Jun 09, 2021 09:15 Asia/Jakarta

Republik Islam Iran diketahui memiliki kekuatan pencegahan dan kemampuan drone yang mumpuni. Pencegahan berarti memiliki kekuatan yang efektif untuk bertindak sehingga musuh membatalkan tindakan bermusuhan. Untuk itu, aspek utama dari konsep pencegahan berhubungan dengan militer.

Seorang ahli strategi militer, Bernard Brodie menganggap konsep pencegahan punya hubungan dekat dengan bidang militer. Ia menekankan ancaman yang diumumkan dalam konsep pencegahan harus efektif, terbuka, dan tegas, serta meyakinkan musuh bahwa biaya militer dan tindakan agresi akan lebih besar daripada keuntungannya.

Thomas Schelling, seorang pakar militer menuturkan, kekuatan untuk menyakiti adalah kekuatan tawar-menawar. Ini seperti seni pemaksaan dan intimidasi, ini adalah tentang memberi sinyal kekuatan yang dapat dipercaya untuk melukai dan menimbulkan rasa sakit pada musuh potensial sehingga tidak perlu menembakkan peluru.

Salah satu instrumen dalam perang modern yang punya kekuatan pencegahan efektif adalah pesawat tanpa awak atau drone. Meskipun drone dipakai untuk berbagai keperluan seperti, telekomunikasi, navigasi global, penelitian meteorologi dan geografis, dan bahkan transportasi, namun ia juga sangat berguna untuk meningkatkan kekuatan pencegahan.

Drone (Unmanned Aerial Vehicle-UAV) adalah jenis pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh tanpa pilot. Ia berperan penting dan efektif dalam mengidentifikasi dan melacak kapal-kapal yang terlibat dalam penangkapan ikan ilegal atau memadamkan api atau terbang di daerah yang berbahaya bagi pilot.

Drone Shahed-129.

Saat ini 32 negara sedang membangun dan mengembangkan 250 model drone. Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah melakukan investasi terbesar dalam pembangunan dan pengembangan drone di dunia.

Global Hawk adalah drone militer terbesar, termahal dan terpenting buatan Amerika Serikat. Salah satu drone ini ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Tiga Khordad Iran pada 20 Juni 2019 karena menerobos wilayah udara negara ini di dekat Selat Hormuz.

Dengan membandingkan proses produksi dan kecepatan kemajuan ilmu tentang drone di dunia dan Iran, kita akan menemukan fakta penting ini bahwa sejarah drone di dunia berusia lebih dari satu abad, sementara Iran baru aktif di bidang ini selama hampir 30 tahun. Namun, Iran telah menjadi salah satu kekuatan utama drone di dunia dengan kemajuan dan lompatan progresif di bidang ini.

Menurut para pakar Barat, Iran adalah salah satu kekuatan drone, termasuk di bidang desain, konstruksi, dan penggunaannya di berbagai wilayah negara.

Soal sejarah drone di Iran, harus dikatakan bahwa sejarah pertama penggunaan drone di negara ini dimulai sebelum Revolusi Islam dan bersamaan dengan pembelian jet tempur dari Amerika Serikat. Waktu itu, sejumlah drone dibeli dari AS sebagai “umpan” untuk menguji dan mengevaluasi rudal udara-ke-udara serta kemampuan jet tempur tersebut. Di antara drone itu termasuk MQM-107 Streaker.

Setelah Revolusi Islam dan pecahnya perang yang dipaksakan antara Iran dan Irak selama delapan tahun, Tehran mulai merasakan sebuah kebutuhan mendesak untuk memotret posisi pasukan Saddam dari udara.

Drone Fotros milik Iran.

Waktu itu, operasi pengintaian dan pengambilan gambar posisi musuh dilakukan oleh pesawat pengintai RF-4 dan pada periode tertentu dengan RF-5. Secara bertahap, penggunaan drone menjadi agenda Iran sejak 1984.

Selama perang Irak-Iran, kesuksesan pembangunan drone Talash 1, 2, 3, serta drone Mohajer 1 dan 2, menjadi bukti bahwa berinvestasi di bidang ini tidak sia-sia. Karena kinerja divisi drone yang sukses dan mengesankan selama perang pertahanan suci, maka pengembangan dan penguatan kemampuan drone terus dilanjutkan oleh Iran setelah perang.

Pengembangan ini pada mulanya berjalan lambat, tetapi kemudian menjadi bagian dari agenda angkatan bersenjata. Perubahan fundamental dalam hal kemampuan drone Iran dimulai pada 2002. Dengan lahirnya drone Mohajer dan Ababil, kemampuan ini mulai tumbuh secara signifikan dan mengarah pada produksi drone-drone yang disebut Shahed.

