Aug 01, 2020 14:34 Asia/Jakarta
  • perkembangan iptek di Iran
    perkembangan iptek di Iran

Tim peneliti di RMIT University yang dipimpin seorang ilmuwan keturunan Iran, berhasil membuka kunci baru yang dinilai sangat efektif dalam pengobatan penyakit kanker, dengan merancang molekul penangkal kanker gabungan emas dan antioksidan.

Uji klinis yang dilakukan menunjukkan bahwa molekul, 24 kali lebih efektif membunuh kanker daripada obat anti-kanker, dan bisa lebih baik menghentikan pertumbuhan tumor. Molekul-molekul emas lebih terarah, dan lebih selektif dalam bekerja, maka dari itu ia menjadi pilihan yang lebih baik bagi pengembangan obat-obat baru untuk mengobati kanker tanpa membunuh sel-sel sehat.
 
Baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa emas selain dapat mengobati penyakit rheumatoid arthritis, juga memiliki sifat anti-kanker. Dr. Nedaossadat Mirzadeh dan timnya merancang molekul dengan tujuan ganda, yaitu memaksimalkan efisiensinya dalam memerangi sel kanker, sambil meminimalkan efek samping, sesuatu yang selama ini asing dalam terapi klinis yang ada.
 
Mirzadeh menuturkan, apa yang kami kembangkan adalah kelas baru kompleksitas emas yang mengandung dua komponen anti-kanker, yaitu fragmen emas yang dikombinasikan dengan antioksidan penangkal kanker seperti yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, teh, anggur merah dan kedelai. Menurutnya, secara terpisah, kedua komponen ini memiliki sifat anti-kanker, dan relatif jinak di dalam tubuh manusia.
 
Para peneliti mengatakan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya potensi besar untuk mengembangkan pengobatan kanker yang lebih kuat dan lebih akurat. Molekul-molekul emas ini diteliti dalam uji coba yang dilakukan, dan terbukti bahwa mereka mengandung toksisitas tinggi untuk membunuh sel-sel kanker usus besar, kanker melanoma, kanker rahim, kanker payudara, dan kanker prostat.
 
Uji coba yang dilakukan pada binatang menunjukkan 46, 9 persen pertumbuhan tumor dapat dikontrol. Komposisi yang mengandung emas juga dapat mencegah aktifnya enzim sel kanker Thioredoxin reductase. Enzim ini berhubungan dengan progres kanker, dan menciptakan resistensi obat. Selain itu molekul-molekul emas memiliki karakteristik anti-inflamasi tinggi yang efektif untuk pengobatan, dan penyembuhan penyakit inflamasi akut seperti Arthritis. 
 
Mirzadeh menerangkan, salah satu tantangan utama penelitian ini adalah menemukan cara untuk mengatasi kelemahan terapi klinis terutama toksisitas tinggi yang menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan tubuh. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah European Journal of Inorganic Chemistry.
 
----
 
RMIT University, Australia

 

Para peneliti di pusat riset Royan, Iran sedang berusaha memproduksi pankreas manusia di tubuh binatang. Menurut kepala unit penelitian bioteknologi, pusat riset Royan, proyek produksi organ tubuh merupakan proyek jangka panjang, dan harus melalui banyak tahap.
 
Pada tahap pertama para peneliti bermaksud menciptakan organ tubuh manusia di dalam tubuh binatang, pertama, penting untuk memiliki jenis binatang yang tidak memiliki organ tubuh yang dimaksud, maka dari itu diputuskan untuk menciptakan pankreas manusia di dalam tubuh seekor kambing. Untuk tujuan ini, para peneliti berusaha mencegah tumbuhnya pankreas pada tubuh kambing. Setelah itu sel-sel tersebut siap, dan harus melalui proses simulasi.
 
Para peneliti menjelaskan, tahap berikutnya adalah produksi janin yang tidak memiliki gen-gen pankreas, dan janin ini ditransplantasikan ke kambing. Tahap ini berlangsung selama 6 bulan, sampai sel-sel tersebut siap. Para peneliti selanjutnya melakukan simulasi, dan yakin sel-sel yang dimaksud atau sel-sel yang tidak memiliki gen pankreas kambing sudah siap, lalu janinnya diproduksi.
 
Setelah melalui semua tahapan ini, para peneliti masuk ke tahap produksi organ tubuh manusia. Ini adalah kerja bersama dua kelompok protein DNA rekombinan, dan embriologi unit penelitian bioteknologi, pusat riset Royan.
 
----
 
Para peneliti di pusat medis Mount Sinai untuk pertama kalinya menemukan cara penggunaan obat imunoterapi untuk mengatasi Non-Hodgkin lymphoma tahan terhadap pengobatan yang mencakup komposisi obat ini dengan transplantasi sel, dan menurut keyakinan para peneliti, ini dapat meningkatkan peluang keberhasilan obat dalam menyembuhan kanker seperti kanker melanoma, dan kanker paru-paru secara signifikan.
 
Jenis metode imunoterapi yang dinamai checkpoint blockade ini dapat meningkatkan sel-sel T, salah satu sel sistem kekebalan tubuh, dalam melawan kanker, dan hal ini diperoleh dengan memiliki cloaking effect yang digunakan oleh tumor untuk menyembunyikan diri dari sel-sel T.  
 
Namun disesalkan metode ini tidak efektif digunakan untuk Non-Hodgkin lymphoma. Meskipun demikian, dalam penelitian ini terlihat bahwa komposisi imunoterapi dengan transplantasi sel punca selama proses yang dinamai oleh para peneliti sebagai immunotranplant, menyebabkan peningkatakan kemampuan sel-sel T dalam membunuh sel kanker sampai 10 kali lipat, dan hal ini dapat sangat efektif untuk non-hodgkin lymphoma, dan secara khusus sangat efektif untuk kanker melanoma, dan kanker paru-paru.
 
Sel-sel punca yang ditransplantasi menjadi media yang tepat bagi sel-sel imun yang diinjeksi untuk berkembang biak, dan menciptakan anti-kanker yang lebih kuat.
 
----
 
Para peneliti di Universitas York, Kanada berhasil mengukur proton secara akurat, sehingga setahap lebih maju dalam menyelesaikan salah satu teka teki utama dalam ilmu fisika. Ukuran terbaru proton adalah 0,8333 femtometer. Femtometer (simbol: fm) merupakan ukuran internasional SI untuk panjang, yang sama dengan 10-15 (femto) meter. Digunakan untuk mengukur diameter dari inti atom.
 
Diameter inti atom sampai sekitar 15 fm. Neutron dan proton diameternya adalah sekitar 1 fm. Para ilmuwan menyadari kesalahan pengukuran proton yang mereka lakukan saat sekelompok fisikawan pada tahun 2010 menemukan bahwa ukuran radiasi satu partikel proton 4 persen lebih kecil dari yang diprediksi dalam penelitian sebelumnya.
 
Berdasarkan hasil penelitian terbaru, ukuran baru proton 5 persen lebih kecil dari ukuran yang didapat dari penelitian sebelumnya pada tahun 2010. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Science.[]