Pemanasan Global dan Kebakaran Hutan
(last modified Wed, 15 Jan 2020 17:32:14 GMT )
Jan 16, 2020 00:32 Asia/Jakarta
  • Kebakaran hutan di Australia
    Kebakaran hutan di Australia

Para ahli lingkungan meyakini salah satu konsekuensi yang menghancurkan dari perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir di seluruh dunia adalah kebakaran hutan. Bank Dunia telah melaporkan bahwa dari tahun 1990 hingga 2016, sekitar 1,5 juta kilometer persegi hutan di dunia telah punah, yang setara dengan luas total Afrika Selatan.

Pada tahun lalu (2019), terjadi banyak kebakaran hutan di dunia, salah satunya adalah yang paling signifikan di hutan Amazon. Tingkat kebakaran hutan di Amazon yang memainkan peran utama dalam perubahan iklim belum pernah terjadi sebelumnya. Selama waktu kurang dari satu tahun, Institut Penelitian Antariksa Nasional Brasil (INPE) melaporkan bahwa Amazon telah kehilangan lebih dari 3445 kilometer persegi dari luas hutan di Brasil, yang naik sekitar 39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Negara bagian California di AS juga mengalami kebakaran besar dalam beberapa tahun terakhir. Camp Fire yang dimulai 8 November, adalah kebakaran terbesar dan paling merusak dalam sejarah California. Api, dengan kecepatan 32 hektar permenit, membakar 5.000 hektar taman dan hutan nasional. Kebakaran hutan Australia, yang dimulai pada akhir 1960-an dan telah berlangsung lama, jauh lebih dahsyat karena membahayakan kehidupan banyak spesies, terutama spesies langka. 

 

 

 

Keanekaragaman hayati adalah fitur penting kehidupan di bumi dan sumber daya yang tidak dapat diperbaiki dalam waktu singkat. Pentingnya keanekaragaman hayati adalah karena perannya dalam menjaga stabilitas ekosistem. Semakin besar keanekaragaman spesies dalam suatu ekosistem, semakin lama rantai makanan dan jaringan kehidupan yang lebih kompleks, untuk menghasilkan lingkungan yang lebih stabil  dan terkendali secara natural.

Di sisi lain, pengurangan keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem dapat memiliki efek negatif terhadap kuantitas dan kualitas ekosistem serta menimbulkan konsekuensi biologis dan ekonomi yang negatif. Sayangnya, di dunia sekarang ini, sumber daya yang sangat besar ini berisiko karena berbagai alasan, salah satunya karena perubahan iklim. Kebakaran hutan, salah satu konsekuensi dari pemanasan global telah memainkan peran utama dalam mengurangi atau menghilangkan keanekaragaman hayati selama beberapa tahun terakhir. Kebakaran di hutan Australia adalah contoh nyata dari masalah besar ini.

 

kebakaran hutan di Australia

 

Pada tahun 200, televisi French 24 menurunkan  sebuah laporan yang mengutip pernyataan Kevin Rudd yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Australia mengenai urgensi studi tentang dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap ekonomi negara itu 12 tahun lalu. Ross Garnaut Institute melakukan penelitian dan memprediksi pada tahun 2020 akan terjadi kebakaran monsoon besar di Australia. Penelitian lain menunjukkan bahwa fenomena gas rumah kaca akan terus menjadi masalah besar dalam beberapa dekade mendatang. Tetapi pemerintah Australia selanjutnya terus mengabaikan persyaratan lingkungan internasional dan menyalakan api yang sekarang membakar hutan mereka sendiri. Australia menyumbang 1,3 persen dari emisi karbon dunia dan nomor dua setelah Amerika Serikat dalam hal emisi perkapita di dunia.

Kantor meteorologi Australia menyebut 2019 sebagai sebagai tahun terpanas di negara itu, dan para ahli menyebut kebakaran di hutan Australia karena proses pemanasan global. Kebakaran itu, yang sekarang meliputi berbagai bagian di wilayah tenggara Australia, termasuk New South Wales, Australia Selatan, Victoria, Queensland, dan Australia Barat, telah menyebabkan kebakaran dahsyat. 

