Menelisik Reaksi Penangkapan CEO Telegram
Penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, di salah satu bandara Paris mendapat reaksi berbeda di kalangan politik dan media dunia.
Telegram messenger adalah salah satu jejaring sosial terbesar di dunia dengan lebih dari satu miliar pengguna.
Pemerintah, organisasi spionase, institusi dan kelompok mafia serta banyak penyelundup di dunia sedang mencari akses informasi dari pengguna jejaring sosial saat ini.
Oleh karena itu, menghosting server jaringan ini dan menempatkannya di bawah pengaruh pemilik jaringan sosial adalah salah satu tujuan pemerintah.
Pavel Durov adalah salah satu tokoh terkemuka di dunia politik dan media saat ini.
“Pemerintah telah menargetkan Durov karena berbagai kelompok, mulai dari pendukung demokrasi dan tokoh oposisi hingga ekstremis, pengedar narkoba, dan penjahat dunia maya, tertarik pada Telegram,” tulis Wall Street Journal.
Oleh karena itu, penangkapan Pavel Durov di Paris berdampak luas di dunia.
Kantor kejaksaan Paris mendakwa Pavel Durov dengan 12 kejahatan, termasuk pencucian uang, perdagangan narkoba, penipuan, pengelolaan platform online tempat terjadinya transaksi ilegal, dan pornografi anak.
Beberapa media membicarakan kemungkinan Pavel Durov dijatuhi hukuman dua puluh tahun penjara.
Pavel Durov yang berusia 39 tahun lahir di St. Petersburg pada tahun 1984. Ia juga memiliki kewarganegaraan Prancis dan Uni Emirat Arab.
The Wall Street Journal, dalam laporannya yang mengacu pada peristiwa dan narasi selama 6 tahun terakhir dan mengutip sumber informasi, menulis, 6 tahun sebelum dia ditangkap di Prancis, Pavel Durov berada dalam situasi yang berbeda dari sekarang, dan bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengatur pertemuan makan siang dengannya.
Dalam pertemuan tahun 2018 yang sebelumnya tidak dilaporkan ini, Macron mengundang Durov kelahiran Rusia untuk memindahkan Telegram ke Paris.
Meski Presiden Macron berjanji akan memberinya kewarganegaraan Prancis, Durov menolak menerima permintaan tersebut saat itu.
Durov sebelumnya mengatakan kepada Tucker Carlson, seorang reporter dan mantan pembawa acara Fox News, bahwa dia telah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat beberapa kali dan selalu disambut oleh agen FBI dan mereka mencoba bekerja sama dengannya.
Durov mengatakan dalam hal ini, Saya pikir mereka ingin menjalin hubungan dengan saya untuk mengontrol Telegram dengan lebih baik.
Spekulasi ini mengemuka di kalangan media yang berada di balik penangkapan Pavel Durov di Amerika Serikat.
Terkait hal ini, Ketua Duma Rusia mengatakan penting bagi Biden untuk mengontrol Telegram menjelang pemilihan umum presiden AS.
Dia melanjutkan, Telegram adalah salah satu dari sedikit dan sekaligus platform Internet terbesar yang tidak berada di bawah pengaruh pemerintah Amerika.
Pemilik dan pendiri Telegram berada di penjara Prancis atas dorongan pemerintah Amerika.
Hal ini menjadi bukti realitas peran jejaring sosial di dunia saat ini. Peran ini begitu luas sehingga agen mata-mata dan pemerintah yang mengklaim kebebasan berpendapat tidak bisa mengabaikannya.
Oleh karena itu, mereka berusaha mengendalikan atau menyerang jaringan tersebut. Apa pun alasan penangkapan Pavel Durov, itu kembali ke posisinya di Telegram dan peran jejaring sosial ini di dunia maya.
Dia juga dituduh meretas messenger global yang populer ini.(sl)