Ketika Bagheri Berada di Jalur Diplomasi Perlawanan
Penjabat Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, dalam melanjutkan perjalanan regionalnya, memasuki Damaskus, ibu kota Suriah untuk bertemu dan berkonsultasi dengan pejabat pemerintah Suriah.
Ali Bagheri Kani bertemu dan berbicara dengan para pemimpin kelompok perlawanan Palestina di Suriah setibanya di Damaskus.
Pertemuan ini berlangsung di Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Damaskus dengan disaksikan Duta Besar Iran.
Pada awal perjalanan regionalnya, Ali Bagheri Kani memperkenalkan sinergi kelompok perlawanan untuk menghadapi rezim Zionis sebagai salah satu tujuan utama perjalanan regionalnya.
Ini merupakan perjalanan regional pertama Bagheri Kani sebagai Penjabat Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran.
Pembicaraan mengenai peningkatan kerja sama dan hubungan antara Tehran dan Damaskus, krisis Gaza dan perlunya mengakhiri kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina menjadi poin utama pertemuan kedua pihak.
Sebelum berangkat ke Damaskus, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran melakukan perjalanan ke Lebanon dan melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib, Perdana Menteri Najib Mikati, Ketua Parlemen Nabih Berri dan Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, di Beirut dan memberikan penghormatan kepada syuhada perlawanan dengan menghadiri Pemakaman Al-Syuhada. Bagheri Kani juga memberikan penghormatan dan menghadiri makam ibu Sayid Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah di Lebanon, dan membacakan Fatiha untuknya.
Media-media Lebanon memuat berita pertemuan Penjabat Menteri Luar Negeri Iran dengan Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon SayidHassan Nasrallah di Beirut dan menulis bahwa kedua pihak meninjau perkembangan politik dan keamanan terkini di kawasan, terutama di front Gaza dan Lebanon.
Secara umum, kunjungan Penjabat Menlu Iran ke Lebanon dan Suriah, selain bertemu dengan para pejabat resmi kedua negara ini, juga didampingi oleh para pemimpin perlawanan Palestina dan Lebanon.
Kenyataan ini merupakan hal yang penting dan mempunyai pesan dari beberapa sisi:
Pertama, hal ini menunjukkan bahwa meskipun terlihat kekosongan Hossein Amir-Abdollahian, mendiang Menteri Luar Negeri Iran dalam kebijakan luar negeri Iran, tapi warisannya di Kemenlu Iran, baik dalam memperkuat jalinan komunikasi lapangan maupun diplomasi, maupun dalam rangka menindaklanjuti kebijakan negara tetangga dalam hal lain masih dilestarikan dan dilanjutkan.
Selain itu, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, pada awal memikul tanggung jawab ini, dengan jelas mengatakan bahwa kebijakan luar negeri Republik Islam Iran didasarkan pada rasionalitas strategis, dan tentunya dalam kerangka ditetapkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, baik dalam bentuk kebijakan operasional pemerintah maupun strategi Kementerian Luar Negeri akan terus ditindaklanjuti dengan penuh kekuatan.
Kedua, menghadapi kejahatan rezim Zionis di Gaza adalah prioritas kebijakan luar negeri Iran.
Dalam hal ini, seperti yang diamati selama perjalanan ini, Republik Islam Iran sedang mencoba menggunakan kapasitas Poros Perlawanan dan dunia Islam untuk tujuan ini. Karenanya, Bagheri Kani sedang mempersiapkan pertemuan luar biasa para menteri luar negeri negara-negara Islam.
Apakah nanti dalam pertemuan ini gencatan senjata yang diusulkan dilaksanakan atau tidak, dalam dua kondisi ini dapat dipikirkan bagaimana mengurangi penderitaan hampir dua juta orang yang terkepung dan menghadapi bencana holocaust yang sebenarnya.(sl)