Selama bertahun-tahun, drone Shahed secara dominan terlibat dalam misi pengintaian dan tempur angkatan bersenjata, baik di wilayah teritorial Iran maupun ekstra-teritorial, termasuk di Suriah.

Selain itu, drone multifungsi Karrar – yang dikenal sebagai salah satu produk pertahanan dan sekaligus banyak dipakai di Angkatan Bersenjata Iran – merupakan pemegang rekor dunia di bidang ini dan sebuah “burung besi” yang unik. Berkat visioner yang dimiliki oleh para pakar Iran, drone ini dapat memainkan peran penting dan beragam. Drone jenis ini dibekali dengan rudal dan bom, serta punya kemampuan intersepsi dan perang di udara. Ia dapat dipasangi pod perangkat perang elektronik untuk mengganggu radar atau sistem telekomunikasi musuh.

Kekuatan drone Iran selalu berada di bawah teropong musuh-musuh regional dan trans-regional. Menurut banyak pakar militer, Republik Islam Iran adalah salah satu negara paling maju di dunia dalam bidang drone.

Laman The Hill Amerika pada 2019 menulis, “Iran sedang berubah menjadi sebuah kekuatan adidaya drone. Iran telah membuat kemajuan yang signifikan dalam hal ini. Peneliti di Heritage Institute, Peter Brookes mengatakan, AS menganggap drone sebagai salah satu instrumen militer terpenting yang digunakan Iran untuk melindungi dan memajukan kepentingannya.

Kemampuan drone Iran secara bersamaan berfokus pada dua unsur kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, jumlah drone tempur Iran yang dipersenjatai dengan bom dan rudal presisi telah meningkat secara signifikan. Pusat studi-studi Barat memandang Iran sebagai salah satu dari lima negara teratas di dunia dalam bidang drone tempur.

Pada Maret 2019, Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menerbangkan 50 unit drone secara bersamaan dalam sebuah latihan militer di Teluk Persia. Ini adalah pertama kalinya di Iran dan kawasan, di mana drone sebanyak itu terbang bersamaan dalam sebuah operasi tempur dari jarak yang mencapai lebih dari seribu kilometer dari target. Kawanan drone ini kemudian menyerang dan melumpuhkan sasaran dengan akurasi tinggi. Beberapa drone Iran yang mirip dengan drone MQ-1 AS juga terlibat dalam latihan itu.

Drone tempur IRGC di Teluk Persia.

Drone Shahed-129 dengan jangkauan 2.000 kilometer dan durasi terbang 24 jam adalah salah satu drone terpenting di Iran. Sistem optik drone ini mampu mendeteksi jarak hampir 200 km dan dapat memberikan pencitraan yang jelas ke pusat kendali di malam hari, siang hari dan dalam segala kondisi cuaca. Sistem navigasi satelit ditambahkan ke drone Shahed-129 pada tahun 2016.

Ababil adalah contoh lain dari drone Iran yang dikenal luas setelah terbang di atas kapal perang AS, USS Vincennes. Ababil punya jangkauan operasional 100 hingga 150 km. Ia mampu terbang pada ketinggian 11.000 kaki dengan kecepatan maksimum 250 km. Drone ini juga bisa dipasang di atas kapal cepat.

Drone Meraj diproduksi oleh Iran dengan meniru drone Amerika, UAV Aerosonde. Ia mampu terbang dengan kecepatan 140 km/jam hingga ketinggian 12.000 kaki. Beratnya 33 kilogram dan bisa membawa beban seberat 5 kg. Drone model ini dipakai untuk mengawasi perbatasan.

Negara-negara terus berusaha meningkatkan kekuatan ofensif dan defensif mereka untuk menghadapi semua jenis ancaman. Republik Islam Iran – sebagai salah satu negara penting dan berpengaruh di wilayah Timur Tengah yang bergejolak – telah melakukan banyak upaya untuk menciptakan kemandirian angkatan bersenjata, terutama di sektor rudal dan drone.

Operasi sukses drone Iran untuk menumpas kelompok teroris khususnya Daesh di Suriah, menunjukkan bahwa Republik Islam menggunakan kemampuan drone untuk memerangi terorisme di kawasan. Selain itu, penembakan jatuh drone Global Hawk AS menunjukkan bahwa semua penerbangan UAV serta pergerakan kapal induk AS di kawasan berada dalam pengawasan Iran. (RM)

Tags