Okt 31, 2020 17:28 Asia/Jakarta

Direktur Eksekutif United Nations Children’s Fund (UNICEF) Henrietta Fore dalam surat yang dikirimkan kepada KSrelief mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Arab Saudi yang diwakili oleh Pusat Bantuan Kemanusiaan Raja Salman (King Salman Humanitarian Aid dan Relief Center-KSrelief), atas dukungan dermawan yang diumumkan melalui penerapan tujuh proyek beragam dengan biaya $ 46 juta untuk Yaman, dalam kerangka kerja Rencana Tanggap Kemanusiaan PBB di Yaman 2020.

Seperti dilansir Elnews.id, dukungan tersebut akan membantu UNICEF dalam memberikan bantuan  kepada anak-anak dan keluarganya, di bidang kesehatan, gizi, air dan sanitasi, pendidikan dan perlindungan, serta dalam memerangi Virus Corona di Yaman, dengan melatih tenaga kesehatan dan memberikan bantuan medis dan perlengkapan lainnya.

Apresiasi dan ungkapan terima kasih UNICEF disampaikan beberapa bulan setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memutuskan untuk mencabut koalisi pimpinan Arawb Saudi dari daftar yang memalukan karena gagal mematuhi langkah-langkah yang bertujuan untuk memastikan keselamatan anak-anak dalam konflik bersenjata.

Arab Saudi, salah satu negara terkaya di dunia, telah melancarkan invasi militer terhadap Yaman, salah satu negara termiskin di dunia, sejak 2015. Agresi militer ini telah berlangsung selama lebih dari lima tahun.

Agresi militer Arab Saudi ke Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah dan merusak kehidupan di Yaman. Dengan infrastruktur yang hancur dan ekonomi yang runtuh, Yaman, yang dulunya disebut sebagai "Arabia Felix" atau "Fortunate Arabia" (Arab yang beruntung), sekarang hampir tidak ada tempat yang layak huni terutama bagi anak-anak kecil yang berjuang untuk tetap bisa hidup.

Pujian, apresiasi dan ucapan terima kasih UNICEF kepada Arab Saudi dinilai sebagai lelucon. Pasalnya, agresi militer Arab Saudi ke Yaman telah menimbulkan banyak korban dan krisis kemanusiaan terburuk di masa sekarang.

Koalisi pimpinan Arab Saudi menginvasi Yaman sejak 26 Maret 2015. Menurut ACLED (Armed Conflict Location and Event Data Project) yang berbasis di AS, hingga sekarang, lebih dari 100.000 orang tewas dalam agresi militer tersebut.

Agresi pasukan koalisi juga menyebabkan puluhan ribu warga Yaman terluka dan lebih dari tiga juta dari mereka terpaksa mengungsi. Lebih dari 80 persen insfrastruktur Yaman, terutama di sektor kesehatan, luluh lantak.

Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi juga melipatgandakan penderitaan rakyat Yaman. Rezim Al Saud merupakan pemain utama yang menciptakan tragedi kemanusiaan di Yaman.

Blokade menyeluruh terhadap Yaman selama lebih dari 68 bulan terakhir telah memperburuk tragedi kemanusiaan di negara Arab ini. Pelarangan masuknya kapal-kapal pengangkut bahan bakar ke Yaman juga menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat di negara ini.

Jet-jet tempur koalisi pimpinan Arab Saudi pada hari Kamis, 9 Agustus 2018 menyerang bus pembawa anak sekolah Yaman di kota Dahyan, Provinsi Saada dan menewaskan sedikitnya 55 anak serta melukai 77 lainnya.

Serangan tersebut dikecam oleh organisasi-organisasi dan lembaga pembela hak asasi manusia internasional. Human Rights Watch, HRW pada 16 Agustus 2018 mengumumkan, rezim Saudi dengan persenjataan buatan Amerika Serikat dan Inggris membantai anak-anak sekolah Yaman di Dahyan.

Anehnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres justru mencoret nama koalisi agresor ke Yaman yang dipimpin Arab Saudi dari list hitam pelanggar hak anak. Keputusan yang diumumkan pada Senin (15/6/2020) itu dianggap sebagai pelayanan terbaik PBB kepada Arab Saudi.

Guterres dalam laporan tahunannya kepada Dewan Keamanan PBB mengklaim bahwa koalisi pimpinan Arab Saudi dicoret dari daftar hitam pelanggar hak anak setelah adanya penurunan kasus kematian anak-anak Yaman akibat serangan udara. Menurut klaim Sekjen PBB, koalisi pimpinan Arab Saudi telah melakukan langkah-langkah untuk melindungi anak-anak.

PBB pada Oktober 2017 juga telah memasukkan koalisi pimpinan Arab Saudi Saudi ke dalam daftar hitam pelanggar hak anak karena membantai sedikitnya 683 anak Yaman dan menghancurkan puluhan sekolah.

Ini bukan pertama kalinya nama Arab Saudi dimasukkan ke dalam daftar hitam pelanggar hak anak namun tak lama setelah itu, nama itu dicoret dari list tersebut. PBB untuk pertama kalinya pada tahun 2016 dan pada era kepemimpinan Ban Ki smoon, mencantumkan Arab Saudi ke dalam daftar pelanggar hak anak untuk waktu singkat.

Ban mengungkapkan bahwa Arab Saudi menekan keras PBB untuk mencoret namanya dari daftar hitam tersebut dengan ancaman memutus bantuan finansial. Oleh karena itu, hanya satu hari setelah pencantuman tersebut, Ban akhirnya menyerah terhadap tekanan dan memutuskan mundur dari keputusannya. Langkah ini menuai respon keras dari berbagai organisasi Hak Asasi Manusia (HAM).

Anak-anak Yaman menjadi korban utama serangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi. Menteri Kesehatan Yaman mengumumkan, setiap tahun sedikitnya 100 ribu anak Yaman meninggal dunia akibat perang, embargo, gizi buruk dan kelangkaan obat-obatan. (RA)