Serangan Baru Rezim Zionis di Gaza dengan Dukungan AS
(last modified Thu, 20 Mar 2025 04:15:44 GMT )
Mar 20, 2025 11:15 Asia/Jakarta
  • Korban serangan rezim Zionis di Jalur Gaza
    Korban serangan rezim Zionis di Jalur Gaza

Pars Today - Rezim Zionis Israel, yang melanggar perjanjian gencatan senjata di Gaza yang telah berlaku sejak 19 Januari, melanjutkan perang berdarahnya terhadap wilayah yang hancur ini dengan pemboman yang meluas dan menggugursyahidkan ratusan warga Gaza.

Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu, yang menekankan bahwa pasukan rezim ini akan menyerang dengan intensitas yang berlipat ganda, menyatakan bahwa mulai sekarang, tidak akan ada negosiasi yang diadakan kecuali "di bawah tembakan".

Israel telah melakukan lebih dari 200 serangan udara di Gaza sejak Selasa (18/03) pagi, menggugursyahidkan lebih dari 416 orang, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, termasuk 170 anak-anak.

Lebih dari 500 orang juga terluka, beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis karena kurangnya atau sangat kurangnya peralatan medis.

Syuhada Palestina di Gaza

Setelah banyaknya korban jiwa di Gaza pada hari Selasa, tentara Israel melanjutkan serangannya di wilayah tersebut pada hari Rabu, menargetkan 20 posisi berbeda di Gaza dan sekali lagi memperingatkan tentang evakuasi beberapa wilayah di Gaza timur.

Selain itu, Angkatan Laut Israel juga telah menyerang beberapa kapal milik Jihad Islam Palestina di lepas pantai Gaza.

Laporan menunjukkan bahwa sedikitnya 13 orang gugur syahid dalam serangan ini.

Sementara itu, Kantor Berita Quds yang berafiliasi dengan Hamas mengatakan bahwa jumlah syahid dalam serangan Israel baru-baru ini telah mencapai 429.

Dalam serangan baru Israel di Jalur Gaza, tidak ada wilayah yang luput, dan rezim Zionis telah menargetkan rumah-rumah penduduk, sekolah, pusat-pusat pengungsian, dan kamp-kamp pengungsi dengan serangan-serangan gencar.

Israel mengumumkan bahwa mereka melancarkan serangan setelah Hamas menolak memperpanjang gencatan senjata dengan membebaskan lebih banyak sandera.

Sejak gencatan senjata berakhir dua minggu lalu, kedua pihak belum dapat mencapai kesepakatan pada tahap kedua negosiasi, yang akan mencakup pembebasan tahanan Israel yang tersisa dan diakhirinya perang.

Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai imbalan atas pembebasan para tahanan ini.

Di sisi lain, rezim Zionis telah menekankan bahwa mereka akan melanjutkan perang sampai kehancuran total kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan pembebasan semua tahanan Zionis.

Netanyahu telah bertemu dengan para pemimpin Israel lainnya dalam beberapa hari terakhir dan telah memilih salah satu opsi yang diusulkan oleh militer rezim tersebut.

Pilihan ini termasuk melaksanakan serangan udara besar-besaran terhadap puluhan target di Gaza, termasuk membunuh komandan menengah dan senior Hamas yang sedang berkumpul kembali, tetapi tidak termasuk para pemimpin senior kelompok itu.

Laporan juga menunjukkan gugurnya 5 pejabat Hamas.

Hal pentingnya adalah bahwa serangan udara dan artileri besar-besaran rezim Israel dilakukan dengan sepengetahuan penuh dan lampu hijau dari Amerika.

Gedung Putih mengumumkan bahwa Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebelum menyerang Gaza.

Hal pentingnya adalah bahwa Presiden AS Donald Trump, yang memiliki sejarah panjang dukungan komprehensif terhadap Israel, telah dua kali menyerukan pembebasan semua tahanan Zionis dan mengancam Hamas dengan penghancuran total jika tuntutan ini tidak dipenuhi.

Ada berbagai masalah mengenai tujuan Benjamin Netanyahu dalam melanjutkan serangan terhadap Gaza.

Menurut Washington Post, dua pejabat Israel mengungkapkan bahwa dimulainya kembali perang Gaza pada dasarnya adalah "taktik negosiasi" untuk menekan Hamas agar mengurangi tuntutannya setelah berminggu-minggu negosiasi yang sulit.

Tampaknya tujuan utama rezim Israel adalah menekan Hamas agar membebaskan tahanan Israel yang tersisa, yang diklaim Netanyahu berjumlah lebih dari 60 orang, dalam kerangka fase pertama gencatan senjata, tanpa rezim berusaha melaksanakan fase kedua gencatan senjata.

Dengan demikian, dari sudut pandang pemimpin rezim Zionis, Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya tidak akan mempunyai kartu truf atau alat tawar-menawar dalam fase kedua gencatan senjata, dan Tel Aviv dapat berpartisipasi dalam negosiasi potensial dari posisi yang lebih unggul dan juga mengambil tindakan tanpa pandang bulu terhadap penduduk Gaza dan kelompok perlawanan.

Sementara Israel menekankan bahwa tidak akan ada perundingan lebih lanjut kecuali dalam kondisi perang, Hamas sekali lagi mengumumkan kesiapannya untuk berunding.

Taher Al-Nunu, penasihat media untuk kepala Biro Politik Hamas, mengatakan pada hari Rabu (19/03), Hamas tidak menganggap pintu negosiasi tertutup dan tidak perlu ada perjanjian baru, karena perjanjian yang telah disetujui oleh semua pihak masih berlaku.

Al-Nunu mengatakan bahwa Hamas menyerukan kepada para mediator dan masyarakat internasional untuk memaksa Israel menghentikan pendudukan, melaksanakan perjanjian gencatan senjata dan memulai fase kedua perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.

Osama Hamdan, anggota senior Hamas

Osama Hamdan, anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua upaya utusan khusus AS Steve Whittaker adalah untuk mengakhiri perjanjian sebelumnya dan membuat perjanjian baru dengan rezim Zionis.

Mesir pada hari Selasa (18/03) menyampaikan usulan baru untuk gencatan senjata di Jalur Gaza yang berfungsi sebagai jembatan guna menyelesaikan perbedaan dan merupakan jalan tengah antara usulan yang sebelumnya disetujui oleh Hamas, yang mencakup pembebasan tentara Amerika-Israel Alexander Edan dan jenazah lima tahanan, dan usulan yang diajukan oleh Stephen Whittaker, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, yang menyerukan pembebasan separuh tahanan dalam keadaan hidup dan separuh jenazah.

Usulan tersebut mencakup gencatan senjata di Gaza, dimulainya kembali aktivitas penyeberangan Rafah, dan masuknya bantuan kemanusiaan sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Israel yang terluka dan jenazah tahanan berkewarganegaraan ganda oleh kelompok perlawanan Palestina.

Berdasarkan usulan tersebut, setelah diterima kedua pihak, akan dicapai kesepakatan mengenai jumlah tahanan dan perundingan akan dilanjutkan.

Hamas menekankan bahwa pihaknya telah menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi dan telah menyetujui usulan Steve Whittaker, utusan khusus Presiden AS.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Washington dan Tel Aviv memiliki tujuan yang sama untuk melanjutkan serangan terhadap rakyat Gaza yang tertindas dengan berbagai dalih. Bahkan, utusan khusus AS, dengan mengumumkan rencana barunya, telah mengganggu pelaksanaan gencatan senjata tahap kedua dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk dimulainya kembali serangan Israel terhadap Gaza.(sl)