Lintasan Sejarah 11 Desember 2020
Tsabit Al-Shabi’i Meninggal Dunia
1154 tahun yang lalu, tanggal 25 Rabiul Tsani 288 HQ,Tsabit bin Qurrah al-Shabi'i, matematikawan, astronom, dan dokter kenamaan meninggal dunia.
Al-Shabi'i lahir pada tahun 221 hijriah di kawasan Haraan di wilayah Beinan Nahrein, Irak. Sebagai bagian kaum Shabiin yang bermukim di wilayah beinan Nahrein, Al-Shabi'i juga fasih berbahasa Yunani dan Suryani.
Selain dua bahasa tersebut, Tsabit Al-shabi'I juga mengenal bahasa Arab dengan baik. Dia berhasil menguasai ilmu matematika dan astronomi dibawah bimbingan Muhammad bin Musa, matematikawan muslim terkenal. Al-Shabi'i banyak menulis dan menerjemahkan karya ilmiah menyangkut ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi.
Di antara hasil karyanya adalah Al-Dzakhirah fi ‘ilm Al-Thibb dan Kitabul Mafrudhat.
Pesan Imam Khomeini ra Pasca Demonstrasi di Bulan Muharam
42 tahun yang lalu, tanggal 21 Azar 1357 HS, Imam Khomeini ra mengirim pesan pasca demonstrasi rakyat Iran di bulan Muharam.
Menyusul turunnya rakyat ke jalan-jalan melakukan pawai akbar pada Tasua dan Asyura tahun 1399 HQ yang bertepatan dengan tanggal 19 dan 20 Azar 1357, Imam Khomeini ra pada 21 Azar 1357 (12 Desember 1978) mengeluarkan pesan pentingnya. Dalam pesannya Imam menyebut pawai akbar itu sebagai referendum bangsa Iran yang anti terhadap rezim Shah Pahlevi.
Imam Khomeini ra dalam pesannya mengatakan, "Kepada seluruh rakyat pemberani Iran saya mengucapkan salam. Kalian adalah rakyat yang memiliki tekad baja dan dengan slogan yang kalian ucapkan telah membuktikan kepada dunia bahwa kalian tidak menginginkan Shah. Bersamaan dengan pawai akbar kalian, dalam pesan kepada Tehran dan negara-negara di dunia, saya mengumumkan bahwa pawai akbar yang dilakukan selama dua hari ini merupakan referendum besar dan transparan bahwa bangsa Iran tidak menginginkan Shah Pahlevi. Rakyat dalam pawai akbar ini telah menyatakan tidak mengakui Shah. Pawai akbar ini telah mencerabut segala bentuk alasan dari setiap orang dan semua negara di dunia bahwa mereka tidak dapat lagi mengklaim bahwa Shah sebuah rezim legal."
Ali Alatas Meninggal Dunia
12 tahun yang lalu, tanggal 11 Desember 2008, DR.H.C. Ali Alatas S.H. meninggal dunia dalam usia 76 tahun di Singapura.
Ali Alatas lahir di Batavia (sekarang Jakarta) pada 4 November 1932. Ia adalah seorang diplomat Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (1988-1998, dua kali masa jabatan penuh). Hingga wafatnya, ia menjabat sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Utusan Khusus Presiden RI untuk masalah Timur Tengah, dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
Pendidikan dasar kediplomatan diperoleh di Akademi Dinas Luar Negeri Jakarta (lulus 1954) dan di Fakultas Hukum UI (lulus 1956). Selanjutnya ia menggeluti dunia pers hingga awal 1950, kemudian ia masuk Direktorat Ekonomi Antarnegara departemen Luar Negeri. Karier sebagai diplomat dijalaninya di berbagai perwakilan Indonesia, seperti Thailand, Amerika Serikat, dan PBB. Ia pernah juga menjadi seketaris Adam Malik ketika Adam Malik menjadi Menteri Luar Negeri (1970-1976) dan Wakil Presiden RI (1978-1982).
Kariernya mulai berkembang sewaktu menjabat sebagai staf perwakilan Indonesia di PBB. Di sana ia aktif dalam menggalang suara G77, kelompok negara-negara berkembang di lembaga dunia tersebut.
Penghargaan yang diterimanya, di antaranya, adalah Bintang Mahaputera Utama dan beberapa penghargaan dari luar negeri dan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Diponegoro pada tahun 1996.