Aug 02, 2021 08:38 Asia/Jakarta

Media-media Irak melaporkan pada Jumat (30/07/2021) malam bahwa kelompok teroris Daesh (ISIS) telah menyerang acara duka di kota Yathrib di selatan provinsi Salahuddin yang mengakibatkan tewasnya 7 orang dan melukai 17 lainnya.

Setelah serangan itu, pasukan Irak melancarkan operasi pencarian untuk menangkap para pelaku serangan teroris. Al-Hashd al-Shaabi dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah mengirim pasukan dan peralatan untuk mendukung pasukan keamanan di daerah tersebut.

Pasukan al-Hashd al-Shaabi

Sekaitan dengan masalah ini, ada beberapa poin penting tentang aksi teroris Daesh ini.

Pertama, meski kelompok teroris ISIS berhasil dikalahkan di Irak, unsur-unsurnya masih ada di berbagai penjuru negeri dan terus melakukan aksi teror terhadap rakyat dan lembaga pemerintah negeri ini.

Kedua, terlepas dari propaganda dan upaya merusak yang meluas dari beberapa media lokal dan regional terhadap al-Hashd al-Shaabi, kelompok ini terus bertindak sebagai agen utama melawan kelompok teroris untuk mendukung rakyat Irak dan lembaga pemerintah. Karenanya mereka menjadi sandaran utama rakyat sambil mempertahankan posisi rakyat dan basis negara mereka.

Ketiga, tentang dimulainya kembali kelompok teroris ISIS, yang melanjutkan operasinya dengan peralatan militernya, merupakan bukti dukungan dari beberapa pemerintah regional, internasional, dan internasional.

Dengan kata lain, kelompok teroris ini masih digunakan sebagai alat untuk menciptakan kekacauan di Irak. Sementara itu, para pendukungnya, jika perlu, memindahkan elemen teroris ini ke berbagai bagian Irak atau dari negara ini ke negara lain.

Pertama, meski kelompok teroris ISIS berhasil dikalahkan di Irak, unsur-unsurnya masih ada di berbagai penjuru negeri dan terus melakukan aksi teror terhadap rakyat dan lembaga pemerintah negeri ini.

Keempat, kembali pada keharusan pasukan AS meninggalkan kawasan, termasuk Irak.

Selama kunjungan baru-baru ini ke Amerika Serikat, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengumumkan bahwa pasukan AS akan kembali ke negaranya pada akhir tahun 2021. Keputusan AS ini tampaknya merupakan hasil dari beberapa tekanan terhadap Washington dan pemerintah Irak. Dengan kata lain, menjelang pemilu parlemen di Irak, Amerika berusaha mengurangi tekanan terhadap al-Kadhimi.

Oleh karena itu, kita akan menyaksikan peningkatan serangan teroris di Irak dengan semakin mendekati waktu penyelenggaraan pemilu. Dengan demikian, Amerika Serikat dapat menggunakan dalihnya untuk melanjutkan kehadiran pendudukannya di Irak. Kehadiran yang bertentangan dengan UU yang telah diratifikasi parlemen Irak. Pada saat yang sama juga menjadi alasan yang dapat mengurangi tekanan terhadap pemerintah al-Kadhimi.

Kelima, berlanjutnya serangan teroris di Irak, yang sedang meningkat akhir-akhir ini, sangat berkaitan dengan waktu pemilihan umum parlemen Irak. Pemilu parlemen Irak dijadwalkan akan diselenggarakan pada 10 Oktober.

Menelisik peningkatan serangan teroris di daerah ini tampaknya memiliki dua tujuan:

Tujuan pertama adalah untuk menunda pemilihan umum parlemen di negara itu dengan dalih bahwa situasi keamanan tidak kondusif. Apalagi beberapa kelompok dan partai Irak, termasuk koalisi Sairun yang dipimpin oleh Muqtada al-Sadr, telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam pemilu mendatang, untuk memberikan kesempatan lebih banyak kepada kelompok-kelompok yang mendapat dukungan Amerika Serikat.

Muqtada al-Sadr

Tujuan kedua adalah mencoba mendiskreditkan kelompok al-Hashd al-Shaabi. Hal ini dilakukan dengan mencoba memanfaatkan suasana tidak aman di negara ini terhadap al-Hashd al-Shaabi dan partai-partai politik yang mendukung perlawanan. Dengan demikian, kelompok yang merakyat ini dan partai-partai politik pendukung perlawanan akan dicitrakan kepada rakyat Irak sebagai kelompok yang tidak efektif. (SL)

Tags