Okt 04, 2020 20:51 Asia/Jakarta

Virus Corona telah menyebar ke berbagai negara dunia. Hingga hari ini, Minggu (4/10/2020), 35.182.648 orang terinfeksi COVID-19, di mana 26.168.367 dari mereka sembuh dan 1.038,810 meninggal dunia.

Para ilmuwan berusaha untuk membuat vaksin untuk COVID-19, termasuk ilmuwan di Republik Islam Iran. Rektor Universitas Ilmu Kedokteran Iran Jalil Kouhpayehzadeh pada awal September 2020 mengatakan, vaksin Virus Corona buatan Iran telah melewati fase laboratorium awal dan akan diujicobakan pada manusia selama 2 bulan ke depan.

Ketika menyinggung banyaknya penelitian yang dilakukan pada vaksin COVID-19 di tingkat internasional, dia mengatakan bahwa lebih dari 10 kelompok sedang mengerjakan produksi vaksin, dua di antaranya mencapai hasil yang lebih baik.

Menurutnya, vaksin buatan Iran akan memasuki uji klinis dalam satu atau dua bulan ke depan, dan jika langkah ini berhasil, maka vaksin akan diproduksi secara massal.

Dia memperkirakan bahwa Iran akan dapat memperoleh sampel vaksin yang disetujui secara internasional pada musim gugur atau awal musim dingin.

"Tentu vaksin ini juga bisa diimpor, tergantung waktu, tegasnya.

Menteri Kesehatan Saeed Namaki mengatakan pada akhir Juni 2020 bahwa vaksin buatan negaranya akan memulai uji coba ketiga dan terakhirnya dalam waktu dekat.

Menurut The New York Times, para peneliti di seluruh dunia sedang mengembangkan lebih dari 165 vaksin untuk melawan Virus Corona, dan 31 vaksin sedang dalam uji coba pada manusia.

Berdasarkan laporan tersebut, biasanya vaksin memerlukan penelitian dan pengujian bertahun-tahun sebelum mencapai klinik, tetapi para ilmuwan berlomba untuk menghasilkan vaksin yang aman dan efektif pada tahun depan.

Prosedur pengujian vaksin sebelum persetujuan akhir dibagi menjadi lima langkah: Tahap 1, Tahap I, II & III, dan Tahap 2. Uji klinis pertama dimulai pada bulan Maret, dan sekarang ada sekitar 30 pengujian yang sedang dilakukan.

Sebelum uji coba pada manusia, vaksin dimulai dengan suntikan ke tikus atau monyet untuk melihat bagaimana reaksinya. Setelah uji coba pada hewan berhasil, peneliti meminta sukarelawan untuk uji coba Tahap I.

Para ilmuwan memberikan vaksin kepada sejumlah kecil orang untuk menguji keamanan dan dosis serta untuk memastikan bahwa vaksin tersebut merangsang sistem kekebalan.

Pada putaran ke-3 Pertemuan Promosi Sains MSTF (MSTF Science Promotion Meeting) yang diadakan pada tanggal 20 September 2020, Direktur Institut Pasteur Iran Alireza Biglari menjelaskan cara kerja vaksin berbasis gen. Dalam metode ini, kode genetik antigen dikirim ke sel, dan sistem kekebalan dirangsang.

Menguraikan vaksin berbasis vektor, dia mengatakan "genom virus dimasukkan ke dalam vektor dan masuk ke dalam sel."  Namun menurutnya, mutasi yang dialami COVID-19 mengganggu proses pengembangan vaksin. Oleh karena itu, pengembang vaksin harus memikirkan metode untuk "menargetkan wilayah yang bukan hotspot". (RA)

Tags