Ternyata, Genosida Jurnalis Juga Terjadi di Gaza
-
Jurnalis gugur syahid di Gaza
Dalam pernyataannya, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), mengacu pada kejahatan rezim Israel terhadap jurnalis, meminta komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban rezim ini atas kejahatannya di Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, rezim Zionis melancarkan serangan besar-besaran terhadap Jalur Gaza dan melakukan banyak kejahatan dalam serangan tersebut.
Berbagai lapisan masyarakat Gaza, tua dan muda, anak-anak, wanita, pasien dan pengungsi, menjadi sasaran pemboman harian jet-jet tempur Zionis.
Selama periode ini, lebih dari 150.000 orang Gaza menjadi martir atau terluka akibat pemboman Zionis.
Yang penting bukan hanya masyarakat Gaza saja yang menjadi korban kejahatan Zionis pada periode ini, tapi setiap orang yang membantu masyarakat Gaza juga menjadi korban kejahatan Zionis.
Wartawan dan jurnalis termasuk di antara orang-orang ini.
Menurut kantor media Otoritas Palestina di Gaza, sejak 7 Oktober 2023, ketika perang Israel dan genosida dimulai, 196 jurnalis telah gugur syahid.
Dalam seminggu terakhir saja, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), 4 jurnalis Palestina telah terbunuh di Gaza.
Ahmed Al-Louh, juru kamera televisi Al-Jazeera, saat meliput serangan udara rezim Zionis di kamp pengungsi Nuseirat di tengah Jalur Gaza, Mohammad Al-Qarinawi, reporter kantor berita Sanad, akibat pemboman kamp pengungsi Nuseirat, Mohammed Balousha, reporter jaringan Al-Mashhad, saat pemboman di lingkungan Shekh Radwan di Gaza dan Iman Al-Shanti, penyiar Radio Al-Aqsa, semuanya gugur syahid akibat serangan udara rezim Zionis di lingkungan Sheikh Radwan di Gaza.
Sementara itu, Komite Perlindungan Jurnalis memeringatkan, Jurnalis di Gaza utara menghadapi kondisi yang mengerikan, dengan mengatakan bahwa pembersihan etnis sedang berlangsung dan media tidak dapat meliputnya.
Reporters Without Borders (RSF) mengumumkan dalam laporan akhir tahun 2024 bahwa Gaza dikenal sebagai wilayah paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, dan jumlah jurnalis tertinggi yang terbunuh sehubungan dengan pekerjaan mereka di wilayah ini dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, sejak Oktober 2023, rezim Zionis telah memenjarakan jurnalis dalam jumlah terbesar, terutama warga Palestina dan Gaza.
Tujuan utama rezim Zionis membunuh jurnalis adalah untuk mencegah transmisi berita dan pemberitaan berita serta gambar terkait genosida rezim ini di Gaza.
Dalam hal ini, kantor media perlawanan Palestina menekankan, Kejahatan pembunuhan jurnalis adalah dalam konteks upaya musuh Zionis yang putus asa dan gagal untuk menyembunyikan kebenaran kejahatan rezim ini terhadap rakyat kami di Jalur Gaza.
Hal penting lainnya adalah bahwa genosida jurnalis terhadap rezim Zionis terjadi di bawah bayang-bayang kelambanan dan ketidakpedulian komunitas internasional serta ketidakmampuan mereka untuk mengadili otoritas Zionis.
Dalam pernyataan Komite Perlindungan Jurnalis, yang mengacu pada tanggung jawab Israel atas kematian dua pertiga jurnalis yang terbunuh pada tahun 2024, disebutkan, Komunitas internasional telah gagal memenuhi kewajibannya untuk mengadili otoritas Israel atas kejahatannya.
Sementara itu, Audrey Azoulay, Direktur Jenderal Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), juga mengatakan, Tidak dapat diterima jika jurnalis harus mengeluarkan semua biaya unttuk melakukan pekerjaan mereka. Saya menyerukan semua negara untuk menjamin perlindungan mereka terhadap pekerja media sesuai dengan hukum internasional.(sl)