 

kebakaran hutan di Australia

 

Menurut Pusat Studi Lingkungan Australia, keanekragaman hayati yang menjadi korban kebakaran hutan tidak hanya spesies mamalia, burung dan reptil saja, tapi juga serangga, kelelawar, katak dan lainnya, yang sulit untuk dideteksi jumlah kematian spesies tersebut. Lebih menyakitkan lagi, Australia adalah tanah spesies hewan langka yang tidak ditemukan di tempat lain di bumi. Sebab, spesies ini tidak hanya mencakup hewan yang kita kenal seperti koala atau kanguru, tetapi para ilmuwan berbicara tentang spesies yang kurang dikenal dan di ambang kepunahan karena perubahan iklim. Beberapa spesies burung dan tikus hanya ditemukan di pulau Kanguru di Australia tenggara dan 300 spesies langka ini mati karena sepertiga dari pulau itu telah terbakar.

Api membakar 155.000 hektar lahan di Pulau Kanguru di Australia. Pulau yang menampung sebagian besar satwa liar Australia yang terancam punah, termasuk salah satu habitat koala di Australia. Ahli biologi sangat prihatin tentang spesies yang terancam punah karena gerakan lambat koala. Mereka memperkirakan sekitar 25.000 koala telah mati dalam kebakaran sejauh ini.

Ahli biologi juga memiliki kekhawatiran tentang spesies langka lainnya, seperti mikroba dan burung beo. Selama hampir dua dekade, para ilmuwan dan pecinta satwa liar telah mencoba menjaga dan mengembangkan jumlah burung beo ini, yang merupakan salah satu subspesies unik di Australia, dari 150 di tahun 1980 menjadi 200 di tahun 1990. Menurut para ahli, hewan besar seperti kanguru dan, tentu saja, banyak burung yang dapat melarikan diri relatif bisa menyelamatkan diri dari kobaran api. Tetapi spesies hewan yang lebih jarang bergerak dan spesies yang lebih kecil sangat bergantung pada hutan dan lebih berisiko punah. Para ahli menekankan bahwa spesies yang lebih kecil tidak mampu menyelamatkan diri dari kobaran api dan sekitar 300 tikus di Pulau Kanguru mungkin telah tewas.

Menurut penelitian oleh Chris Dickman, profesor University of Sydney, Australia, banyak hewan terbunuh secara langsung dalam kobaran api, dan yang lainnya mati karena kekurangan makanan, kurangnya tempat berteduh dan menjadi sasaran spesies liar lainnya. Pulau Kanguru Australia, yang dulu dikenal dengan habitat margasatwa murni dan satu-satunya habitat yang diketahui untuk berbagai jenis spesies, kini telah menjadi lahan yang terbakar.

 

 

Tentu saja, kisah Australia dan api mengerikan yang ditinggalkannya tidak terbatas hanya menimpa negara itu, tetapi telah menyebar ke luar perbatasan negara lain dan pulau-pulau tetangganya, sehingga menyulitkan orang untuk bernapas.

Gambar satelit dari ruang angkasa menunjukkan bahwa kontaminasi dari api akan segera menyebar ke berbagai belahan dunia, dengan berbagai dampaknya, meskipun kecil. Namun, terlepas dari meluasnya kebakaran di negara itu dan kemarahan publik serta peringatan para ilmuwan, pemerintah Australia tetap bersikukuh meyakini tidak ada hubungan langsung antara perubahan iklim dan kebakaran hebat.

Pemerintah Australia berpendapat bahwa peningkatan upaya untuk mengurangi emisi karbon akan merugikan perekonomian, terutama jika itu merusak ekspor batubara dan gasnya. Padahal, banyak ilmuwan dan pencinta lingkungan di seluruh dunia sepakat bahwa perubahan iklim berhubungan dengan kebakaran hutan di Australia. Kebakaran yang sejauh ini menewaskan 26 orang dan ribuan rumah serta jutaan hektar tanah, juga  telah menghancurkan jutaan spesies hewan dan tumbuhan.(PH)