Hari Quds Sedunia dan Eskalasi Ketegangan dan Protes Politik di Wilayah Pendudukan
-
Protes di Tel Aviv (arsip)
Pars Today - Ketika demonstrasi pada Hari Quds Sedunia diadakan di berbagai negara untuk mendukung Palestina dan mengutuk kejahatan rezim Zionis, ketegangan dan pertikaian politik di Palestina Pendudukan juga meningkat.
Hari Jumat terakhir bulan suci Ramadan diperingati sebagai Hari Quds Sedunia. Masyarakat di Iran dan berbagai negara di seluruh dunia menggelar unjuk rasa besar-besaran guna menyatakan dukungannya terhadap Palestina dan mengecam kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Gaza.
Sementara di Wilayah Pendudukan, ketegangan politik meningkat di satu sisi, dan protes rakyat terhadap kabinet di sisi lain.
Di bidang politik, rezim pendudukan Zionis tengah menyaksikan eskalasi politik yang meluas akibat meningkatnya konflik antara kabinet Benjamin Netanyahu, lembaga peradilan, dan Dinas Keamanan Dalam Negeri (Shabak).
Menyusul keputusan Netanyahu untuk memecat Ronen Bar, Kepala Dinas Keamanan Dalam Negeri (Shin Bet), dan dikeluarkannya perintah sementara oleh Mahkamah Agung Israel untuk menghentikan keputusan ini, perselisihan dalam rezim pendudukan Israel meningkat.
Netanyahu juga memecat penasihat hukum kabinet, Gali Baharav-Miara.
Oleh karena itu, perbedaan pendapat antara kabinet, aparat keamanan, dan penasihat hukum kabinet membuka peluang bagi munculnya gelombang baru ketegangan politik di Wilayah Pendudukan.
Pihak oposisi dan analis melihat langkah Netanyahu untuk memecat penasihat hukum kabinet sebagai bagian dari upaya dirinya dan kelompok kanan keagamaan untuk mendominasi lembaga peradilan dan lembaga lainnya.
Keinginan untuk mendominasi peradilan ada sejak awal jabatan perdana menteri Benjamin Netanyahu pada Januari 2022, dan menyebabkan demonstrasi publik terbesar terhadap kabinet Netanyahu.
Dari sudut pandang kritikus dan publik, kini tampak bahwa Netanyahu telah memulai periode baru dalam mencoba mendominasi peradilan dan meningkatkan kekuasaannya.
Perbedaan-perbedaan ini, serta dimulainya kembali perang melawan Gaza dan kegagalan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, menyebabkan gelombang baru demonstrasi rakyat menentang kabinet Netanyahu.
Puluhan ribu orang turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir untuk memprotes kebijakan Netanyahu, yang mereka gambarkan sebagai ancaman terhadap "prinsip-prinsip demokrasi".
Selama unjuk rasa, para pengunjuk rasa mendekati markas besar partai Likud, setelah itu pasukan polisi Israel dikerahkan di sekitar markas besar partai.
Kegagalan perjanjian gencatan senjata dan terancamnya nyawa tahanan Zionis yang tersisa merupakan faktor lain dalam protes rakyat yang melibatkan puluhan ribu orang.
Hassan Nafaa, profesor ilmu politik di Universitas Kairo mengatakan kasus tahanan Israel telah menjadi isu kontroversial.
Perselisihan internal dan ketidakmampuan pemerintah dalam menangani kasus ini telah menyebabkan dimulainya kembali protes di Israel.
Opini publik global juga menunjukkan rasa jijiknya yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rezim Zionis pada Hari Quds Internasional.
Mengingat keadaan ini, dapat dikatakan bahwa meskipun Barat dengan teguh mendukung Israel, rezim ini menghadapi lebih banyak tantangan internal dan eksternal daripada sebelumnya.(sl)