah tingkat menengah hauzah dan setelah itu mulai mengikuti kuliah-kuliah fiqih dan ushul fiqih untuk tingkat mujtahid kepada guru-guru besar di masanya. Beliau juga sempat pergi ke Najaf selama 7 bulan dan ikut di kelas guru-guru besar seperti Imam Khomeini ra. Tapi dengan alasan udara yang begitu panas di Najaf dan lemahnya fisik Ayatullah Meshkini, beliau terpaksa kembali ke Iran.
Selama bertahun-tahun Ayatullah Ali Akbar Meshkini belajar kepada ulama besar. Beliau belajar kuliah fiqih dan ushul fiqih untuk tingkat mujtahid kepada Ayatullah al-Udzma Boroujerdi dan Ayatullah al-Udzma Mohaqeq Damad. Banyak ulama besar saat ini merupakan murid beliau. Beliau sendiri berkali-kali mengajarkan kuliah-kuliah tingkat awal dan menengah dan bertahun-tahun memberikan kuliah fiqih dan ushul fiqih untuk tingkat mujtahid.
Ayatullah Meshkini selama hidupnya mendirikan Yayasan al-Hadi di bidang percetakan. Beliau sendiri menulis banyak buku di pelbagai bidang. Ayatullah Meshkini juga termasuk orang pertama yang bergabung dengan kebangkitan Imam Khomeini ra dan berkali-kali ditangkap oleh SAVAK dan dipenjara. Beliau merupakan anggota Jameeh Modarresin Hauzah Ilmiah Qom (Asosiasi Pengajar Hauzah Ilmiah Qom) dan banyak dari pernyataan yang dikeluarkan lembaga ini ditandatangani olehnya.
Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, beliau memegang posisi-posisi penting seperti Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan.