Nov 15, 2020 10:19 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 15 November 2020

Konferensi Berlin Dimulai

136 tahun yang lalu, tanggal 15 November 1884, dimulailah Konferensi Berlin di Jerman yang membahas pembagian koloni negara-negara Eropa di kawasan Afrika.

 

Konferensi yang berlangsung hingga bulan Februari tahun berikutnya itu, dihadiri oleh Perancis, Inggris, Rusia, Belgia, Portugis, Austria, dan Jerman. Tujuan utama penyelenggaraan konferensi itu adalah untuk menyelesaikan persengketaan di antara negara-negara peserta konferensi menyangkut perluasan daerah koloninya di Afrika. Saat itu, benua Afrika dikenal sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam yang subur serta tenaga kerja orang-orang kulit hitam yang sangat murah.

 

Dalam konferensi itu dihasilkan kesepakatan bahwa setiap negara yang hendak memperluas daerah koloninya di Afrika diharuskan untuk memberitahu negara-negara lainnya. Namun kesepakatan konferensi ini tidak berhasil mengakhiri persaingan Negara-negara imperialis Eropa.

 

Pembentukan Dar At-Taqrib Baina Al-Madzahib Al-Islamiyah di Kairo

 

106 tahun yang lalu, tanggal 29 Rabiul Awal 1336 HQ, dibentuk Dar at-Taqrib Baina al-Madzahib al-Islamiyah di Kairo, Mesir.

 

Lembaga ini dibentuk dengan tujuan mendekatkan mazhab-mazhab Islam. Pembentukan lembaga ini diprakarsai oleh Syeikh Mahmoud Syaltut, Syeikh al-Azhar dan Ayatullah al-Udzma Boroujerdi, marji terbesar Syiah.

 

Sebelumnya, tokoh-tokoh seperti Jamaluddin al-Afghani, Syeikh Muhammad Abduh, Syeikh Muhammad Husein Kasyif al-Ghita, Syeikh Abdulmajid Salim dan Sheikh Mohammad Taqi Qommi telah melakukan pembicaraan di bidang ini.

 

Pasca terbentuknya Dar at-Taqrib Baina al-Madzahib al-Islamiyah, lembaga ini mempublikasikan majalah Risalah al-Islam. Majalah ini memuat artikel-artikel ilmiah tentang mazhab-mazhab Islam. Lembaga ini juga aktif menerbitkan buku dan melakukan penelitian mendalam tentang pendapat mazhab-mazhab Islam dalam pelbagai masalah fiqih serta penyusunan kaidah-kaidah fiqih baru.

Wafatnya Allamah Mohammad Taqi Jafari

 

22 tahun yang lalu, tanggal 25 Aban 1377 HS, Allamah Jafari meninggal dunia di sebuah rumah sakit London dan dimakamkan di Mashad sesuai dengan wasiatnya.

 

Allamah Mohammad Taqi Jafari lahir pada tahun 1304 HS di kota Tabriz, Iran. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia kemudian ke Tehran untuk melanjutkan sekolahnya. Setelah itu ia pergi ke Najaf dan tinggal di sana selama 17 tahun.

 

Selama belajar di Hauzah Ilmiah Najaf, Allamah Mohammad Taqi Jafari belajar kepada ahli-ahli fiqih dan filsafat terkenal seperti Sayid Abu al-Qasim Khui. Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abd al-Hadi Shirazi, Sayid Mahmoud Shahroudi dan Sayid Jamal Golpaygani.

 

Setelah meraih derajat keilmuan dan spiritual yang tinggi, Allamah Jafari mulai mengajarkan ilmunya dan menulis buku. Pada tahun 1337 HS, Allamah Jafari kembali ke Iran. Selain mengajar di Hauzah Ilmiah Mashad dan Tehran, Allamah Jafari juga punya hubungan dengan universitas-universitas Iran. Beliau banyak diundang untuk menyampaikan orasi ilmiah dan menjelaskan masalah-masalah pelik keagamaan. Allamah Jafari juga berpartisipasi dalam kongres, seminar dan bahkan konferensi-konferensi internasional. Beliau menjalin hubungan luas dengan para ilmuan internasional baik lewat surat menyurat maupun wawancara.

 

Ciri khas penting Allamah Jafari adalah mampu menjembatani antara hauzah dan universitas dan juga antara ilmu klasik dan modern. Allamah Jafari sangat menyadari pentingnya kebutuhan pemikiran dan kebudayaan dunia modern. Dengan mencermati kebutuhan ini, beliau menulis karya-karyanya yang sangat bernilai.

 

Pengetahuannya yang luas akan fiqih, filsafat, seni dan estetika dalam Islam serta aktivitas keilmuannya selama setengah abad membuat beliau berhasil menulis lebih dari 100 jilid buku. Salah satu karya monumentalnya adalah syarah buku Nahjul Balaghah dalam 27 jilid, Kasyf al-Abyat Matsnawi Ma'nawi dalam 4 jilid, Tafsir va Naghd va Tahlil-e Matsnavi (interpretasi, kritik dan analisa Matsnawi) dalam 15 jilid dan masih banyak lagi karya-karya beliau.

 

Allamah Jafari juga berdiskusi dengan para ilmuan internasional seperti Sir Bernard Arthur Owen Williams, Bertrand Russell, Profesor Abdussalam, Roger Garaudy dan Profesor Rosenthal.

 

Allamah Mohammad Taqi Jafari punya perhatian khusus terhadap seni dan sastra dan menghapal lebih dari 100 ribu bait puisi berbahasa Persia maupun Arab. Buku, artikel dan orasi-orasi ilmiahnya di bidang estetika dan seni sampai sekarang menjadi referensi penting seni dalam pandangan filsafat Islam.